Liputan6.com, Jakarta Harga emas naik 1 persen pada perdagangan Jumat akibat pelemahan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS). Tetapi harga emas mengakhiri bulan lebih rendah seiring pengetatan kebijakan agresif oleh Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed).
Dikutip dari CNBC, Sabtu (30/4/2022), harga emas di pasar Spot naik 0,7 persen ke level USD 1.908,20 per ounce pada 1607 GMT. Namun, harga emas mengalami penurunan bulanan pertama sejak Januari dengan anjlok 1,5 persen di sepanjang April.
Baca Juga
Sedangkan harga emas berjangka AS naik 1,1 persen menjadi USD 1.911,20 per ounce.
Advertisement
“Pasar emas telah melihat aksi jual yang konsisten dalam beberapa minggu terakhir karena dolar menguat. Saat ini, indeks dolar telah menurun, yang mengangkat harga emas,” kata Edward Meir, analis ED&F Man Capital Markets.
Kurs dolar turun 0,4 persen setelah menyentuh level tertinggi dalam 20 tahun pada hari Kamis, membuat harga emas lebih murah bagi mereka yang memegang mata uang lainnya.
Namun yang mampu mengangkat daya tarik terhadap emas yaitu data menunjukkan ekonomi AS secara tak terduga berkontraksi pada kuartal pertama di tengah kebangkitan kasus COVID-19 dan penurunan uang bantuan pandemi dari pemerintah.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Masih Dianggap Investasi Terbaik dari Gejolak Inflasi
Biaya tenaga kerja AS melonjak ke level paling tinggi dalam 21 tahun di kuartal pertama, menunjukkan kenaikan inflasi upah dan mendukung sikap kebijakan moneter agresif Federal Reserve.
“Data PDB dan indeks biaya untuk data ketenagakerjaan menunjukkan bahwa inflasi masih berjalan cukup panas, ini secara umum mendukung emas,” kata Meir.
Emas masih dianggap sebagai lindung nilai terhadap melonjaknya inflasi dan ketidakpastian, tetapi kenaikan suku bunga mengurangi daya tariknya dengan meningkatkan biaya peluang memegang aset tanpa bunga.
Fokus pasar sekarang bergeser ke pertemuan kebijakan dua hari bank sentral AS yang akan dimulai pada 3 Mei, di mana para pejabat bank sentral diperkirakan akan menaikkan tingkat kebijakan target sebesar setengah poin persentase.
Di tempat lain, harga perak turun 0,5 persen menjadi USD 23,03 per ounce. Sementara harga platinum naik 1,7 persen menjadi USD 935,65. Kedua logam ditetapkan untuk mencatat penurunan bulanan.
Sedangkan harga Palladium naik 2,4 persen menjadi USD 2.286,08 per ounce.
Advertisement
Harga Emas Sentuh Level Terendah dalam 10 Pekan karena Tekanan Dolar AS
Harga emas mencapai level terendah dalam 10 minggu pada penutupan perdagangan Kamis (Jumat pagi waktu Jakarta). pendorong pelemahan harga emas ini karena kenaikan nilai tukar dolar AS yang membuat permintaan emas batangan melemah.
Sementara, rencana kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) yang akan datang juga mengurangi daya tarik logam mulia sebagai aset lindung nilai.
Mengutip CNBC, Jumat (29/4/2022), harga emas di pasar Spot turun ke level USD 1.877,18 per ounce, yang merupakan angka terendah sejak 16 Februari. Harga emas Spot kemudian rebound dan naik sekitar 0,5 persen menjadi USD 1.895,43 per ounce.
Sedangkan untuk harga emas berjangka AS naik tipis dan diperdagangkan di angka USD 1.896,7 per ounce.
Direktur Pelaksana GoldSilver Central Brian Lan mengatakan, harga emas mampu bertahan dengan baik di atas USD 1.900 per ounce, tetapi dampak tekanan dolar AS membuat harga emas tertekan ke level di bawahnya.
Indeks dolar AS berada di level tertinggi dalam lima tahun dan terdapat dorongan lebih lanjut ke atas 103,82 akan mengirimkannya ke level yang tidak pernah dicetak sejak akhir 2002.
Dolar AS yang lebih kuat membuat emas yang dihargakan dengan dolar AS menjadi kurang menarik bagi pemegang mata uang lainnya.
The Fed
Selain itu perkiraan bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada pertemuan yang akan berlangsung pada minggu depan juga menjadi tekanan tersendiri kepada emas.
Patokan imbal hasil Treasury AS jangka waktu 10tahun juga menguat karena investor menunggu kejelasan lebih lanjut tentang kebijakan restriktif yang rencananya akan dilakukan The Fed minggu depan untuk memerangi inflasi dengan membatasi pertumbuhan ekonomi.
Emas sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga jangka pendek AS dan imbal hasil yang lebih tinggi, yang meningkatkan biaya peluang memegang emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil. Namun, emas juga dipandang sebagai penyimpan nilai yang aman selama krisis ekonomi dan politik.
Dengan harga emas gagal untuk mendorong lebih tinggi meskipun latar belakang perang Ukraina dan inflasi yang cepat, investor mungkin telah memutuskan untuk mencari di tempat lain.
kata Lan, langkah penguncian di China untuk memerangi penyebaran Covid-19 telah mempengaruhi permintaan dari konsumen utama emas batangan. Hal ini tentu saja juga sangat berdampak ke harga emas.
Untuk emas, jika terjadi penurunan lebih lanjut, level berikutnya yang harus diperhatikan mungkin berada di USD 1.850, Yeap Jun Rong, ahli strategi pasar di IG, mengatakan dalam sebuah catatan.
Advertisement