Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) menyampaikan, sektor perbankan semakin optimis untuk menyalurkan kredit di tahun 2022.
Hal ini sejalan dengan tren pemulihan ekonomi ekonomi Indonesia yang mampu tumbuh di atas 5 persen secara year on year (yoy) di semester awal tahun ini.
Baca Juga
"Bank-bank semakin yakin, semakin confidence untuk menyalurkan kredit. Alhamdulillah ekonomi kita mampu tumbuh lebih dari 5 persen," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam acara Peluncuran Buku Kajian Stabilitas Keuangan No.38 Maret 2022, Jumat (13/5).
Advertisement
Perry menambahkan, optimisme perbankan untuk menyalurkan kredit pada tahun ini didorong oleh pulihnya kinerja penjualan sektor korporasi. Dia mencatat, saat ini, petumbuhan penjualan korporasi telah menembus 10 persen.
"Sehingga, itu mendorong permintaan kredit modal kerja," jelasnya.
Selain itu, lanjut Perry, efek luka memar (scarring effect) akibat pandemi Covid-19 terhadap sektor korporasi mulai berkurang. Hal ini tak lepas dari peran lembaga-lembaga yang tergabung dalam Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) melalui kebijakan yang mendorong kredit pembiayaan untuk sektor prioritas.
Â
Iklim Investasi
Adapun peran dari sisi pemerintah melalui program reformasi struktural dalam menyediakan iklim investasi yang kondusif, tata niaga, perpajakan, infrastruktur, digitalisasi keuangan dan implementasi Undang-Undang Cipta Kerja.
Terkait ini, bank sentral telah melakukan reformasi struktural di pasar keuangan, pendalaman pasar keuangan, digitalisasi sistem pembayaran, dan mendukung upaya pembiayaan bagi ekonomi untuk meredam scarring effect tersebut.
Untuk itu, Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan kredit perbankan dapat tumbuh 9 persen di tahun ini. "Kredit perbankan, InsyaAllah akan meningkat 7 sampai 9 persen tahun ini," tutupnya.
Advertisement
Kinerja Industri Jasa Keuangan Kuartal I 2022 Stabil, Kredit Tumbuh 6,67 Persen
Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK akhir April 2022 mencatat sektor jasa keuangan kuartal I 2022 tetap terjaga dan bertumbuh seiring peningkatan fungsi intermediasi di sektor perbankan dan IKNB, serta menguatnya pasar domestik.
Dikutip dari keterangan OJK, Selasa (10/5/2022), stabilnya sektor jasa keuangan dan terkendalinya pandemi yang meningkatkan aktivitas sosial ekonomi masyarakat telah mendorong pertumbuhan perekonomian nasional, meskipun terdapat peningkatan tensi geopolitik di Eropa dan normalisasi kebijakan moneter global.
Di sisi lain IHSG mencatatkan all time high pada level 7.276,19 (21/4) dengan penghimpunan dana mencapai Rp85 triliun dengan penambahan 20 emiten baru per 26 April 2022. Hal ini menunjukkan optimisme investor domestik maupun global atas perekonomian domestik yang terus pulih.
Sementara, fungsi intermediasi perbankan pada bulan Maret 2022 kembali mencatatkan tren positif dengan pertumbuhan kredit sebesar 6,67 persen yoy dengan seluruh kategori debitur mencatatkan kenaikan, terutama UMKM dan ritel.
Secara sektoral, mayoritas sektor utama mencatatkan kenaikan kredit secara mtm, terutama perdagangan, manufaktur, dan rumah tangga masing-masing sebesar Rp 20,2 triliun, Rp 19,3 triliun, dan Rp 16,7 triliun.
Hal tersebut mencerminkan dukungan perbankan dalam pemulihan ekonomi nasional terus membaik. Dana Pihak Ketiga (DPK) juga tumbuh sebesar 9,95 persen yoy terutama didorong oleh giro yang tumbuh sebesar Rp 88,56 triliun.
Selanjutnya, profil risiko lembaga jasa keuangan pada Maret 2022 masih terjaga dengan rasio NPL gross menurun menjadi 2,99 persen dan rasio NPF Perusahaan Pembiayaan stabil di level 2,78 persen.
Likuiditas Perbankan
Walaupun terdapat penyesuaian likuiditas perbankan sebagai dampak kebijakan kenaikan GWM Bank Indonesia, namun likuiditas industri perbankan pada Maret 2022 masih berada pada level yang sangat memadai. Ini tercermin dari rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit dan Alat Likuid/DPK masing-masing sebesar 143,64 persen dan 32,11 persen, di atas threshold masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen.
Dari sisi permodalan, perbankan mencatatkan permodalan yang relatif stabil pada Maret 2022 tercatat sebesar 24,80 persen atau jauh di atas threshold. Sementara, industri asuransi jiwa dan asuransi umum mencatatkan RBC yang juga meningkat masing-masing sebesar 535,4 persen dan 322,3 persen yang berada jauh di atas threshold 120 persen.
Begitu pula gearing ratio perusahaan pembiayaan yang tercatat sebesar 1,94 kali atau jauh di bawah batas maksimum 10 kali.
Demikian, OJK secara konsisten terus melakukan asesmen terhadap perekonomian dan sektor jasa keuangan bersama Pemerintah, otoritas, serta stakeholders lainnya dalam rangka menjaga stabilitas sistem keuangan di tengah momentum pemulihan ekonomi nasional.
Advertisement