Liputan6.com, Jakarta Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada kuartal I-2022 tercatat tumbuh 5,01 persen (yoy). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sumber pertumbuhan tertinggi berasal dari industri pengolahan.
Sektor ini berkontribusi 1,06 persen pada perekonomian nasional di kuartal perdana tahun ini. Artinya, mesin-mesin pertumbuhan ekonomi mulai menunjukkan perannya dalam roda perekonomian.
Baca Juga
"Perekonomian nasional sudah mulai kembali ke masa sebelum pandemi melanda," kata Kepala BPS, Margo Yuwono di Gedung BPS, Jakarta Pusat, Senin (9/5).
Advertisement
Selain industri pengolahan, sektor perdagangan juga memberikan andil 0,75 persen. Kemudian transportasi dan pergudangan 0,57 persen, kontruksi 0,49 persen dan sektor lainnya 2,14 persen.
Margo mengatakan pada kuartal perdana ini jauh lebih baik dibandingkan pada periode yang sama di tahun 2021. Saat itu sektor ini justru menjadi sumber kontraksi pertumbuhan ekonomi yang andilnya 0,29 persen.
Di sisi lain hampir seluruh sektor lapangan usaha pada kuartal I-2022 tumbuh positif. Beberapa diantaranya yakni lapangan usaha di industri pengolahan tumbuh 5,07 persen, perdagangan 5,71 persen, pertanian 1,16 persen dan pertambangan 3,82 persen.
Sementara itu, tiga pertumbuhan tertinggi yakni pada sektor transportasi dan pergudangan dengan pertumbuhan 15,79 persen, jasa lainnya 8,24 persen dan informasi dan komunikasi yang naik hingga 7,14 persen.
Hanya saja, sektor administrasi pemerintah dan jasa pendidikan mengalami kontraksi di kuartal I-2022. Masing-masing terkontraksi 1,45 persen dan 1,70 persen.
"Administrasi terkontraksi karena realisasi belanja pegawai yang terkontraksi 4,09 persen. Sedangkan jasa pendidikan menurun karena pegawai untuk pendidikan sebesar 0,24 persen," kata dia mengakhiri.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Capai 5,01 Persen di Kuartal I 2022
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2022 sebesar 5,01 persen. Angka ini mengalami kontraksi 0,96 persen dibandingkan pada kuartal IV-2021 yang pertumbuhannya 5,02 persen
"Dengan demikian pertumbuhan ekonomi kuartal I secara kuartal mengalami kontraksi 0,96 persen dibandingkan dengan kuartal IV-2021 dan ekonomi indonesia tumbuh 5,01 persen secara tahunan," kata Kepala BPS, Margo Yuwono di Gedung BPS, Jakarta Pusat, Senin (9/5).
Margo menjelaskan kontraksi tersebut disebabkan tingkat pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2021 berada di posisi low base effect. Sebab pada tahun tersebut pertumbuhannya terkoneksi 0,70 persen.
"Tingginya angka pertumbuhan ini selain karena aktivitas ekonomi, karena low base effect kuartal I yang terkontraksi 0,70 persen," kata dia.
Sementara itu, ekonomi Indonesia bila dihitung berdasarkan PDB pada kuartal I-2022 atas dasar harga berlaku sebesar Rp 4513 triliun. Sedangkan bila berdasarkan harga konstan Rp 2819,6 triliun.
Adapun faktor pendukung pertumbuhan ekonomi tersebut antara lain kapasitas produksi industri pengolahan sebesar 72,54 persen. Indeks penjualan ritel dini tumbuh meyakinkan 12,17 persen.
Dari PMI manufaktur mencapai level 51,77 persen, lebih tinggi dari Q1-2021 sebesar 50,01 persen. PLN juga melaporkan konsumsi listrik industri ini tumbuh meyakinkan sebesar 15,44 perse.
"Artinya aktivitas sektor industri mengalami pertumbuhan," kata dia.
Impor barang modal dan produksi ini tumbuh pada kuartal I-2022. Barang modal tumbuh 30,68 persen, bahan baku tumbuh 33,4 persen dan barang konsumsi tumbuh 11,77 persen.
Advertisement
Dari Sisi Suplai dan Konsumsi
Dari sisi suplai dan konsumsi, penjualan mobil penumpang tumbuh 45,9 persen. Jumlah penumpang angkutan udara mengalami peningkatan dengan pertumbuhan 58,13 persen.
Selain itu, jumlah kedatangan wisman dari pintu utama ini tumbuh secara impresif. Meski belum besar tapi jumlah pertumbuhannya 228,24 persen dibandingkan tahun lalu.
Penerimaan PPh juga tumbuh 18,8 persen. Artinya pajak perusahaan meningkat dan pungutan pajak pegawai ini meningkat. Begitu juga dengan penerimaan PPh badan tumbuh 136 persen.
"Ini diindikasikan kegiatan di korporasi ada pertumbuhan karena PPh badan-nya ini tumbuh secara impresif, artinya ekonomi menggeliat di kuartal I-2022," kata dia.
Disisi lain, belanja barang dan bansos untuk penangan dan pencegahan dampak Covid-19 di masyarakat menurun masing-masing 33,99 persen dan 30,22 persen.
"Disini memperlihatkan aktivitas ekonomi ini tergantung mobilitas penduduk," kata dia mengakhiri.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Bank Mandiri Proyeksi Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,17 Persen di 2022
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk memperkirakan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini bertengger di kisaran 5,17 persen secara tahunan atau year on year (yoy), yang dimulai dengan proyeksi capaian 4,95 persen yoy laju kenaikan PDB pada triwulan I-2022.
Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro menyampaikan, terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi percepatan pertumbuhan ekonomi Tanah Air di tahun ini. Salah satunya, perbaikan harga komoditas yang telah berlangsung sejak akhir 2020 lalu.
Menurutnya, peningkatan harga Crude Palm Oil (CPO), batubara, dan nikel akan meningkatkan transaksi belanja dan berujung pada perbaikan ekonomi di daerah.
"Kenaikan harga batubara akan meningkatkan penjualan mobil niaga sementara peningkatan harga CPO akan mendorong penjualan mobil penumpang. Sektor turunan lainnya juga diprediksi akan mengalami perbaikan sejalan dengan stabilitas harga komoditas," ujar Andry dalam keterangannya, Senin (9/5).
Lebih dari itu, bila mobilitas masyarakat dilonggarkan dan kasus Covid-19 dapat ditekan atau tidak ada varian baru yang mematikan, maka pemulihan ekonomi daerah dipastikan akan lebih masif. Sebab dengan begitu, pembangunan yang memicu perbaikan kualitas infrastruktur di daerah mampu menopang keberlanjutan pertumbuhan ekonomi.
Merujuk data Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP) setidaknya terdapat sebanyak 201 proyek dan 10 program dalam Proyek Strategis Nasional Terbaru. Tidak hanya di Pulau Jawa, proyek strategis nasional ini juga tersebar di luar Pulau Jawa.
"Tingkat pembangunan infrastruktur, seperti jalan tol, pelabuhan dan bandara yang semakin masif sangat berdampak pada kemudahan mobilitas antar wilayah, baik untuk mobilitas manusia maupun barang," imbuhnya.
Advertisement