Liputan6.com, Jakarta Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Maret 2022 tercatat inflasi sebesar 0,66 persen (mtm). Secara tahunan, inflasi IHK Maret 2022 tercatat 2,64 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 2,06 persen (yoy).
Kendati begitu, inflasi inti tetap terjaga di tengah permintaan domestik yang mulai meningkat, stabilitas nilai tukar yang terjaga, dan konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi.
Baca Juga
Hal itu disampaikan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, dalam paparan pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 April 2022, Selasa (19/4/2022).
Advertisement
“Sementara itu, inflasi kelompok volatile food meningkat terutama dipengaruhi kenaikan inflasi minyak goreng seiring penyesuaian Harga Eceran Tertinggi (HET),” kata Perry.
Inflasi kelompok administered prices dipengaruhi oleh inflasi bahan bakar rumah tangga dan bensin karena penyesuaian harga LPG non subsidi dan BBM nonsubsidi, serta inflasi angkutan udara seiring dengan meningkatnya mobilitas masyarakat.
“Inflasi 2022 diperkirakan tetap terkendali dalam sasaran 3,0 persen ±1 persen sejalan dengan masih memadainya sisi penawaran dalam merespons kenaikan sisi permintaan, tetap terkendalinya ekspektasi inflasi, stabilitas nilai tukar Rupiah, serta respons kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah,” katanya.
Oleh karena itu, Bank Indonesia terus mewaspadai sejumlah risiko inflasi, terutama dampak kenaikan harga energi dan pangan global. Bank Indonesia tetap berkomitmen menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) guna menjaga inflasi IHK dalam kisaran sasarannya.
“Koordinasi dengan Pemerintah tersebut juga diperkuat untuk menjaga stabilitas harga selama bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriyah,” ucapnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Nilai Tukar Rupiah
Lebih lanjut, Perry menyampaikan, nilai tukar Rupiah bergerak stabil selama bulan April 2022 ditopang berlanjutnya pasokan valas domestik, aliran masuk modal asing, dan persepsi positif terhadap prospek perekonomian domestik, di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih berlangsung.
“Dengan perkembangan tersebut, Rupiah sampai dengan 18 April 2022 tercatat depresiasi sekitar 0,70 persen dibandingkan dengan level akhir 2021, relatif lebih rendah dibandingkan depresiasi dari mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti Thailand 0,77 persen, Malaysia 2,10 persen, dan Filipina 2,45 persen,” ujar Perry.
Ke depan, stabilitas nilai tukar Rupiah diperkirakan tetap terjaga didukung oleh kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang tetap baik, terutama oleh lebih rendahnya defisit transaksi berjalan.
“Bank Indonesia akan terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan bekerjanya mekanisme pasar dan fundamental ekonomi,” pungkasnya.
Advertisement
Inflasi Bakal Tembus 5,5 Persen Jika Harga Pertalite dan LPG Naik
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal menyebut inflasi indonesia bisa tembus ke tingkat 5,5 persen. Ini jika pemerintah menaikkan harga Pertalite dan LPG subsidi.
Faisal menyebut, ini merupakan bagian skenario proyeksi inflasi yang akan terjadi di tanah air. Ia menyebut ada empat skenario yang bisa terjadi.
"Skenario keempat tingkat inflasi di atas 5,5 persen bila skenario III ditambah kenaikan harga gas LPG 3 kilogram dengan asumsi dari Rp 17.000 menjadi Rp 20.000," ungkapnya dalam CORE Media Discussion, Menghadang Inflasi Menuju Kondisi Pra Pandemi, Selasa (19/4/2022).
Namun, secara keseluruhan menurut tingkatannya, dalam beberapa skenario tersebut menunjukan inflasi terendah akan berada di level 2,5 persen. Sedangkan skenario inflasi tertinggi berada diatas 5,5 persen.
“Kami sudah melakukan simulasi terhadap inflasi yang mana potensinya kurang lebih dengan seperti ini," ujar Faisal.
Faisal mengatakan, pada skenario pertama tingkat inflasi Indonesia tahun ini diprediksi di atas 2,5 persen akan terjadi. Meski pemerintah tidak mengeluarkan kebijakan kenaikan PPN dan Pertamax.
Lantaran, kata dia, inflasi tahun ini memang diprediksi lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang sebesar 1,8 persen karena aktivitas masyarakat semakin pulih sehingga permintaan semakin melonjak.
“Jadi artinya tanpa ada tambahan kebijakan tadi (PPN dan Pertamax naik) sebetulnya sudah lebih tinggi jauh lebih tinggi dibanding tahun kemarin yang 1,8 persen,” ujarnya.
Sedangkan untuk skenario kedua, Faisal menyebut inflasi tahun ini diprediksi di atas 3,5 persen seiring adanya kebijakan pemerintah berupa penerapan PPN 11 persen dan kenaikan harga Pertamax pada April.
Sementara, skenario ketiga yaitu tingkat inflasi tahun ini diperkirakan di atas 5 persen jika skenario kedua yaitu adanya penerapan PPN 11 persen dan kenaikan harga Pertamax ditambah potensi kenaikan harga Pertalite yang diasumsikan menjadi Rp9.000.
Tiga Kali Lebih Tinggi
Tingkat inflasi Indonesia di kuartal I 2022 ini disebut-sebut lebih tinggi dari tahun lalu. Ini merupakan dampak dari memanasnya kondisi global dan kenaikan harga di dalam negeri.
Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal menyampaikan pada kuartal I tahun ini, secara year to date, dalam riga bulan inflasi sudah mencapai 1,2 persen. Sementara, sepanjang 2020-2021, inflasi tercatat terendah sepanjang sejarah atau 2 persen untuk hitungan tahun penuh.
"Yang kalau kita bandingkan dengan tahun yang lalu dikuartal satu yang sama ini sudah tiga kali lipat lebih tinggi inflasinya, padahal ini belum masuk bulan bulan April yang ada peningkatan PPN peningkatan Pertamax dan juga belum ada rencana kenaikan harga yang direncanakan oleh pemerintah," katanya dalam CORE Media Discussion, Menghadang Inflasi Menuju Kondisi Pra Pandemi, Selasa (19/4/2022).
Advertisement