Liputan6.com, Jakarta Pada hari kedua lawatan dinasnya ke Washington DC dalam rangka menghadiri rangkaian IMF-WBG Spring Meetings 2022, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melanjutkan agenda-agenda penting yang telah diatur sebelumnya.
Mengawali hari kedua, Menteri Keuangan RI Sri Mulyani memimpin pertemuan Koalisi Para Menteri Keuangan untuk Perubahan Iklim, bersama dengan Menteri Keuangan Finlandia.
Baca Juga
Pertemuan Koalisi ditujukan untuk mendiskusikan upaya Koalisi dalam menanggapi krisis energi yang terjadi tanpa harus mengorbankan tujuan jangka menengah dalam penanganan isu perubahan iklim. Dalam pertemuan ini, Menteri Keuangan memimpin sesi diskusi mengenai pendekatan multilateral untuk harga karbon.
Advertisement
Menteri Keuangan menyampaikan bahwa penetapan harga karbon internasional agar lebih seimbang dengan mempertimbangkan kapasitas masing-masing negara. Menteri Keuangan juga mengajak untuk mewujudkan transisi yang adil dan terjangkau.
Menteri Keuangan juga menjadi panelis pada acara Tackling Food Insecurity: The Challenge and Call to Action, bersama dengan Menteri Keuangan Amerika Serikat, Managing Director IMF, Presiden Bank Dunia, dan Presiden IFAD.
Dalam acara tersebut, Menteri Keuangan menyerukan perlunya tindakan untuk mengatasi potensi terjadinya krisis ketahanan pangan sebagai dampak dari perang Rusia-Ukraina.
"Perang dan tindakan-tindakan yang menyertainya telah memicu kenaikan harga komoditas energi dan pangan. Apabila hal tersebut tidak diantisipasi secara dini, akan menimbulkan krisis pangan di negara-negara miskin dan rentan yang memiliki kapasitas fiscal yang terbatas," dikutip dari keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (20/4/2022).
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Goncangan Geopolitik
Menteri Keuangan juga menghadiri acara yang diselenggarakan oleh IMF dengan tajuk A Dialog with G20 Emerging Markets.
Dialog ini dipimpin oleh Managing Director IMF dan dihadiri oleh negara-negara emerging market anggota G20, antara lain Indonesia, Saudi Arabia, Agentina, Brazil dan Afrika Selatan.
Dalam penjelasannya, MD IMF menyatakan bahwa perekonomian global sedang mengalami goncangan geopolitik dan menghadapi konsekuensi dari tidakan yang diterapkan dalam merespon kondisi geopolitik dimaksud.
Negara-negara emerging menghadapi efek limpahan (spillover) yang lebih luas, antara lainterjadinya gangguan perdagangan internasional, kenaikan harga komoditas, termasuk pangan dan energi, meningkatnya jumlah pengungsi dan isu humanitarian.
Tantangan ini menjadi sangat signifikan mengingat dunia masih dalam upaya memperkuat prospek pertumbuhan ekonomi global. Menteri Keuangan mendorong para pembuat kebijakan untuk terus memperkuat pemulihan ekonomi yang tangguh dan inklusif, mengatasi dampak buruk pandemi, melakukan reformasi transformasional untuk mengatasi tantangan dan peluang perubahan iklim dan pemanfaatan teknologi digital (digitalisasi).
Selain agenda-agenda di atas, Menteri Keuangan juga melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden dua Lembaga keuangan internasional yaitu ADB dan Bank Dunia, dan melakukan pertemuan bilateral dengan beberapa negara mitra utama, yaitu Menteri Keuangan Amerika Serikat, Malaysia, Agentina, dan Brazil.
Pertemuan dengan Presiden ADB mendiskusikan upaya-upaya konkret untuk dapat segera mewujudkan mekanisme transisi energi melalui percepatan penghentian pembangkit listrik tenaga batu bara dan secara bersamaan, mengembangkan energi alternatif terbarukan.
Menteri Keuangan menyampaikan bahwa transisi energi merupakan salah satu target capaian dari Presidensi G20 Indonesia.Pertemuan dengan Presiden Bank Dunia membicarakan antara lain mengenai peningkatan kerjasama antara Bank Dunia dan Pemerintah Indonesia.
Dalam hal ini, Bank Dunia telah menjadi mitra pemerintah dalam proses reformasi kebijakan di Indonesia. Menteri Keuangan menyampaikan bahwa saat ini, pemerintah sedang melakukan reformasi kebijakan fiscal, antara lain dengan menata dan memperkuat hubungan pemerintah pusat dan daerah agar lebih sinergis dan seimbang.
Â
Advertisement
Presidensi G20 Indonesia
Sementara pertemuan dengan Menteri Keuangan Amerika Serikat banyak membahas mengenai agenda-agenda prioritas pada Presidensi G20 Indonesia. Salah satu agenda yang menjadi target deliverables adalah pembentukan fasilitas pembiayaan untuk pencegahan, kesiapsiagaan dan penangangan pandemi di masa depan sebagai bagian dari penguatan arsitektur kesehatan internasional.
Menteri Keuangan Amerika Serikat memberikan dukungan penuh atas pencapaian target dimaksud. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan bahwa pandemi harus dapat diantisipasi dan ditangani sejak dini. Apabila tidak maka biaya yang diperlukan untuk mengatasinya akan menjadi sangat jauh lebih besar.
Pada pertemuan bilateral dengan Menteri Keuangan Brazil dan Argentina, Menteri Keuangan Sri Mulyani kembali menyampaikan agar di tengah krisis geopolitik saat ini, G20 tetap dapat memainkan peran sebagai forum ekonomi internasional yang mampu mengatasi isu-isu strategis dan kritis melalui upaya kolektif dan terkoordinasi.
Menteri Keuangan Argentina dan Brazil memberikan dukungan penuh kepada Presidensi G20 Indonesia untuk mencapai berbagai target deliverablesnya, termasuk dalam penanganan dampak krisis geopolitik, masalah kesehatan global, pandemi, perubahan iklim, dan stabilitas keuangan internasional.
Sementara pertemuan dengan Menteri Keuangan Malaysia membahas mengenai upaya bersama dalammerelaksasi peraturan terkait ‘counter measures’ COVID19 pandemic. Kedua Menteri juga berdiskusi mengenai dampak kenaikan harga CPO kepada ekonomi masing masing negara dan memperkuat ketahanan masyarakat terhadap perubahan harga. Indonesia dan Malaysia sepakat untuk terus bekerja sama menangani dampak lingkungan dari CPO tersebut..