Liputan6.com, Jakarta Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mencatat, surplus neraca perdagangan pada Februari 2022 meningkat menjadi USD 3,83 miliar.
Kenaikan surplus neraca perdagangan ini berasal dari sektor nonmigas terutama dengan meningkatnya harga komoditas global.
Baca Juga
"Seperti batu bara, besi dan baja, serta CPO," ujarnya dalam acara konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta, Rabu (13/4).
Advertisement
Bank Indonesia memandang surplus neraca perdagangan telah berkontribusi positif dalam menjaga ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.
"Ke depan, BI terus memperkuat sinergi kebijakan dengan pemerintah dan otoritas kebijakan, terkait untuk meningkatkan ketahanan eksternal serta mendukung pemulihan ekonomi nasional," katanya.
Sementara itu, cadangan devisa Indonesia pada Maret 2022 tetap tinggi sebesar USD 139,1 miliar. Angka ini setara dengan pembiayaan 7,2 bulan impor atau 7,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.
"Serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor," imbuhnya.
Sejalan dengan peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global, aliran modal asing ke pasar keuangan domestik tertahan di mana investasi portofolio mencatat net outflows USD 1,3 miliar sampai dengan 31 Maret 2022.
Namun demikian, tekanan aliran modal asing ke pasar keuangan domestik ini lebih rendah dibandingkan dengan EMs lainnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Neraca Perdagangan Februari 2022 Surplus, BI: Jaga Ketahanan Ekonomi
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mencatat, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia Februari 2022 kembali mencatat surplus sebesar USD 3,83 miliar. Surplus tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan surplus bulan sebelumnya yang mencapai USD 0,96 miliar.
Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono, menjelaskan, kinerja positif ini melanjutkan surplus neraca perdagangan Indonesia sejak Mei 2020. Bank Indonesia memandang surplus neraca perdagangan telah berkontribusi positif dalam menjaga ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.
“Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas kebijakan, terkait untuk meningkatkan ketahanan eksternal serta mendukung pemulihan ekonomi nasional,” kata Erwin dikutip dari laman BI, Selasa (15/3/2022).
Adapun surplus neraca perdagangan Februari 2022 bersumber dari kenaikan surplus neraca perdagangan nonmigas di tengah peningkatan defisit neraca perdagangan migas.
Pada Februari 2022, surplus neraca perdagangan nonmigas mencapai USD 5,73 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan surplus pada bulan sebelumnya sebesar USD 2,29 miliar.
“Perkembangan positif tersebut didukung oleh meningkatnya ekspor nonmigas dari USD 18,27 miliar pada Januari 2022 menjadi USD 19,47 miliar pada Februari 2022. Peningkatan kinerja ekspor nonmigas dipengaruhi oleh ekspor komoditas berbasis sumber daya alam, seperti batu bara, logam mulia, dan timah, serta produk manufaktur, termasuk berbagai produk kimia yang membaik,” ungkapnya.
Ditinjau dari negara tujuan, ekspor nonmigas ke Tiongkok, Amerika Serikat, dan Jepang tetap tinggi seiring dengan pemulihan permintaan global. Adapun impor nonmigas masih kuat pada seluruh komponen, sejalan dengan perbaikan ekonomi domestik yang berlanjut.
Sementara itu, defisit neraca perdagangan migas meningkat dari USD 1,33 miliar pada Januari 2022 menjadi USD 1,91 miliar pada Februari 2022, sejalan dengan peningkatan impor migas yang lebih tinggi dari ekspor migas.
Advertisement
Neraca Perdagangan RI Januari 2022 Surplus Paling Banyak dengan China
Di tengah pandemi Covid-19 yang masih melanda dunia, neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus sebesar USD 0,93 miliar pada Januari 2022. Surplus tersebut ditopang surplus nonmigas USD 2,26 miliar dan defisit migas USD 1,33 miliar.
“Di awal tahun ini, neraca perdagangan Indonesia masih mencatatkan surplus perdagangan sebesar USD 0,93 miliar. Surplus perdagangan pada Januari ini melanjutkan tren surplus yang terjadi sejak Mei 2020,” jelas Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, Jumat (18/2/2022).
Berdasarkan kontributornya, surplus perdagangan terbesar Januari 2022 berasal dari neraca perdagangan dengan Amerika Serikat (USD 1,69 miliar), Filipina (USD 0,54 miliar), dan Belanda (USD 0,36 miliar). Sementara, defisit perdagangan berasal dari Tiongkok (USD 2,16 miliar), Thailand (USD 0,40 miliar), dan Singapura (USD 0,36 miliar).
Kinerja Ekspor Beberapa Produk Nonmigas Naik Signifikan di Awal 2022 Nilai ekspor Indonesia pada Januari 2022 tercatat sebesar USD 19,16 miliar, turun 14,29 persen dibandingkan dengan Desember 2021 (MoM). Penurunan ini dipicu oleh menurunnya ekspor migas 17,59 persen dari USD 1,09 miliar menjadi USD 0,90 miliar. Demikian juga ekspor nonmigas yang turun 14,12 persen dari USD 21,27 miliar menjadi USD 18,26 miliar.
“Penurunan ini merupakan pola situasional ekspor Januari yang cenderung selalu lebih rendah dibanding Desember. Hal ini mengikuti pola musiman holiday blues, di mana pada tiga bulan pertama setiap tahunnya ada restocking dan pelambatan,” ungkap Mendag.
Meski demikian, Mendag menegaskan, ekspor di Januari 2022 mengalami peningkatan 25,31 persen dibandingkan dengan ekspor bulan Januari tahun lalu (YoY), yang dipicu oleh naiknya ekspor migas sebesar 1,96 persen dan ekspor nonmigas sebesar 26,74 persen.
“Kinerja ekspor Januari 2022 merupakan nilai ekspor awal tahun yang tertinggi selama ini. Hal ini merupakan pencapaian awal tahun yang menggembirakan bagi kinerja ekspor di bulan-bulan berikutnya,” imbuh Mendag.
Struktur ekspor nonmigas Indonesia periode Januari 2022 didominasi ekspor sektor industri pengolahan dengan kontribusi mencapai 82,00 persen dari total ekspor Indonesia, disusul sektor pertambangan sebesar 11,32 persen; sektor migas 4,70 persen; dan sektor produk pertanian sebesar 1,97 persen. Pertumbuhan ekspor periode Januari 2022 dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya (YoY) didorong oleh peningkatan ekspor dari seluruh sektor.
Ekspor sektor industri pengolahan menjadi sektor yang mengalami peningkatan tertinggi sebesar 31,16 persen, diikuti sektor pertanian sebesar 11,55 persen; sektor pertambangan sebesar 3,85 persen; dan sektor migas naik 1,96 persen.
Produk Ekspor
Sementara, beberapa produk ekspor nonmigas yang mengalami peningkatan yang signifikan dibanding Januari 2021 (YoY), yakni bijih, terak dan abu logam (HS 26) naik 195,05 persen; nikel dan barang daripadanya (HS 75) naik 141,42 persen; bahan kimia anorganik (HS 28) naik 140,21 persen; besi dan baja (HS 72) naik 124,94 persen; dan bahan kimia organik (HS 29) naik 99,86 persen.
Mendag menjelaskan, kenaikan ekspor nonmigas ini tidak terlepas dari adanya pemulihan kondisi bisnis di dalam negeri karena situasi Covid-19 yang terkontrol dan sejalan dengan perbaikan indikator aktivitas manufaktur Purchasing Managers Index (PMI) Januari 2022 yang berada di posisi 53,7 indeks poin, lebih besar dari PMI Januari 2021 yang tercatat sebesar 52,2.
“Peningkatan ekspor nonmigas tersebut memberikan sinyal positif dan optimisme pada pemulihan pertumbuhan perekonomian Indonesia di tahun ini,” ujar Mendag.
Ditinjau dari segi pasar ekspor, Tiongkok, AS, dan Jepang masih menjadi pasar utama ekspor nonmigas Indonesia di Januari 2022 dengan total nilai ekspor sebesar USD 7,58 miliar dan berkontribusi sebesar 41,58 persen dari total ekspor nonmigas nasional. Sedangkan, ekspor nonmigas Indonesia ke beberapa pasar utama pada Januari 2022 yang mengalami peningkatan signifikan, antara lain ke Swiss tercatat naik 364,10 persen; Turki naik 139,40 persen; Italia naik 105,60 persen; Taiwan naik 91,66 persen; dan Belgia naik 81,72 persen (YoY).
Selain itu, ekspor non migas Indonesia ke kawasan emerging markets dan developing economies juga mengalami pertumbuhan yang signifikan. Pada Januari 2022, ekspor ke kawasan Afrika lainnya naik sebesar 944,38 persen; Amerika Tengah naik 218,77 persen; dan Eropa Selatan naik 104,71 persen.
Kondisi ini menunjukkan bahwa pasar emerging markets dan developing economies merupakan pasar yang menjanjikan bagi pemasaran produk-produk ekspor Indonesia.
Advertisement