Sukses

Pakai Kereta Buatan INKA, Tarif KRL Bakal Naik?

PT Kereta Api Indonesia (Persero) akan menggunakan kereta rel listrik (KRL) produksi PT Industri Kereta Api mulai 2024 mendatang.

Liputan6.com, Jakarta PT Kereta Api Indonesia (Persero) akan menggunakan kereta rel listrik (KRL) produksi PT Industri Kereta Api mulai 2024 mendatang. Namun, biayanya disebut lebih mahal.

Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo menyampaikan terkait biaya tersebut perlu menghitung secara keseluruhan ongkos yang dibutuhkan. Artinya, tak hanya menghitung biaya awal pembelian unit.

"Jadi kalau dulu kan kita pakai KRL itu impor bekas ya, nah itu kalau kita lihat itu dari total ownershipnya kira-kiraa kereta itu akan dipake puluhan tahun, nah itu kita akan lihat kualitas harus bagus karena kita lihat dari sisi masa pakainya dan juga maintenancenya harus murah," katanya dalam konferensi pers di Kementerian BUMN, Senin (9/5/2022).

Mendukung pernyataan itu, Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo menyebut biaya yang dikeluarkan dengan membeli kereta produksi INKA memang akan lebih mahal. Namun, biaya maintenance digadang-gadang lebih murah.

Lebih lanjut, Didiek menyebut penentuannya nanti akan dihitung lebih detail dengan Kementerian Perhubungan selaku regulator.

"Mahal ya mahal (kereta) baru tapi itungan per penumpangnya yang akan kita hitung bersama-sama dengan Kemenhub. Sehingga secara (penentuan) cost masih terlalu dini. Ini masih MoU, belum lagi nanti (ada) langkah-langkah, nanti secara detailnya akan dielaborate oleh KCI, tapi pasti akan memerhatikan aspek ramah lingkungan efisien terjangkau bagi masyarakat," paparnya.

Masih terkait pendanaan, ia menyebut skema pendanaannya masih harus dibahas lebih detail. Pasalnya, ini menyangkut juga besaran subsidi yang akan disuntik ke KAI.

"Karena untuk tarif KRL itu kan ada skema PSO kita akan lakukan penghitungan, tentu tak akan memberatkan masyarakat dan pemerintah," ujarnya.

 

2 dari 4 halaman

1.100 Unit Kereta Impor

Didiek menyampaikan saat ini pemenuhan kereta rel listrik (KRL) masih menggunakan kereta impor. Ia mengungkap jumlahnya mencapai 1100 unit.

"Kita tau selama ini kita impor kereta bekas jumlahnya sekarang sudah lebih 1100 unit dan kita mulai secara baru adalah dengan pembuatan sarana kereta listrik yang baru yang merupakan sinergi kolaborasi dua bumn antara PT INKA dan PT KAI yang akan dijalankan PT KCI dan itu yang kita harapkan bisa berjalan sesuai dengan schedule dan berjalan sesuai rencana," paparnya.

 

3 dari 4 halaman

Tak Impor Mulai 2024

Sementara, Direktur Utama PT INKA (Persero) Budi Noviantoro mengatakan MoU ini merupakan sinergi BUMN. Dengan lingkup kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan segala persiapan yang diperlukan untuk pengadaan KRL oleh KAI Commuter dan persiapan produksi KRL oleh PT INKA.

“KAI Commuter berencana akan melakukan pengadaan sarana baru sebanyak 16 rangkaian KRL dengan susunan 12 kereta tiap rangkaiaannya dengan spesifikasi teknis yang dipersyaratkan oleh peraturan perundang-undangan perkeretaapian. Harapannya segala persiapan hingga pengiriman pertamanya akan sesuai jadwal yang diperkirakan pada tahun 2024,” tutur Budi.

 

4 dari 4 halaman

Butuh Sarana

KAI Commuter sebagai operator KRL Jabodetabek dan KRL Yogyakarta-Solo dalam mengoperasikan pelayanan KRL membutuhkan sarana yang andal sebagai modal utama KAI Commuter dalam melayani pelanggan.

Dengan target 1,2 juta pengguna tiap harinya, tentunya KAI Commuter memerlukan Sarana KRL yang andal dalam menjalankan operasionalnya untuk memenuhi target tersebut.

“MoU antara KAI Commuter dan PT INKA ini diharapkan bisa mendukung terciptanya operation excellence KAI Commuter yang menjadikan transportasi KRL ramah lingkungan dan efisien” ujar Direktur Utama KAI Commuter, Roppiq Lutzfi Azhar.

Melalui MoU ini juga, diharapkan pelayanan yang bisa diberikan kepada pengguna KRL akan semakin baik dan jumlah pengguna transportasi umum akan semakin meningkat, tutup Roppiq.