Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memproyeksikan, moda transportasi Light Rail Transit atau Lintas Raya Terpadu di Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi (LRT Jabodebek) nantinya bisa menampung hingga 100 ribu orang per hari. Namun, volume penumpang terpadat bukan berasal dari stasiun pemberangkatan awal seperti Stasiun Jatimulya, tapi berada di jalur tengah.
Direktur Prasarana Perkeretaapian Kemenhub Harno Trimadi mengatakan, Kemenhub sudah membuat perkiraan baru selepas pandemi untuk volume angkutan harian LRT Jabodebek.
Baca Juga
"Kita melihat di 2022 targetnya 100 ribu orang per hari. Itu target yang cukup moderat, karena kita lihat pandemi ini di akhir tahun mudah-mudahan bisa tereduksi," ujar Harno dalam sesi webinar, Kamis (12/5/2022).
Advertisement
Adapun LRT Jabodebek secara total memiliki 18 stasiun pemberangkatan, dimulai dari Stasiun Jatimulya di Kabupaten Bekasi sampai Stasiun Dukuh Atas, Jakarta Selatan.
Namun, merujuk data lama sebelum pandemi, Harno mengatakan, pergerakan penumpangnya baru akan membludak di jalur pertengahan, dimulai dari Stasiun Kampung Rambutan.
"Tidak semua di stasiun pertama besar. Kita lihat dari Cibubur (Stasiun Harjamukti), prediksinya hanya 18 ribu orang per hari. Jatimulya juga tidak besar," kata dia.
"Tapi di proses tengahnya cukup besar. Misalnya, di Rambutan ada 26 ribu pergerakan. Di Taman Mini ada 35 ribu. Ini data lama, mungkin sudah terkoreksi," terang Harno.
Pergerakan penumpang tertinggi diprediksi terjadi selepas Stasiun Taman Mini Indonesia Indah (TMII), yakni di Stasiun Cawang. Secara prediksi, total akan ada sekitar 79 ribu pergerakan per hari.
"Walaupun nanti di Cawang kita harapkan terjadi perpindahan. Jadi mereka tidak pindah ke moda lain, tapi perpindahan lintas," imbuh Harno.
Selain itu, ia pun bakal memperhitungkan moda LRT Jabodetebek yang nantinya akan terintegrasi dengan Kereta Cepat Jakarta-Bandung di Stasiun Halim. Kemenhub belum sempat memasukan data perhitungan terbaru, namun Harno memprediksi bakal ada satu pergerakan yang cukup tinggi di Stasiun Halim.
"Based on ini, kami dari Kementerian Perhubungan mencoba memfasilitasi apa yang bisa kita lakukan. Karena mengingat kereta ini lewatnya 6 menit sekali," pungkas dia.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Progres Pembangunan LRT Jabodebek Masih 30 Persen
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melaporkan, progres proyek Light Rail Transit atau Lintas Raya Terpadu di Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi (LRT Jabodebek) saat ini baru mencapai sekitar 30 persen. Pembangunan moda transportasi ini sedikit lambat karena harus menyambungkan tiga prasarana berbeda.
Direktur Prasarana Perkeretaapian Kemenhub Harno Trimadi menjelaskan, secara fisik pekerjaan rel dan infrastruktur lainnya di proyek LRT Jabodebek memang sudah mencapai 97 persen.
Namun, berbicara soal proses pengerjaan dua prasarana lain yakni track dan sistem modanya, masih banyak yang harus dikerjakan.
"Relnya sudah 97 persen, sinyalnya masih kita progres. Mengintegrasikan antara prasarana, sinyal dengan sarana, jadi ini masih 30 persen," ujar Harno dalam sesi webinar, Kamis (12/5/2022).
"Jadi ada tiga komponen, track, sarana, sistem. Ketiga ini harus diintegrasikan. Ketiga sistem ini sekarang masih dalam proses 30 persen," jelas dia.
Terkait aksesibilitas antar stasiun, saat ini progresnya secara rata-rata masih di kisaran 70-80 persen. "Misal, lintas 1 sudah 80 persen, lintas 2 sudah 74 persen, dan lintas 3 masih 79 persen," imbuhnya.
Harno menyatakan, pembangunan seluruh prasarana mulai dari sistem integrasi dan aksesibilitasnya harus dibarengi. Pasalnya, jika tidak dilakukan bersamaan maka akan sulit merubahnya ke depan.
"Jadi memang progresnya baru sekitar 70 persen. Jadi kita punya waktu, sembari ada masukan terkait aksesibilitas," kata Harno.
Advertisement
LRT Jabodebek Jalani Uji Coba Lagi
Sebelumnya, PT Kereta Api Indonesia (Persero) mempersiapkan pendekatan preventif dan antisipatif dalam menjamin keamanan dan memastikan keselamatan pelanggan LRT Jabodebek saat soft launching pada 17 Agustus 2022 mendatang.
Saat ini KAI sudah memasuki masa pengujian GoA 3 pada lintas pelayanan, sehingga KAI akan mengujicobakan LRT Jabodebek secara otomatis dengan sangat hati-hati.
VP Public Relations PT KAI Joni Martinus mengatakan, KAI bersama-sama dengan para stakeholder lainnya telah mengevaluasi insiden kecelakaan pada masa uji coba sebelumnya. Sehingga kejadian serupa tidak akan terjadi di kemudian hari.
"KAI telah mempersiapkan strategi komprehensif dan mengembangkan protokol keselamatan yang ketat di seluruh proses pengujian hingga pengoperasian LRT nantinya," kata VP Public Relations KAI Joni Martinus dalam keterangan tertulis, Senin (11/4/2022).
Upaya pencegahan tersebut di antaranya adalah dengan melakukan serangkaian pengujian, pengecekan, dan perawatan yang dilakukan berkala oleh tenaga yang kompeten dan diawasi oleh para ahli di bidangnya. Hal ini dilakukan mengingat LRT Jabodebek akan dioperasikan sistem secara otomatis.
“Walaupun tanpa adanya masinis, otomatisasi sistem yang bekerja dengan baik sesuai pemrograman akan dengan sendirinya menjamin keselamatan,” jelas Joni.
Sistem otomatis LRT yang terpadu ini terdiri dari dua komponen kunci, yaitu persinyalan dan telekomunikasi. Persinyalan akan mengatur jarak antar kereta, melakukan akselerasi dan pengereman secara otomatis. Sedangkan telekomunikasi yang mengatur komunikasi data, pengaturan suplai daya dan proteksi dari sisi kelistrikan.
Berbagai Pengamanan
Prevensi juga diaplikasikan KAI dengan melatih SDM khusus mengenai seluruh aspek operasional LRT Jabodebek agar dapat berjalan dengan aman dan selamat, serta menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) kondisi darurat, baik di dalam kereta maupun di stasiun.
Dalam mengantisipasi kondisi darurat, rangkaian kereta dilengkapi interkom kontak darurat, sensor api dan asap, serta deteksi anjlokan dan tabrakan yang otomatis menghentikan kereta seketika.
Selain sensor dan alat deteksi, KAI pun telah menempatkan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan palu pemecah kaca di dalam rangkaian LRT Jabodebek.
Pemantauan intensif pun dilaksanakan melalui CCTV yang dipasang di seluruh rangkaian kereta dan di stasiun. Tak hanya itu, guna keperluan evakuasi, seluruh stasiun LRT Jabodebek menyediakan connecting bridge.
Train Attendant dan tenaga security juga senantiasa bertugas memastikan keselamatan dan kenyamanan perjalanan penumpang dari keberangkatan hingga sampai di tujuan.
Advertisement