Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di awal pekan ini. Nilai tukar rupiah melemah dibayangi sentimen kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed).
Pada Senin (23/5/2022), rupiah bergerak melemah tipis di tengah penurunan dolar AS. Rupiah melemah dua poin atau 0,01 persen ke posisi 14.644 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.642 per dolar AS.
Baca Juga
"Para pembeli dolar AS mundur di tengah data campuran dan sejumlah laporan berulang tentang kenaikan suku bunga 50 bps," tulis Tim Riset Monex Investindo Futures seperti dikutop dari Antara.
Advertisement
Beberapa pengambil kebijakan Federal Reserve (Fed), termasuk Gubernur The Fed Jerome Powell, menahan diri untuk melakukan kenaikan suku bunga 75 basis poin.
Hal itu dilakukan The Fed sambil mempertahankan proyeksi mereka sebelumnya terkait kenaikan setengah persen dalam suku bunga The Fed selama beberapa pertemuan berikutnya.
Indeks dolar AS mengalami penurunan mingguan terbesar sejak Januari menghentikan tren naik enam minggu, turun sebesar 0,22 persen pada hari ini di dekat 102,7.
Sementara itu dari Asia, optimisme muncul seiring pembukaan bertahap di Shanghai dan berkurangnya kasus COVID-19, serta kematian yang diakibatkan virus.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pelemahan Rupiah Tak Sedalam Ringgit, Rupee, dan Peso
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengakui bahwa nilai tukar rupiah melemah karena tekanan dari sentimen global. Namun jika dibandingkan dengan beberapa mata uang lainnya, pelemahan rupiah masih kecil.
Perry mencatat, nilai tukar rupiah terDepresiasi sekitar 0,42 persen sampai dengan 16 Maret 2022 dibandingkan dengan level akhir 2021. Angka ini relatif lebih rendah dibandingkan depresiasi dari mata uang sejumlah negara berkembang lainnya. Seperti ringgi Malaysia 0,76 persen (ytd), rupee India 2,53 persen (ytd), dan peso Filipina 2,56 persen (ytd).
"Dan alhamdulillah nilai tukar cukup baik yang depresiasi jauh lebih kecil dari negara lain," ujarnya dalam acara konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta, Rabu (13/4/2022).
Terjaganya nilai tukar rupiah ini didorong oleh berlanjutnya aliran masuk modal asing sejalan dengan persepsi positif terhadap prospek perekonomian domestik dan terjaganya pasokan valas domestikm
Ke depan, nilai tukar rupiah diprakirakan tetap terjaga didukung oleh kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang tetap baik.
Untuk itu, Bank Indonesia akan terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan bekerjanya mekanisme pasar dan fundamental ekonomi, melalui langkah-langkah mendorong efektivitas operasi moneter dan ketersediaan likuiditas di pasar.
Advertisement
Rupiah Melemah 0,33 Persen hingga Kuartal I-2022
Nilai tukar Rupiah Indonesia tetap terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global. Namun, nilai tukar rupiah pada kuartal I 2022 mengalami sedikit Depresiasi sebesar 0,33 persen secara rata-rata dibandingkan posisi akhir tahun 2021.
Hal itu disampaikan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala KSSK II Tahun 2022, Rabu (13/4/2022).
“Depresiasi rupiah tersebut adalah lebih rendah dibandingkan mata uang mata uang sejumlah negara berkembang lainnya,” kata Menkeu.
Jika Indonesia mengalami depresiasi sebesar 0,33 persen, sementara negara tetangga seperti Malaysia mata uang Ringgit mengalami depresiasi 1,15 persen year to date, India mata uang Rupee mengalami depresiasi 1,73 persen, Thailand mata uang Baht mengalami depresiasi hingga 3,15 persen.
Lebih lanjut, Menkeu menyampaikan, inflasi di Indonesia hingga Maret 2022 tetap terkendali pada tingkat 2,64 persen year-on-year.