Liputan6.com, Jakarta PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dinilai menjadi salah satu saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang berpeluang untuk masuk kembali dalam Indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI).
Membaiknya fundamental bisnis PGAS dan potensi bisnis energi yang diperkirakan akan terus membesar pasca pandemi menjadi faktor yang akan memperkuat posisi PGAS sebagai kandidat saham di indeks MSCI.
Baca Juga
Indeks MSCI dilakukan evaluasi setiap 6 bulan sekali. Pada Mei depan dan berlaku efektif per 1 Juni 2022, indeks saham yang eksis sejak tahun 1968 dan merepresentasikan bursa saham negara tertentu ini akan punya susunan baru. Beberapa saham diketahui menjadi kandidat untuk masuk Indeks MSCI Juni nanti.
Advertisement
Selain PGAS ada PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA), PT XL Axiata Tbk (EXCL), dan PT Berkah Beton Sedaya Tbk (BEBS).
Senior Investment Information Mirae Aset Sekuritas Indonesia, M Nafan Aji Gusta, mengatakan peluang PGAS untuk masuk indeks MSCI cukup terbuka mengingat sejumlah indikator fundamental yang terus membaik. Apalagi PGAS sendiri pernah menjadi bagian dari indeks MSCI.
Sepanjang tahun 2021, PGAS berhasil membalikkan kondisi dari rugi tahun 2020 sebesar USD 264,77 juta menjadi membukukan laba bersih sebesar USD303,8 juta.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pendapatan
Dari sisi topline, Perseroan juga mencatatkan kinerja positif dengan meraih pendapatan sebesar USD3,04 miliar pada 2021. Naik dibandingkan USD 2,85 miliar pada 2020.
Volume distribusi gas periode 2021 meningkat menjadi sebesar 871 british thermal unit per day (BBTUD) dari periode 2020 sebesar 828 BBTUD. Sementara volume transmisi PGN tercatat mengalirkan gas sebanyak 1.352 Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD).
Adapun volume lifting minyak gas adalah 24.086 barrel oil equivalent per day (BOEPD) dengan harga rata-rata Indonesian Crude Price (ICP) sebesar USD 68,8 per barel.
”Jika PGAS masuk kembali ke MSCI hal itu mencerminkan kemampuan manajemen dalam mengelola bisnis dan juga keberhasilan perusahaan menjalankan Good Corporate Governance (GCG). Faktor perbaikan dan peningkatan fundamental, topline, dan bottomline PGAS sangat berpengaruh dalam penilaian indeks,” ungkap Nafan.
Saham PGAS saat ini ditransaksikan di level Rp 1.350 - 1.450 per saham. Kinerja sahamnya tergolong atraktif, sejalan dengan membaiknya kinerja Perseroan dan prospek positif pemulihan ekonomi nasional dan global.
Nafan melihat PGAS sedang melakukan ekspansi bisnis, khususnya dalam pengembangan infrastruktur gas bumi ke berbagai sektor pelanggan. Pulihnya ekonomi setelah pandemi Covid-19 mulai terkendali tentunya akan mendorong konsumsi energi kembali meninggi.
Beberapa bisnis baru PGAS seperti operasionalisasi jaringan migas dari blok Rokan ke Dumai juga dapat menjadi katalis positif bagi kinerja PGN di tahun 2022.
Advertisement
Kondisi Global
Kondisi global juga sangat mempengaruhi potensi demand energi, apalagi dengan meningkatnya harga minyak dunia. Gas bumi bisa jadi pilihan utama sebagai energi transisi yang didukung program pemerintah dalam beberapa program gasifikasi untuk sektor kelistrikan termasuk upaya Pertamina sendiri sebagai holding untuk menekan biaya energi lewat pemanfaatan gas di kilang-kilangnya.
”Saka Energi (anak usaha PGAS) juga terus berekspansi dan semakin positif. Semuanya berpengaruh terhadap potensi kinerja fundamentalnya. Saka pastinya mau profitable kedepannya dan tentunya ini sangat baik bagi jangka panjang PGAS, momentum harga minyak saat ini bisa menjadi peluang bagus,” Nafan menjelaskan.
Saka Energi yang terus merugi dalam beberapa tahun, pada tahun 2021 lalu akhirnya berhasil mencatatkan keuntungan senilai USD 6 juta. Perusahaan juga mempercepat pembayaran sebagaian utang obligasinya senilai USD 220 juta pada 25 Maret 2022 lalu.
Dengan kenaikan lifting minyak yang terus dicapai dan fluktuasi harga minyak dunia yang diperkirakan masih akan terjadi, kinerja Saka Energi dinilai akan terus membaik dan tidak lagi jadi beban bagi bisnis PGAS.
Bisnis Saka juga akan semakin dinamis dengan adanya potensi tambahan cadangan gas dari Blok Muriah sebanyak 126 billion cubic fee (BCF). Blok Muriah dikelola sepenuhnya (100 persen Participating interest) oleh Saka Energi melalui Saka Energi Muriah Limited (SEML) dengan kepemilikan 99 persen saham.
Nafan menyebut kinerja dan prospek positif yang ditunjukkan oleh bisnis PGN Group akan menjadi dasar bahwa sahamnya layak masuk dalam daftar potensi Indeks MSCI. ”Masuknya saham PGAS ke indeks MSCI akan mendorong kinerja sahamnya di bursa juga positif. Akan ada faktor euforia pada saham yang berhasil masuk ke MSCI,” imbuhnya.