Sukses

Harga Minyak Dunia Naik Akibat Kekhawatiran Kurangnya Pasokan

Harga minyak mentah Brent LCOc1 berjangka naik 65 sen, atau 0,6 persen menjadi USD 107,90 per barel.

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak rebound pada perdagangan Rabu karena penurunan persediaan minyak AS dan kekhawatiran atas pasokan yang lebih ketat dari Rusia dan Libya mendorong pemulihan dari penurunan tajam harga minyak di sesi sebelumnya.

Dikutip dari CNBC, Kamis (21/4/2022), harga minyak mentah Brent LCOc1 berjangka naik 65 sen, atau 0,6 persen menjadi USD 107,90 per barel pada 9:11 am ET.

Kontrak berjangka CLc1 minyak mentah WTI bulan depan, yang berakhir pada hari Rabu, naik USD 1,06, atau 1 persen menjadi USD 103,62. Sementara kontrak bulan kedua naik 77 sen menjadi USD 102,82.

Kedua patokan harga minyak dunia tersebut telah turun 5,2 persen dalam perdagangan yang fluktuatif pada hari Selasa setelah Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas perkiraan pertumbuhan globalnya hampir satu poin persentase. Hal ini mengutip dampak ekonomi dari perang Rusia di Ukraina dan peringatan bahwa inflasi telah menjadi bahaya yang jelas dan sekarang bagi banyak negara.

“Melemahnya pertumbuhan dan meningkatnya tekanan inflasi hanya bisa berarti satu hal yaitumomok stagflasi menggantung di atas ekonomi global,” kata analis PM Stephen Greenock.

Harga minyak dunia telah ditarik lebih tinggi oleh prospek pasokan yang lebih ketat setelah sanksi terhadap Rusia sebagai pengekspor minyak terbesar kedua di dunia dan pemasok utama Eropa, atas invasinya ke Ukraina, yang disebut Moskow sebagai operasi khusus.

Namun, prospek ekonomi global yang lebih lemah dan berlanjutnya lockdown virus corona di China telah merusak permintaan di importir minyak mentah utama dunia dan membebani harga.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Pasokan Minyak

Di sisi pasokan, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal secara kolektif sebagai OPEC+, memproduksi 1,45 juta barel per hari (bph) di bawah target produksinya pada Maret karena produksi Rusia mulai menurun setelah sanksi yang diberlakukan oleh Barat. laporan dari aliansi produsen menunjukkan.

Anggota OPEC Libya telah dipaksa untuk menutup produksi 550.000 barel per hari karena gelombang blokade di ladang minyak utama dan terminal ekspor, kata National Oil Corporation (NOC) negara itu pada Rabu.

Di Amerika Serikat, stok minyak mentah turun 4,5 juta barel pekan lalu, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute pada hari Selasa.

Komisi Eropa sedang bekerja untuk mempercepat ketersediaan pasokan energi alternatif untuk mencoba memotong biaya pelarangan minyak Rusia dan membujuk Jerman dan negara-negara Uni Eropa lainnya yang enggan untuk menerima tindakan tersebut, sebuah sumber Uni Eropa mengatakan kepada Reuters. 

3 dari 4 halaman

Harga Minyak Anjlok 5 Persen Usai IMF Pangkas Pertumbuhan Ekonomi Dunia

Harga minyak mentah jatuh 5 persen pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Sentimen penekan harga minyak adalah pernyataan dari International Monetary Fund (IMF) yang memangkas pertumbuhan ekonomi dunia dan juga memperkirakan bahwa angka inflasi bakal melambung.

Mengutip CNBC, Rabu (20/4/2022), harga minyak dunia tetap turun meskipun produksi minyak dari organisasi negara-negara pengekspor minyak dan sekutunya atau biasa disebut dengan OPEC+ lebih rendah dari target. Seharusnya, jika produksi rendah maka harga akan naik.

OPEC+ memproduksi 1,45 juta barel per hari (bph) di bawah targetnya pada Maret, karena produksi Rusia mulai menurun menyusul sanksi yang diberlakukan oleh negara-negara Barat. Hal ini diungkap dalam laporan dari aliansi produsen yang dilihat oleh Reuters.

Rusia memproduksi minyak mentah sekitar 300 ribu barel per hari di bawah targetnya pada Maret. Seharusnya, Rusia memproduksi minyak mentah sebesar 10,018 juta barel per hari.

Harga minyak mentah Brent turun 5,22 persen menjadi USD 107,25 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga turun 5,2 persen ke level USD 102,56 per barel.

IMF memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global hampir persen penuh. Hal ini dipengaruhi oleh invasi Rusia ke Ukraina. Selain itu, IMF juga memperingatkan bahwa inflasi sekarang menjadi bahaya yang jelas dan sudah terlihat di banyak negara.

Prospek bearish menambah tekanan harga minyak setelah dolar AS menyentuh level tertinggi dua tahun. Dolar AS yang lebih kuat membuat komoditas yang dihargai dalam mata uang AS itu lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Hal ini tentu saja mengurangi permintaan.

4 dari 4 halaman

Tekanan Inflasi

Presiden Bank Sentral AS St. Louis James Bullard mengatakan pada hari Senin bahwa inflasi AS terlalu tinggi. Ia melihat bahwa ada kasus suku bunga bisa meningkat menjadi 3,5 persen pada akhir tahun untuk memperlambat apa yang sekarang disebut inflasi tinggi.

Analis Price Futures Group Phil Flynn mengatakan, perkiraan pertumbuhan IMF yang lebih rendah, bersama dengan cadangan minyak strategis yang turun menyebabkan kegugupan di pasar.

Kekhawatiran atas pertumbuhan permintaan sudah menjadi fokus setelah jajak pendapat Reuters awal pada hari Senin menunjukkan persediaan minyak mentah AS kemungkinan telah meningkat minggu lalu.

Ekonomi China melambat pada bulan Maret, memperburuk prospek yang sudah melemah oleh pembatasan COVID-19 dan konflik di Ukraina.

Namun, permintaan bahan bakar di China, importir minyak terbesar di dunia, dapat mulai meningkat karena pabrik bersiap untuk dibuka kembali di Shanghai.