Liputan6.com, Jakarta - Pada perdagangan Rabu (20/4/2022) Rupiah ditutup menguat 17 poin walaupun sebelumnya sempat melemah 25 poin di level Rp 14.357. Sedangkan, pada penutupan perdagangan sebelumnya rupiah berada di posisi 14.340.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, Rupiah berpotensi melemah pada perdagangan Kamis, 21 April 2022.
Baca Juga
"Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 14.350 hingga Rp 14.380,” kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Rabu (20/4/2022).
Advertisement
Secara internal, Indonesia memiliki data yang bagus namun goncangan sentimen eksternal sangat kuat bahkan indeks dolar sudah di atas 100 sehingga mata uang rupiah kembali terdepresiasi, walaupun tidak terlalu dalam pelemahannya.
Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) Maret 2022 kembali mencatat surplus yaitu sebesar USD 4,53 miliar atau setara Rp 64,9 triliun. Surplus tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan surplus bulan sebelumnya yang mencapai USD 3,83 miliar.
Surplus neraca perdagangan telah berkontribusi positif dalam menjaga ketahanan eksternal perekonomian Indonesia. Selain itu, Bank Indonesia terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas kebijakan terkait untuk meningkatkan ketahanan eksternal serta mendukung pemulihan ekonomi nasional.
Surplus neraca perdagangan Maret 2022 bersumber dari kenaikan surplus neraca perdagangan nonmigas di tengah peningkatan defisit neraca perdagangan migas.
Pada Maret 2022, surplus neraca perdagangan nonmigas mencapai USD 6,62 miliar lebih tinggi dibandingkan dengan surplus pada bulan sebelumnya sebesar USD 5,74 miliar.
Perkembangan positif tersebut, lanjutnya, didukung oleh meningkatnya ekspor nonmigas dari USD 19,48 miliar pada Februari 2022 menjadi USD 25,09 miliar pada Maret 2022.
Peningkatan ekspor nonmigas terutama bersumber dari ekspor komoditas berbasis sumber daya alam yang membaik, seperti batu bara, besi dan baja, serta lemak dan minyak hewani serta nabati.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Dolar AS Menguat
Sementara Rupiah melemah, Dolar AS naik ke puncak baru dua dekade terhadap semua mata uang pada Rabu, didukung oleh lebih banyak pejabat Federal Reserve yang mendorong kenaikan suku bunga yang cukup besar.
Adapun Bank of Japan melangkah ke pasar lagi untuk mempertahankan kebijakan suku bunga ultra-rendah.
Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari, di antara anggota Komite Pasar Terbuka Federal yang lebih dovish, mengatakan pada Selasa jika gangguan rantai pasokan global terus berlanjut, pembuat kebijakan perlu mengambil tindakan yang lebih agresif untuk menurunkan inflasi.
Imbal hasil Treasury AS juga terus naik menuju tertinggi multi-tahun, dengan investor bersiap untuk Federal Reserve AS untuk menaikkan suku bunganya secara agresif dalam beberapa bulan mendatang.
Berbeda dengan The Fed, BOJ kembali menawarkan untuk membeli obligasi pemerintah Jepang dalam jumlah tidak terbatas pada Rabu untuk mengendalikan kenaikan imbal hasil 10-tahun Jepang, yang bertentangan dengan batas toleransi 0,25 persen.
Di sisi lain, dalam langkah yang tidak terduga, People's Bank of China mempertahankan suku bunga pinjaman (LPR) stabil pada hari sebelumnya. LPR satu tahun sebesar 3,7 persen dan LPR lima tahun sebesar 4,6 persen.
Advertisement
Rupiah Tertekan Ekspektasi Kenaikan Bunga The Fed
Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada Rabu pagi. Pelemahan nilai tukar rupiah ini dibayangi ekspektasi pelaku pasar terhadap kenaikan suku bunga acuan Bank sentral AS atau the Federal Reserve (Fed).
Pada Rabu, 20 April 2022, rupiah bergerak melemah 17 poin atau 0,12 persen ke posisi 14.357 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.340 per dolar AS.
"Outlook dolar AS menguat dipicu ekspektasi kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve AS serta masih berlangsungnya ketegangan di Ukraina, yang belum terlihat adanya tanda-tanda perdamaian," kata Analis Monex Investindo Futures Faisyal dikutip dari Antara.
Dolar AS mempertahankan penguatannya akhir-akhir ini dibalik ekspektasi kenaikan suku bunga oleh The Fed, khususnya setelah adanya pesan yang cenderung hawkish dari para pejabat bank sentral terkait kebijakan kenaikan suku bunga.
Pada awal pekan Presiden Federal Reserve St Louis James Bullard mengatakan bahwa inflasi AS terlalu tinggi dan dia menegaskan mendukung untuk kenaikan suku bunga hingga 3,5 persen hingga akhir tahun ini.
Sementara itu Presiden the FedChicago Charles Evans, yang bukan voter FOMC pada tahun ini, mengatakan bahwa dia nyaman dengan dengan putaran kenaikan suku bunga tahun ini yang mencakup dua kali kenaikan sebesar 50 basis poin dan mencapai pengaturan netral di akhir tahun ini. Namun, Evans tidak melihat perlunya kenaikan suku bunga yang besar.
Rupiah Lebih Perkasa dari Ringgit Malaysia dan Baht Thailand
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mengklaim stabilitas nilai tukar Rupiah tetap terjaga di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih berlangsung, meski sedikit mengalami pelemahan atau terDepresiasi.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan, pelemahan nilai tukar Rupiah lebih baik ketimbang sejumlah negara berkembang di kawasan Asia Tenggara. Tercatat Rupiah terdepresiasi sekitar 0,70 persen sampai dengan 18 April 2022 dibandingkan akhir tahun 2021.
"Ini relatif lebih rendah dibandingkan depresiasi dari mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti Thailand 0,77 persen, Malaysia 2,10 persen, dan Filipina 2,45 persen," ungkapnya dalam video konferensi Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan BI - April 2022, Selasa, 19 April 2022.
Perry menyampaikan, stabilnya pergerakan nilai tukar Rupiah selama bulan April 2022 ditopang oleh tiga faktor utama. Antara lain berlanjutnya pasokan valas domestik, aliran masuk modal asing, dan persepsi positif terhadap prospek perekonomian domestik, di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih berlangsung.
Ke depan, stabilitas nilai tukar Rupiah diprakirakan tetap terjaga didukung oleh kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang tetap baik. Terutama dipengaruhi oleh lebih rendahnya defisit transaksi berjalan.
"Bank Indonesia akan terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan bekerjanya mekanisme pasar dan fundamental ekonomi," tandasnya.
Advertisement