Sukses

Stop Perang! Jokowi Tak Ingin Harga Pangan dan BBM Terus Naik

Jokowi memandang perang di Ukraina telah menciptakan tragedi kemanusiaan dan memperburuk perekonomian dunia.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam lawatannya ke Amerika Serikat (AS) menyerukan penghentian perang antara Rusia dan Ukraina. Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengatakan, seruan itu juga bertujuan agar kondisi ekonomi dunia kembali stabil. Sehingga lonjakan harga komoditas strategis bisa lebih terkendali.

"Bapak Presiden Jokowi memandang perang di Ukraina telah menciptakan tragedi kemanusiaan dan memperburuk perekonomian dunia. Kenaikan harga pangan, energi, dan inflasi telah terjadi,sangat memperberat perekonomian dan memperlambat pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDGs di negara berkembang dan kurang berkembang," ungkapnya dalam keterangan tertulis, Minggu (15/5/2022).

Dikatakan Mendag Lutfi, RI 1 menyatakan, saat ini dunia sedang mengalami masalah baru yang tidak ringan. Setelah diserang pandemi Covid-19 yang mulai berangsur membaik, dunia dikejutkan oleh masalah perang Rusia-Ukraina, yang ditentang keras Jokowi.

"Presiden Joko Widodo menegaskan seharusnya dunia segera pulih dari pandemi Covid-19. Saat dunia membutuhkan kerjasama dan kolaborasi, justru rivalitas dan konfrontasi makin menajam gara-gara perang," keluhnya.

Saat ini, kondisi pertumbuhan ekonomi dunia cukup memprihatinkan. Dana Moneter Internasional atau IMF menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi di emerging and developing Asia sebesar 0,5 persen pada 2022, dan 0,2 persen pada 2023.

Bank Dunia juga memprediksi pertumbuhan ekonomi beberapa negara Asean hanya 1,2 persen.

"Presiden Joko Widodo menyampaikan, kenaikan 10 persen harga minyak dunia akan berdampak pada menurunnya pendapatan nasional beberapa negara Asean sebesar 0,7 persen. Kenaikan harga gandum juga akan mengakibatkan peningkatan kemiskinan sebesar 1 persen pada sebagian negara Asean," tutur Mendag Lutfi.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Hadiri KTT Khusus ASEAN-AS, Jokowi Serukan Hentikan Perang di Ukraina Sekarang

Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyerukan untuk menghentikan perang di Ukraina sekarang juga. Pasalnya, perang Ukraina telah menciptakan tragedi kemanusiaan dan memperburuk perekonomian dunia.

Hal ini disampaikan Jokowi pada KTT Khusus ASEAN-AS yang digelar di Departemen Luar Negeri AS Washington DC, Jumat, 13 Mei 2022. KTT ini dihadiri Prrsiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan pemimpin negara-negara ASEAN.

Jokowi menyampaikan dampak ekonomi akibat perang di Ukraina antara lain, kenaikan harga pangan, energi, dan inflasi telah terjadi. Selain itu, kata dia, perang ini sangat memperberat perekonomian dan memperlambat pencapaian SDGs di negara berkembang dan kurang berkembang.

"Saat dunia seharusnya segera pulih dari pandemi Covid-19, dunia menghadapi masalah baru, perang di Ukraina. Saat dunia membutuhkan kerja sama dan kolaborasi, justru rivalitas dan konfrontasi makin menajam. Saat dunia membutuhkan multilateralisme yang makin kokoh justru unilateralisme yang makin mengemuka," ujar Jokowi dikutip dari siaran pers Sekretariat Presiden, Sabtu (14/5/2022).

 

3 dari 3 halaman

Setiap Negara Punya Peran Hentikan Perang

Dia juga mengatakan bahwa perang di Ukraina telah melemahkan multilateralisme dan berpotensi memecah belah hubungan antar negara. Untuk itu, Jokowi mengajak pemimpin negara menghentikan perang yang terjadi di Ukraina.

"Perang tidak akan menguntungkan siapa pun. Dunia tidak memiliki pilihan lain kecuali menghentikan perang sekarang juga," ucapnya.

"Setiap negara, setiap pemimpin memiliki tanggung jawab untuk menciptakan enabling environment agar perang dapat dihentikan, perdamaian dapat terwujud," sambung Jokowi.

Jokowi menuturkan bahwa pertumbuhan ekonomi dalam kondisi yang memprihatinkan. IMF menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi di emerging and developing Asia sebesar 0,5 persen pada 2022 dan 0,2 persen pada 2023.

Bukan hanya itu, Bank Dunia pun menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi beberapa negara ASEAN hingga 1,2 persen.

"Bagi sebagian anggota ASEAN kenaikan 10 persen dari harga minyak akan berdampak menurunnya pendapatan nasional sebesar 0,7 persen dan kenaikan harga gandum akan mengakibatkan peningkatan kemiskinan sebesar 1 persen," jelasnya.