Liputan6.com, Jakarta Per April 2022, Indonesia kembali mencatat rekor baru ekspor dengan surplus neraca perdagangan sebesar USD 7,3 miliar. Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengingatkan agar tidak terlena dengan kinerja ekspor yang terus tumbuh dalam dua tahun berturut-turut selama proses pemulihan ekonomi ini.
“Sebagai bendahara negara saya menyampaikan, dibalik kelihatan Indonesia baik-baik saja menikmati berbagai hal tadi pertumbuhan yang pulih, mobilitas masyarakat, neraca pembayaran yang bagus, kita bisa terus berharap ini kita jaga terus. (Namun) di luar sana global economic environment tidak baik-baik saja,” kata Sri Mulyani pada Webinar Perempuan Tangguh dalam Ekspor Berkelanjutan Road to W20 : Setara Bangkit Bersama, dikutip di Jakarta, Minggu (22/5/2022).
Baca Juga
Sri Mulyani mengatakan saat ini dunia dihadapkan pada kondisi yang berubah sangat cepat. Terlebih lagi pada kondisi geopolitik yang mewarnai perubahan lingkungan global yang dapat menciptakan fragmentasi global.
Advertisement
“Dalam menghadapi pergeseran global fragmentation, kemampuan kita untuk menjaga kinerja ekonomi terutama dari ekspor itu merupakan salah satu bentuk dari ketahanan ekonomi,” terangnya.
Untuk itu, dia berharap Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) sebagai institusi yang mendukung pembiayaan ekspor harus paham mengenai konteks global ini. LPEI diminta untuk memberikan dukungan rill dan coaching kepada seluruh eksportir.
Harapan ke LPEI
Selain itu, LPEI juga diharapkan dapat menjadi institusi yang memberikan bacaan mengenai kesempatan maupun risiko. Termasuk memberikan instrumen solusi baik dari sisi keuangan, teknis, pembiayaan, hingga penjaminan.
“Saya berharap LPEI selalu bisa menerjemahkan suatu perubahan environment global menjadi suatu tools yang bisa dipakai oleh para eksportir kita, memahami baik peluang maupun tantangan, peluang maupun risiko. Sehingga eksportir kita selalu bisa mengantisipasi,” ungkapnya.
Untuk itu, Pemerintah sangat mendukung ekspor nasional melalui berbagai instrumen antara lain pajak, bea cukai, kawasan berikat, kawasan ekonomi khusus, program UMi, KUR, dan lainnya. Kementerian Keuangan, Kementerian Luar Negeri, dan Special Mission Vehicle Kemenkeu saling bersinergi dan berkolaborasi menjaga kinerja ekspor.
“Hadirnya negara dalam arti positif menjadi suatu keharusan pada saat dunia menghadapi kompetisi yang sangat luar biasa,” pungkasnya.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Advertisement
BI: Surplus Neraca Perdagangan RI Bantu Perkuat Ekonomi
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, neraca perdagangan Indonesia April 2022 kembali mencatat surplus, yakni USD 7,56 miliar. Surplus tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan surplus bulan sebelumnya yang mencapai USD 4,54 miliar.
Bank Indonesia (BI) memandang surplus neraca perdagangan telah berkontribusi positif dalam menjaga ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.
"Kinerja positif tersebut melanjutkan surplus neraca perdagangan Indonesia sejak Mei 2020," tulis Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono, Rabu (18/5/2022).
Surplus neraca perdagangan April 2022 bersumber dari kenaikan surplus neraca perdagangan nonmigas di tengah peningkatan defisit neraca perdagangan migas. Pada April 2022, surplus neraca perdagangan nonmigas mencapai USD 9,94 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan surplus pada bulan sebelumnya sebesar USD 6,62 miliar.
Perkembangan positif tersebut didukung oleh meningkatnya ekspor nonmigas dari USD 25,09 miliar pada Maret 2022 menjadi USD 25,89 miliar pada April 2022.
Peningkatan ekspor nonmigas terutama bersumber dari ekspor komoditas berbasis sumber daya alam yang membaik, seperti bahan bakar mineral termasuk batu bara, bijih logam, serta besi dan baja didukung oleh harga global yang masih tinggi.
Negara Tujuan Ekspor
Ditinjau dari negara tujuan, ekspor nonmigas ke Tiongkok, Amerika Serikat, dan Jepang tetap tinggi seiring dengan permintaan yang tetap kuat. Adapun impor nonmigas masih kuat pada seluruh komponen, sejalan dengan perbaikan ekonomi domestik yang berlanjut.
Sementara itu, defisit neraca perdagangan migas tercatat meningkat dari USD 2,09 miliar pada Maret 2022 MENJADI USD 2,38 miliar pada April 2022. Hal ini sejalan dengan peningkatan impor migas yang lebih tinggi dari ekspor migas.
Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas kebijakan terkait untuk meningkatkan ketahanan eksternal serta mendukung pemulihan ekonomi nasional.
Advertisement