Sukses

Gara-gara Covid-19, Goldman Sachs Pangkas Ramalan PDB China Jadi 4 Persen

Perkiraan PDB China baru ini bahkan lebih jauh di bawah target pertumbuhan sekitar 5,5 persen pemerintah China. Covid-19 masih jadi penyebab.

Liputan6.com, Jakarta - Analis Goldman Sachs memangkas perkiraan mereka untuk PDB China menjadi 4 persen setelah data untuk bulan April menunjukkan penurunan pertumbuhan ekonomi karena Covid-19 membatasi aktivitas bisnis. 

Perkiraan PDB China baru ini bahkan lebih jauh di bawah target pertumbuhan sekitar 5,5 persen yang diumumkan pemerintah China untuk tahun ini di bulan Maret 2022.

"Mengingat kerusakan ekonomi terkait Covid-19 pada kuartal kedua, kami sekarang memperkirakan pertumbuhan China menjadi 4 persen tahun ini (dibandingkan 4,5 persen sebelumnya),” tulis analis Hui Shan dan tim di Goldman dalam sebuah laporan, dikutip dari CNBC International, Kamis (19/5/2022). 

Prediksi PDB China juga mengharapkan akan ada dukungan pemerintah yang signifikan, di atas langkah-langkah untuk menstabilkan pasar properti dan mengendalikan wabah Covid-19 di China. 

"Data yang lemah menyoroti ketegangan antara target pertumbuhan China dan kebijakan nol-Covid-19 yang merupakan inti dari prospek pertumbuhan China," kata analis Goldman.

Analis Goldman juga mencatat bagaimana para pejabat di China telah menekankan kebijakan "dinamis nol-Covid-19" mereka, dan bagaimana berita bahwa China tidak akan menjadi tuan rumah Piala Asia musim panas mendatang karena Covid-19 mencerminkan pola pikir konservatif Beijing.

"Kami sekarang memperkirakan pembukaan kembali tidak dimulai sebelum 2023 Q2 dan prosesnya akan lebih bertahap dan terkendali dari yang diperkirakan sebelumnya," beber para analis Goldman.

"Inilah sebabnya mengapa perkiraan pertumbuhan PDB 2023 kami hanya meningkat seperempat poin menjadi 5,3 persen (dibandingkan 5,0 persen sebelumnya) meskipun ada revisi setengah poin ke bawah untuk perkiraan pertumbuhan ekonomi setahun penuh 2022," tambah mereka.

2 dari 3 halaman

Ada Penurunan Penjualan dan Pembelian Rumah di China

Sejak Maret 2022, China telah berjuang untuk menahan wabah Covid-19 terburuknya dalam dua tahun.

Kota ekonomi terbesar kedua di dunia Shanghai juga baru mulai pekan ini membahas dimulainya kembali aktivitas normal — dengan target pertengahan di bulan Juni 2022.

Di antara data perkiraan ekonomi bulan April yang lemah, analis Goldman juga mengungkapkan penurunan dalam perumahan dan penjualan, juga setengah dari pertumbuhan kredit yang diharapkan pasar dan penurunan di bawah 1 persen untuk kenaikan harga konsumen. 

Tetapi, perkiraan tersebut tidak termasuk di sektor makanan dan energi China. 

Data lain untuk bulan April yang dirilis Goldman Sachs menunjukkan penurunan tak terduga dalam produksi industri dan penurunan penjualan ritel China hingga 11,1 persen -  lebih buruk dari perkiraan dari tahun lalu.

Sementara ekspor, yang menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi China, naik 3,9 persen pada April 2022 dibandingkan tahun sebelumnya, namun kenaikan ini masih menjadi laju paling lambat sejak kenaikan 0,18 persen pada Juni 2020, menurut data resmi yang diakses melalui Wind Information.

3 dari 3 halaman

Aktivitas Ekonomi China Anjlok di April 2022 Imbas Lockdown Covid-19

Aktivitas ekonomi di China mendingin tajam pada April 2022 karena meluasnya lockdown Covid-19 berdampak besar pada konsumsi, produksi industri, dan lapangan kerja. 

Penurunan ini juga menambah kekhawatiran ekonomi dapat menyusut pada kuartal kedua.

Dilansir dari Channel News Asia, Senin (16/5/2022) penjualan ritel di China pada April 2022 menyusut 11,1 persen dari tahun sebelumnya - kontraksi terbesar sejak Maret 2020, menurut data dari Biro Statistik Nasional.

Angka itu memburuk dari penurunan 3,5 persen yang sudah terjadi di bulan Maret 2022 dan meleset dari perkiraan untuk penurunan 6,1 persen.

Layanan makan di luar dihentikan di beberapa provinsi China, dan penjualan mobil pada bulan April juga turun 47,6 persen dari tahun sebelumnya karena pembuat mobil memangkas produksi di tengah kekosongan showroom dan kekurangan suku cadang.

Ketika langkah-langkah anti-virus mengganggu rantai pasokan dan melumpuhkan distribusi, produksi industri China turun 2,9 persen dari tahun sebelumnya, terutama lebih buruk dari kenaikan 5,0 persen pada Maret 2022 dan di bawah ekspektasi untuk pertumbuhan 0,4 persen.

Angka tersebut juga merupakan penurunan terbesar sejak Februari 2020.

Lockdown Covid-19 di China juga membebani pasar kerja, yang diprioritaskan oleh para pejabat negara itu untuk stabilitas ekonomi dan sosial.

Tingkat pengangguran berbasis survei nasional China naik menjadi 6,1 persen pada April 2022 dari 5,8 persen, tertinggi sejak Februari 2020 ketika berada di 6,2 persen.

Sebagai informasi, lockdown penuh atau sebagian diberlakukan di sejumlah kota di China pada bulan Maret dan April, termasuk penutupan yang berkepanjangan di pusat komersial Shanghai.

Lockdown yang berlangsung hingga berminggu-minggu ini membuat pekerja dan konsumen tidak bisa keluar melakukan aktivitas di luar rumah dan mengganggu rantai pasokan.