Liputan6.com, Jakarta - Sebuah Kapal pesiar senilai USD 300 juta atau kurang lebih Rp 4,34 triliun (estimasi kurs Rp 14.498 per dolar AS) yang diduga milik miliarder Rusia Suleiman Kerimov disita oleh otoritas Fiji. Penyitaan ini atas permintaan dari Departemen kehakiman Amerika Serikat (AS).
Kapal mewah setinggi 348 kaki, yang dikenal dengan nama Amadea tersebut disita setelah Pengadilan Distrik Columbia menemukan bahwa kapal tersebut dapat disita berdasarkan kemungkinan penyebab pelanggaran sanksi.
Baca Juga
Pemerintah AS telah mengatakan dalam dokumen pengadilan bahwa Kerimov dan mereka yang bertindak atas namanya dan untuk keuntungannya menyebabkan transaksi dolar AS untuk Amadea dikirim melalui lembaga keuangan AS.
Advertisement
Jaksa Agung Merrick Garland mengatakan putusan itu dilakukan dengan mempertimbangkan tidak ada tempat persembunyian untuk aset individu yang melanggar undang-undang AS, dan tidak ada tempat persembunyian untuk aset penjahat yang berdekatan dengan rezim Rusia.
"Departemen Kehakiman tanpa henti terus berupaya untuk meminta pertanggungjawaban mereka yang memfasilitasi kematian dan kehancuran di Ukraina," kata Garland dikutip dari nbcnews, Minggu (8/5/2022).
Pengacara Kerimov di Prancis tidak mau menanggapi permintaan komentar. Pengacara untuk perusahaan yang terdaftar sebagai pemilik kapal pesiar telah membantah bahwa Kerimov memiliki hubungan apa pun dengannya.
Seorang miliarder yang telah disebut “Rusia Gatsby,” Kerimov adalah salah satu orang terkaya di dunia, menurut Bloomberg Billionaires Index. Sebagian besar kekayaannya diperkirakan berasal dari saham keluarganya di Polyus — produsen emas terbesar di Rusia.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bantu Pengungsi Ukraina, Miliarder Rusia Yuri Milner Gelontarkan Rp 1,4 Triliun
Investor teknologi sekaligus miliarder asal Rusia, Yuri Milner menyumbangkan dana sebesar USD 100 juta atau setara Rp 1,4 triliun (kurs rupiah 14.500 per dolar AS) untuk membantu pengungsi Ukraina yang terdampak konflik.
Dilansir dari Forbes, Selasa (2/5/2022) ini menandai upaya terbaru dari Milner untuk menunjukkan dukungan bagi Ukraina.
Inisiatif amal yang bertajuk Tech for Refugees itu melibatkan kemitraan antara Breakthrough Prize Foundation, sebuah kelompok nirlaba yang didirikan oleh Milner dan istrinya, Julia, pada tahun 2012, dan raksasa penyewaan akomodasi Airbnb, serta layanan streaming audio Spotify.
Dana yang dikumpulkan dari inisiatif ini akan digunakan untuk mendukung perusahaan-perusahaan tersebut membantu para pengungsi Ukraina, seperti penyediaan perumahan gratis untuk sementara oleh Airbnb - ke lokasi-lokasi pengungsi.
"Kami turut prihatin oleh bencana memilukan yang dialami rakyat Ukraina," kata Milners dalam sebuah pernyataan.
"Kami percaya bahwa inisiatif ini, dalam kemitraan dengan beberapa perusahaan dan organisasi teknologi paling kreatif di dunia, dapat memberikan bantuan praktis bagi orang-orang yang hidup dalam kekacauan di luar tanah air mereka," ujarnya.
Milner pun mengungkapkan bahwa ia berencana memperluas inisiatif Tech for Refugees, yang akan menjangkau pengungsi di wilayah lain di dunia.
Sebagai informasi, Yuri Milner mengumpulkan kekayaannya berawal dari investasi di Facebook dan Twitter.
Kekayaan Milner kini tercatat sebanyak USD 7,3 miliar atau setara Rp 106 triliun (kurs 14.500 per dolar AS).
Advertisement
Orang Terkaya Ukraina Janji Bantu Bangun Kota Mariupol yang Rusak Akibat Perang
Taipan baja sekaligus orang terkaya di Ukraina, yakni Rinat Akhmetov mengungkapkan akan membantu membangun kembali kota Mariupol yang melihat banyak kerusakan karena dilanda perang dengan Rusia.
Dilansir dari CNN Business, kota kota Mariupol sendiri merupakan lokasi di mana Akhmetov menjalankan dua pabrik baja yang dia katakan akan sekali lagi bersaing secara global.
"Mariupol adalah tragedi dan contoh kepahlawanan global. Bagi saya, Mariupol telah dan akan selalu menjadi kota Ukraina," ujar Akhmetov dalam pernyataan tertulis atas pertanyaan dari kantor berita Reuters.
"Saya percaya bahwa tentara pemberani kita akan mempertahankan kota, meskipun saya mengerti betapa sulitnya bagi mereka," katanya.
Saat ini, perusahaan baja terbesar di Ukraina milik Akhmetov, yaitu Metinvest telah mengumumkan tidak dapat melakukan kontrak pasokan karena perang yang sedang berlangsung.
Akhmetov juga membeberkan, dirinya setiap hari berkomunikasi dengan manajer Metinvest yang menjalankan pabrik Azovstal dan Illich Iron and Steel Works di Mariupol.
Sementara Metinvest telah memenuhi kewajiban utangnya, produsen listrik swasta perusahaan itu, yakni DTEK, mengatakan "telah mengoptimalkan pembayaran utangnya" di kesepakatan dengan kreditur.
"Dan perang tentu bukan saatnya untuk berselisih... Kami akan membangun kembali seluruh Ukraina," jelas Akhmetov.
Miliarder itu juga menyebutkan, ia telah kembali ke Ukraina pada 23 Februari 2022 dan telah berada di sana sejak itu.