Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia kembali tergelincir pada penutupan perdagangan Jumat (Sabtu pagi waktu Jakarta). Harga minyak membukukan kerugian mingguan hampir 5 persen.
Ada beberapa sentimen yang menjadi pendorong pelemahan harga minyak mentah. Sentimen tersebut antara lain prospek pertumbuhan ekonomi global yang lebih lemah, kenaikan suku bunga acuan dan juga penguncian di China.
Baca Juga
Penurunan ini tetap terjadi meskipun pada pekan ini Uni Eropa tengah mempertimbangkan untuk melakukan embargo kepada minyak Rusia yang diperkirakan akan memperketat pasokan.
Advertisement
Mengutip CNBC, Sabtu (23/4/2022), harga minyak mentah Brent turun USD 1,68 atau 1,6 persen menjadi USD 106,65 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun USD 1,72 atau 1,7 persen menjadi USD 102,07 per barel.
Harga minyak Brent yang menjadi patokan harga global sempat menyentuh USD 139 per barel pada bulan lalu. Ini adalah harga tertinggi yang pernah ditorehkan sejak 2008. Namun Harga minyak Brent dan WTI akhirnya harus turun hampir 5 persen pada minggu ini karena kekhawatiran permintaan.
International Monetary Fund (IMF) pada pekan ini memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global di 2022. IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 3,6 persen di 2022. Prediksi melambat dibandingkan realisasi tahun lalu yang di angka 6,1 persen.
Namun, angka ini bisa turun lebih dalam jika negara-negara Barat memperluas sanksi mereka terhadap Rusia atas perangnya melawan Ukraina. Dampaknya, harga energi pun akan kembali naik lebih tinggi.
Â
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Penekan Harga Minyak
Pemerintah Jerman akan memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi untuk 2022 menjadi 2,2 persen dari 3,6 persen. Hal ini akan menjadi penekan harga minyak.
Sementara Bloomberg melaporkan permintaan China untuk bensin, solar, dan bahan bakar penerbangan pada April diperkirakan turun 20 persen dari tahun sebelumnya. Hal ini terjadi karena kota-kota terbesar China, termasuk Shanghai, berada dalam penguncian Covid-19.
Ketua Federal Reserve Jerome Powell pada hari Kamis mengatakan kenaikan setengah poin dalam suku bunga AS akan dibahas pada pertemuan kebijakan Fed berikutnya atau pada bulan Mei. Pernyataan ini mendorong nilai tukar dolar AS ke level tertinggi lebih dari dua tahun.
Dolar AS yang lebih kuat membuat minyak dan komoditas lainnya lebih mahal bagi mereka yang memegang mata uang lainnya.
"Pada tahap ini, kekhawatiran atas pertumbuhan China dan pengetatan berlebihan oleh The Fed, yang membatasi pertumbuhan AS, tampaknya menyeimbangkan kekhawatiran bahwa Eropa akan segera memperluas sanksi terhadap impor energi Rusia," kata analis OANDA Jeffrey Halley.
Â
Advertisement
Pasokan
Di sisi pasokan, Konsorsium Pipa Kaspia Rusia-Kazakh (CPC) diperkirakan akan melanjutkan ekspor penuh mulai 22 April setelah hampir 30 hari gangguan, kata sumber.
Jumlah rig minyak AS naik satu menjadi 549 minggu ini, jumlah tertinggi sejak April 2020, menurut laporan Baker Hughes.
Namun, keterbatasan pasokan memberikan dukungan karena Libya kehilangan produksi 550.000 barel per hari (bph) karena gangguan. Pasokan bisa ditekan lebih lanjut jika Uni Eropa memberlakukan embargo pada minyak Rusia.
Sebuah sumber Uni Eropa mengatakan kepada Reuters minggu ini bahwa Komisi Eropa sedang bekerja untuk mempercepat ketersediaan pasokan energi alternatif, sementara seorang penasihat senior Gedung Putih mengatakan dia yakin Eropa bertekad untuk menutup atau membatasi lebih lanjut ekspor minyak dan gas Rusia yang tersisa.
Belanda mengatakan pihaknya berencana untuk berhenti menggunakan bahan bakar fosil Rusia pada akhir tahun ini.