Liputan6.com, Jakarta - Pada perdagangan Selasa (10/5/2022) Rupiah ditutup menguat 18 poin walaupun sebelumnya sempat menguat 50 poin di level Rp 14.572. Sedangkan, pada penutupan perdagangan sebelumnya rupiah berada di posisi 14.480.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, Rupiah berpotensi melemah pada perdagangan Rabu, 11 Mei 2022.
Baca Juga
“Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 14.540 hingga Rp 14.590,” kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Selasa (10/5/2022).
Advertisement
Penguatan rupiah pada Selasa pekan ini secara internal didorong pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama 2022. Badan Pusat Statistik (BPS) kemarin merilis data pertumbuhan ekonomi Kuartal Pertama 2022 tumbuh 5,01 persen (YoY).
Rilis data tersebut sesuai dengan ekspektasi pasar bahkan lebih baik dari perkiraan. Pertumbuhan ini ditopang pulihnya sejumlah aktivitas ekonomi pasca-pandemi Covid-19. Pertumbuhan signifikan ini juga karena ada low base effect pada Kuartal Pertama 2021 yang kita ketahui ekonomi Indonesia terkontraksi 0,7 persen.
Pemulihan daya beli menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi awal tahun. Penjualan semen dan kendaraan niaga, impor barang modal, konsumsi listrik, serta penjualan barang ritel yang meningkat menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama.
PDB 5,01 persen menunjukkan pemulihan menuju tren yang beberapa tahun terakhir terjadi di Indonesia, yakni pertumbuhan terjaga di kisaran 5 persen. Pada Kuartal Keempat 2021, pertumbuhan ekonomi tercatat berhasil mencapai 5,02 persen.
Hal Ini yang kemudian menjadi sumber optimisme, bahwa perekonomian di Kuartal Kedua 2022 terus bergerak ke arah yang lebih baik.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Dolar AS Melemah
Sementara Rupiah menguat, dolar AS justru melemah terhadap mata uang lainnya pada Selasa, tetapi pergerakannya kecil. Investor mengharapkan kenaikan tambahan dengan besaran yang sama ketika Federal Reserve AS menaikkan suku bunganya menjadi 1 persen.
Bank sentral telah menaikkan suku bunga mereka untuk menjinakkan inflasi. The Fed menyampaikan kenaikan suku bunga 0,50 persen sejak 2000 Kamis lalu. Bank of England juga menaikkan suku bunga menjadi 1 persen karena menurunkan keputusan kebijakannya pada hari itu, tertinggi sejak 2009.
Prospek kenaikan suku bunga yang agresif mendorong Treasury AS 10-tahun naik setinggi 104,19 semalam, puncak 20-tahun. Karena investor mengharapkan kenaikan tambahan dengan besaran yang sama dari The Fed.
Di Asia Pasifik, data perdagangan dari China pada hari Senin menunjukkan ekspor pada April tumbuh 3,9 persen YoY, laju paling lambat sejak Juni 2020.
Tindakan penguncian karena pandemi telah menyebabkan kerusakan pada perdagangan dan perang yang sedang berlangsung di Ukraina yang sampai saat ini belum ada kejelasan kapan akan berakhir.
Sekarang investor masih menunggu Indeks Harga Konsumen Inti (CPI) AS pada Rabu, serta Indeks Harga Produsen AS dan klaim pengangguran awal, yang akan jatuh tempo pada Kamis.
Advertisement
Gerak Rupiah pada Selasa 10 Mei 2022
Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Selasa ini diproyeksikan masih akan dibayangi sentimen kenaikan suku bunga yang lebih agresif oleh bank sentral AS The Fed.
Rupiah pagi ini bergerak menguat 14 poin atau 0,1 persen ke posisi 14.559 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.573 per dolar AS.
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan, nilai tukar rupiah masih berpotensi untuk melemah hari ini terhadap dolar AS.
"Sentimen pasar kelihatannya masih kuat mendukung penguatan dolar AS karena ekspektasi pengetatan moneter AS yang agresif ke depannya," ujar Ariston, seperti dikutip dari Antara, Selasa, 10 Mei 2022.
Indeks saham Asia juga bergerak negatif pagi ini mengikuti penurunan dalam indeks saham AS dan Eropa semalam.
Menurut Ariston, pelaku pasar masih melakukan penyesuaian portofolio mengantisipasi kenaikan suku bunga acuan AS yang lebih tinggi.
Sentimen Dalam Negeri
Sementara itu, lanjut Ariston, angka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2022 yang positif, mungkin belum bisa menahan pelemahan rupiah karena kuatnya sentimen pasar terkait kenaikan suku bunga The Fed tersebut.
"Tapi data ini akan menjadi pertimbangan pasar ketika pelaku pasar kembali masuk ke aset berisiko," kata Ariston.
Ariston memperkirakan rupiah akan bergerak melemah ke kisaran 14.600 per dolar AS dengan potensi support di kisaran 14.550 per dolar AS.
Pada Senin (9/5), rupiah ditutup melemah 93 poin atau 0,64 persen ke posisi 14.573 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.480 per dolar AS.
Advertisement