Sukses

3 Sosok Kartini Masa Kini Penghalau Kebakaran Hutan

Asia Pulp and Paper Sinar Mas ternyata memiliki Kartini masa kini yang siap pengendalikan helikopter untuk memadamkan kebakaran hutan.

Liputan6.com, Jakarta - Peran Kartini masa kini sangat berarti di berbagai sektor. Tak terkecuali di sektor aviasi atau penerbangan. Asia Pulp and Paper Sinar Mas ternyata memiliki Kartini masa kini yang siap pengendalikan helikopter untuk memadamkan kebakaran hutan. 

Asia Pulp and Paper Sinar Mas memberlakukan prosedur pengelolaan hutan tanaman industri ketat, tak memberi ruang bagi kebakaran terjadi di konsesinya. Namun dalam cuaca yang kering, api dapat muncul begitu saja karena banyak sebab. Mulai dari faktor alam semisal sambaran petir, atau gesekan pepohonan, kelalaian akibat bara puntung rokok, maupun kesengajaan seperti budaya pembersihan lahan dengan membakar.

Tanpa penanganan segera dan tepat, kejadian yang berlangsung di luar konsesi berpotensi meluas, termasuk menghanguskan tanaman milik perusahaan. Karenanya, para helicopter pemadam secara rutin melakukan patroli udara memantau segenap konsesi, khususnya pada lokasi rawan kebakaran.

Temuan titik api mengharuskan pilot menginformasikannya ke Situation Room yang berada di Fire Base, sebelum berkoordinasi dengan pimpinan Tim Reaksi Cepat guna menaksir situasi (size up) di lokasi. Pimpinan TRC akan memutuskan apakah pemadamam dilakukan dengan memobilisasi tim darat terdekat, atau menugaskan helikopter beraksi.

Ada kalanya pemadaman dilakukan lewat pengeboman ribuan liter air (water bombing), namun kadang harus dipadukan dengan pendaratan pemadam di sekitar titik api. Ketenangan dan kekompakan menjadi kunci kerja para pilot dan anggota TRC yang diturunkan.

“Jujur saat pertama bertugas saya grogi dan takut. Ada api, asap tebal, belum lagi mata pedas. Tapi dengan mengikuti prosedur standar, akhirnya bisa. Saya juga sering ngobrol (belajar) dengan kapten,” kata Jeanette Febrina (34), dikutip dari keterangan tertulis, Kamis (21/4/2022).

Setelah menjalani enam tahun kesibukan selaku seorang pramugari pada maskapai penerbangan utama nasional, dirinya coba menapaki karir lain yang berbeda sekaligus menantang: sebagai pilot.

Menyandang brevet penerbang sejak 2015, tahun 2017 dirinya mulai menerbangkan helikopter, sebelum bergabung di PT Arara Abadi, sebuah perusahaan pemasok APP Sinar Mas, mengudarakan heli Bell 412.

“Saya yakin saja, karena yang tidak mungkin bisa saja terjadi asal mau berusaha. Seperti dulu pun tak ada yang menyangka saya bisa jadi pramugari karena kulit saya gelap, tapi saya bisa,” kata lulusan Manajemen Transportasi Universitas Trisakti berdarah Papua dan Jawa ini.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Karakter Berbeda

Alasan serupa membawa Indria Pujiastuti (34) padahal dirinya sempat menjadi anggota Polisi Wanita, berdinas di Kepolisian Udara Baharkam Polri selaku pramugari VIP. Lulus dari pendidikan penerbangan pada tahun 2015, Indri menjalani konversi ke helikopter di kesatuannya, sebelum bergabung ke APP Sinar Mas pad 2020.

“Saya ingat, saat jadi awak kabin sering berpura-pura menjadi pilot, meng-announce (mengumumkan) sendiri ke penumpang bahwa saya pilotnya, ternyata kini kesampaian,” ujarnya.

Rekannya yang lebih muda Velyn Angelica (22) asal asal Pontianak, Kalimantan Barat, punya pertimbangan berbeda, yakni menjadi pilot agar dapat segera mandiri, tak lagi bergantung pada orang tuanya.

Selepas SMA, gadis asal Pontianak, Kalimantan Barat ini berangkat ke Jakarta untuk bergabung ke Sekolah Penerbangan Ganesa Dirgantara. Dukungan orangtua yang dirasanya sangat luar biasa untuk membiayai pendidikannya, kini tuntas terbayarkan begitu selang setahun ia berkesempatan menerbangkan helikopter milik APP Sinar Mas. Tentu setelah menyelesaikan pendidikan lanjutan sekitar enam bulan.

“Saya pikir waktu itu, enak ya jadi pilot. Keren. Tapi setelah dijalani tidak mudah juga,” kata dia.

Hal ini mengingat seperti halnya Jeanette dan Indria, mereka bertiga berlatar pilot pesawat sayap tetap (fixed wing). “Saya sempat di fixed wing ikut private lesson, tapi waktu dikonversi ke helikopter benar-benar sulit. Setiap pulang training nangis. Harus diapakan heli ini,” kata Indri.

Bahkan Jeanette sempat sebal karena helikopter memiliki karakter yang sangat berbeda dengan pesawat terbang. Berpangkalan di Riau, trio pilot ini mesti siaga melakukan pemantauan serta pemadaman hingga ke Jambi, Sumatera Selatan dan sebagian Kalimantan, di mana konsesi perusahaan berada.

 

3 dari 4 halaman

Tantangan

Menurut Velyn menerbangkan heli di lapangan membuat mereka kerap bertemu lokasi pendaratan yang menantang. Bukan landasan yang kokoh, namun tanah, yang dipenuhi tegakan pepohonan, bahkan di kawasan rawa. Jika Jeanette merasakan kegugupan di awal tugasnya, Indri pun mengaku disergap rasa takut.

”Naluri manusia menjauhi api, tapi ini justru didatangi,” ujarnya. Namun motivasi untuk menjaga jangan sampai keluarganya khawatir, mendorongnya untuk menyelesaikan tugasnya sebaik mungkin.

Sebagai seorang ibu, tak mudah bagi Indri untuk bekerja meninggalkan keluarga, termasuk putra tunggalnya yang kini berusia 4 tahun.

“Paling sulit itu, saat mau pergi anak rewel. Tentunya, saya sebagai perempuan jadi kepikiran. Tapi alhamdulillah sudah ada triknya. Biasanya saya ajak bicara dulu sebelum berangkat,” kata Indri.

Waktu kerja yang memberikan mereka kesempatan jeda sepanjang 20 hari setelah bertugas dua pekan di lapangan, jadi kesempatan bernilai guna melepas rindu dengan keluarga. Ia berpandangan, tidak ada yang berat asalkan semua dijalani dengan bergembira.

 

4 dari 4 halaman

Harapan

Sementara di garis depan, jika mampu membaur dengan anggota pemadam, atau TRC lainnya, dijamin kebosanan akan lesap. Seperti Velyn yang mengisi waktu dengan sejumlah aktivitas seperti memasak, atau berkaraoke di sela tugas.

“Selama menunggu jadwal baru, biasanya saya jalan-jalan (liburan). Secara pendapatan, bisa dikatakan pilot itu sangat menjanjikan,” kata Velyn.

Menurutnya, lebih banyak suka dibandingkan duka dalam karirnya sebagai pilot helikopter. Jika ada yang meragukan kemampuannya, cukup dijawab dengan menjalankan tugas sebaik mungkin, seprofesional mungkin. Sebagaimana Jeanette berpandangan.

“Saya berharap, tak ada lagi embel-embel pilot perempuan. Pilot ya pilot saja,” kata wanita yang punya niatan dapat merambah bisnis aviasi ini.