Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) menggandeng Chevron New Ventures kerja sama untuk menjajaki bisnis rendah karbon di Indonesia. Aksi Pertamina dan Chevron ini sejalan dengan target nol emisi karbon yang ditarget pemerintah Indonesia.
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengaku tak sabar untuk menyaksikan implementasi dari kerjasama kedua perusahaan energi ini. ia meyakini kedepannya, pelaksanaan kerja sama ini bisa dilakukan dengan cepat.
Baca Juga
“Selamat untuk kedua perusahaan atas penandatanganannya, saya tak sabar untuk melihat implementasinya, saya yakin implementasinya akan dilakukan secara cepat,” katanya usai menyaksikan penandatanganan MoU antara Pertamina dan Chevron, Kamis (12/5/2022) malam.
Advertisement
“Saya yakin kita bisa berjalan dengan cepat, dan Chevron juga melakukan telah melakukan studi dan melakukan hal ini, dan saya yakin kita bisa mencapai target ini secepatnya,” imbuh Luhut.
Ia menyebut langkah ini merupakan hal yang penting bagi Indonesia. Apalagi, Indonesia memiliki potensi penyerapan karbon yang tertinggi di dunia. ia mengeklaim Indonesia mampu menyerap 70 persen karbon dunia.
“Jadi dengan MoU ini kita bisa melihat bahwa sisi utamanya adalah untuk melakukan eksplorasi dan mengembangkan teknologi termasuk sektor geothermal dan lingkungan ayng bisa menyerap karbons ecara natural dan jadi solusi rendah karbon dari kegiatan kedua perusahaan ini,” katanya.
Langkah ini sekaligus membuat Menko Luhut optimistis. Pasalnya, kedepannya semua orang akan berbicara mengenai energi bersih dan energi hijau. Dimana itu akan berdampak baik bagi lingkungan di dunia.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kolaborasi
Pada kesempatan yang sama Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menyambut baik kolaborasi kedua perusahaan ini. Nicke menyebut ini merupakan salah satu dukungan perusahaan untuk mengejar target Nationally Determined Carbon (NDC) yang telah ditetapkan.
“kerja sama dengan Chevron bisa melirik sejumlah kegiatan, karena kita punya pengalaman salahs atunya di sektor geothermal, jadi kita bisa meningkatkan aktivitas geothermal dan kedepannya dalam lima tahun kedepan,” katanya.
Ia juga mengutip permintaan Presiden Joko Widodo dalam forum G20 tentang perusahaan energi perlu bersama-sama untuk mengatasi krisis iklim. Salah satunya melalui kegiatan yang mendukung energi bersih.
“Presiden meminta untuk kita harus menjadi katalis dalam hal ini, dan bisa memastikan bahwa kita tidak meninggalkan siapapun dibelakang kita,” katanya.
Advertisement
Dirut Pertamina: Transisi Energi Jadi Prioritas
Sebelumnya, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menyebut isu transisi energi menuju energi bersih harus jadi prioritas. Ia menilai ini telah jadi topik dan tujuan utama dari berbagai forum internasional.
Diantaranya, Presidensi G20 Indonesia yang saat ini memasukkan topik transisi energi sebagai topik utama diantara dua topik lainnya. Nicke menyebut, Pertamina berkontribusi banyak dalam mendorong transisi energi ini.
“Saat ini, transisi energi adalah isu yang harus jadi prioritas, dan sebagai perusahaan energi, Pertamina harus menjadi pemimpin dalam mengejar target bauran energi bersih di Indonesia,” katanya dalam Media Briefing Pertamina, Jumat (18/3/2022).
Dalam konteks mengejar transisi energi, pemerintah telah menetapkan target pengurangan emisi karbon sebesar 29 persen pada 2030 mendatang. Nicke mengaku, Pertamina siap mendukung upaya pemerintah tersebut untuk menurunkan emisi gas rumah kaca dan emisi lainnya yang menyebabkan pemanasan global.
Nicke membeberkan ada delapan pilar transisi energi. Pertama, meningkatkan kilang Pertamina untuk menghasilkan bahan bakar ramah lingkungan, pengembangan lebih lanjut Bioenergi dalam bentuk biomassa dan bioetanol, dan mengoptimalkan potensi dan meningkatkan kapasitas panas bumi terbesar serta komersialisasi hidrogen.
Kemudian, Pertamina juga mengambil peran strategis dalam ekosistem baterai yang terintegrasi di Indonesia. Nicke menyebut pihaknya juga memperkuat gasifikasi terintegrasi untuk sektor rumah tangga hingga industri. Lalu, di bidang pembangkit listrik, Nicke menegaskan komitmennya menekan jejak karbon.
“kami terus berupaya untuk menerapkan Carbon Capture, Utilization, and storage (CCUS) dalam peningkatan produksi beberapa ladang minyak dan gas,” katanya.