Liputan6.com, Jakarta - Pendiri Amazon Jeff Bezos turut mengomentari langkah Elon Musk dalam membeli perusahaan media sosial Twitter, senilai USD 44 miliar atau sekitar Rp 633 triliun.
Dilansir dari CNBC International, Selasa (26/4/2022) orang terkaya nomor dua di dunia itu mengungkapkan, dirinya memikirkan tentang potensi pengaruh China terhadap Twitter.
Baca Juga
Menurutnya, langkah Elon Musk menunjukkan bahwa kepentingan bisnis Tesla di China dapat memberikan pengaruh kepada pemerintah atas Twitter dengan pemilik barunya.
Advertisement
Dalam postingannya di Twitter, Bezos menanggapi sebuah postingan dari seorang reporter New York Times bernama Mike Forsythe.Â
Forsythe terlihat membeberkan pentingnya China bagi bisnis Tesla, yang merupakan bisnis terbesar kedua pembuat mobil listrik itu.
Interesting question. Did the Chinese government just gain a bit of leverage over the town square? https://t.co/jTiEnabP6T
— Jeff Bezos (@JeffBezos) April 25, 2022
"Pertanyaan yang menarik. Apakah pemerintah China baru saja mendapatkan sedikit pengaruh atas alun-alun kota?" tulis Bezos di Twitter, mengisyaratkan hubungan bisnis Musk dengan China.
Bezos kemudian melanjutkan komentarnya di postingan berikutnya dan mengatakan tekanan China tidak mungkin menghasilkan sensor.
My own answer to this question is probably not. The more likely outcome in this regard is complexity in China for Tesla, rather than censorship at Twitter.
— Jeff Bezos (@JeffBezos) April 26, 2022
"Jawaban saya sendiri untuk pertanyaan ini mungkin tidak. Hasil yang lebih mungkin dalam hal ini adalah kompleksitas di China untuk Tesla, daripada sensor di Twitter," ujarnya.
"Tapi kita akan lihat. Elon Musk sangat pandai menavigasi kompleksitas semacam ini," tambahnya.
Sebagai informasi, Musk menyebut Twitter sebagai "alun-alun kota digital" karena janjinya menjadikan platform tersebut sebagai tempat debat terbuka, yang merupakan tujuan utama akuisisi.Â
Elon Musk Beli Twitter, Karyawan Tanyakan Nasib ke CEO
Kesepakatan Elon Musk membeli Twitter menuai pertanyaan di antara karyawan perusahaan itu tentang nasib mereka selanjutnya.
Dilansir dari CNN Business, Selasa (26/4/2022) dalam sebuah pertemuan antara CEO Twitter Parag Agrawal dan Ketua Dewan Bret Taylor, karyawan Twitter mengajukan pertanyaan mulai dari apa arti kesepakatan itu untuk kompensasi mereka, bagaimana perubahan yang diusulkan Elon Musk untuk platform tersebut, hingga pembatasan konten.
Adapun pertanyaan tentang apakah mantan Presiden AS Donald Trump akan diizinkan kembali ke Twitter setelah Elon Musk resmi memegang platform tersebut, menurut audio panggilan yang diperoleh CNN.
Agrawal, yang telah menjadi CEO Twitter hanya selama empat bulan, mengatakan kepada karyawan perusahaan itu bahwa dia tidak melihat akan ada perubahan besar hingga resminya kesepakatan pembelian Twitter oleh Elon Musk, yang akan terjadi sebelum akhir tahun ini.
Juga "Tidak ada rencana untuk PHK pada saat ini," beber Agrawal.
Selain itu, dia juga menyebut, kebijakan kerja jarak jauh Twitter akan berlanjut.
"Antara sekarang dan hingga kesepakatan ... kami akan terus membuat keputusan seperti yang selalu kami lakukan, dipandu oleh prinsip-prinsip yang kami miliki," tutur Agrawal.
Namun ia mengingatkan, "Itu tidak berarti segalanya tidak akan berubah, banyak hal telah berubah ... Saya telah berbicara tentang mendorong perubahan positif di perusahaan, dan saya akan terus melakukannya karena itu membuat kami lebih baik dan membuat kami lebih kuat. kesepakatan dicapai, keputusan yang berbeda mungkin dibuat."
Agrawal juga mengatakan bahwa dewan pimpinan Twitter akan berusaha mencari waktu bagi karyawan untuk mengajukan pertanyaan langsung kepada Elon Musk.
Ditambahkannya, Agrawal berharap untuk bertemu kembali dengan Elon Musk dan akan memberi tahu miliarder itu tentang prinsip-prinsip yang telah memandu keputusan Twitter.
Advertisement
Sederet Perusahaan yang Dijalankan Elon Musk
Adapun perusahaan lainnya yang dijalankan Elon Musk, di antaranya adalah OpenAI, Neuralink, Boring Company dan Starlink, dilansir dari USA Today.
Penggemar Elon Musk menyebut dirinya sebagai seorang visioner yang mendorong dunia ke masa depan.
Tujuan utama miliarder berusia 50 tahun itu dengan SpaceX adalah menjadikan manusia dapat hidup "multi-planet" dengan menjajah Mars dan proyeknya yang lain yaitu berupaya mengintegrasikan komputer ke dalam otak manusia.
Tetapi di luar proyek ambisiusnya, Elon Musk hampir dikenal karena persona online-nya yang terpolarisasi.
Sebelum membeli Twitter, Elon Musk kerap menjadi sorotan pengguna platform tersebut, di mana postingannya beberapa kali membahas politik, berbicara bisnis secara terbuka.
Latar belakang pendidikan bidang fisika dan bisnis
Elon Musk lulus pada tahun 1995 dari University of Pennsylvania dengan gelar sarjana dalam bidang fisika dan bisnis.
Namun, miliarder terkaya di dunia itu keluar dari program PhD fisika di Universitas Stanford.