Sukses

Rupiah Tertekan Imbas Rencana Kebijakan Moneter Agresif The Fed

Nilai tukar rupiah hari ini berpotensi melemah ke kisaran 14.650 per dolar AS dengan potensi support di kisaran 14.550 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah dalam transaksi antarbank di Jakarta menjelang akhir pekan ini. Pelemahan nilai tukar rupiah ini dipicu ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga acuan yang agresif dari bank sentral AS atau The Federal Reserve (the Fed).

Pada Jumat (13/5/2021) pagi, nilai tukar rupiah bergerak melemah 14 poin atau 0,09 persen ke posisi 14.612 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.598 per dolar AS.

"Rupiah mungkin masih bisa tertekan terhadap dolar AS karena ekspektasi pengetatan moneter AS yang agresif masih tinggi di pasar," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra dikutip dari Antara.

Semalam dalam suatu wawancara, Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell menegaskan lagi niat bank sentral AS untuk mengendalikan inflasi dengan melakukan pengetatan moneter yang lebih agresif.

Powell juga mengatakan bahwa pada Juni dan Juli 2022, suku bunga akan dinaikkan lagi sebesar masing-masing 50 basis poin.

"Kondisi tenaga kerja AS saat ini juga mendukung kebijakan pengetatan moneter AS yang agresif," ujar Ariston.

Data klaim tunjangan pengangguran AS mingguan selama empat minggu juga masih menunjukkan penurunan jumlah klaim yang artinya kondisi tenaga kerja cukup sehat sehingga kebijakan pengetatan moneter tidak menekan turun lapangan pekerjaan.

Setelah pernyataan Powell tersebut, indeks dolar AS terlihat menguat ke level tertinggi sejak Desember 2002 di kisaran 104,92.

Di sisi lain, sentimen terhadap aset berisiko terlihat positif pagi ini. Indeks saham Asia rata-rata dibuka menguat.

"Kelihatannya pasar mengambil kesempatan untuk membeli di level rendah. Ini mungkin bisa menahan pelemahan rupiah ke level yang lebih jauh," kata Ariston.

Ariston memperkirakan nilai tukar rupiah hari ini berpotensi melemah ke kisaran 14.650 per dolar AS dengan potensi support di kisaran 14.550 per dolar AS.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Kinerja Penjualan Eceran

 

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, Rupiah berpotensi melemah pada perdagangan Jumat, 13 Mei 2022.

"Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 14.580 hingga Rp 14.640,” kata Ibrahim dalam keterangan tertulis.

Secara internal gerak rupiah dipengaruhi banyak faktor yaitu berdasarkan survei Bank Indonesia (BI), Kinerja penjualan eceran pada April 2022 diperkirakan meningkat.

Hal ini terindikasi dari Indeks Penjualan Riil (IPR) April 2022 yang sebesar 219,3 atau naik 6,8 persen month on month (MoM) dari 205,3 pada Maret 2022. Bahkan pertumbuhan pada April 2022 ini juga lebih tinggi dari pertumbuhan sebesar 2,6 persen MoM pada bulan 2022.

Peningkatan ini didorong oleh peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat selama Ramadan dan menjelang Hari Raya Besar Keagamaan Negara (HBKN) Idul Fitri.

Sedangkan peningkatan secara bulanan ini terjadi pada sebagian kelompok, yaitu kelompok Peralatan Informasi dan Komunikasi sebesar 5,1 persen MoM, makanan, minuman, dan tembakau baik 81, persen MoM, serta subkelompok Sandang naik 10,7 persen MoM.

Sayangnya, bila dibandingkan dengan kinerja penjualan April 2021, penjualan eceran pada April tahun ini diperkirakan turun 0,5 persen YoY. Pertumbuhannya juga lebih rendah dari pertumbuhan Maret 2022 yang bahkan bisa tumbuh positif 9,3 persen YoY.

3 dari 3 halaman

Pelemahan Rupiah Tak Sedalam Ringgit, Rupee, dan Peso

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengakui bahwa nilai tukar rupiah melemah karena tekanan dari sentimen global. Namun jika dibandingkan dengan beberapa mata uang lainnya, pelemahan rupiah masih kecil.

Perry mencatat, nilai tukar rupiah terDepresiasi sekitar 0,42 persen sampai dengan 16 Maret 2022 dibandingkan dengan level akhir 2021. Angka ini relatif lebih rendah dibandingkan depresiasi dari mata uang sejumlah negara berkembang lainnya. Seperti ringgi Malaysia 0,76 persen (ytd), rupee India 2,53 persen (ytd), dan peso Filipina 2,56 persen (ytd).

"Dan alhamdulillah nilai tukar cukup baik yang depresiasi jauh lebih kecil dari negara lain," ujarnya dalam acara konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta, Rabu (13/4/2022).

Terjaganya nilai tukar rupiah ini didorong oleh berlanjutnya aliran masuk modal asing sejalan dengan persepsi positif terhadap prospek perekonomian domestik dan terjaganya pasokan valas domestikm

Ke depan, nilai tukar rupiah diprakirakan tetap terjaga didukung oleh kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang tetap baik.

Untuk itu, Bank Indonesia akan terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan bekerjanya mekanisme pasar dan fundamental ekonomi, melalui langkah-langkah mendorong efektivitas operasi moneter dan ketersediaan likuiditas di pasar.