Sukses

Menteri Bahlil Buka Paviliun Indonesia di Davos Swiss

Menteri Bahlil Lahadalia menyampaikan bahwa saat ini pemerintah Indonesia fokus pada kebijakan regulasi yang mendorong pertumbuhan ekonomi khususnya terkait investasi hijau dan Energi Baru Terbarukan (EBT).

Liputan6.com, Jakarta - Paviliun Indonesia atau Indonesia Pavilion resmi dibuka di Davos, Swiss.  Paviliun Indonesia berlangsung dalam bersamaan dengan rangkaian kegiatan World Economic Forum (WEF) 2022.

Pembukaan Indonesia Pavilion dilakukan oleh Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia bersama dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif.

Selain itu juga Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Duta Besar RI untuk Swiss Muliaman D. Hadad, dan Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid.

Bahlil Lahadalia menyampaikan bahwa saat ini pemerintah Indonesia fokus pada kebijakan regulasi yang mendorong pertumbuhan ekonomi khususnya terkait investasi hijau dan Energi Baru Terbarukan (EBT). Bahlil menegaskan perlunya kerja sama antar negara dalam rangka menyelesaikan permasalahan global, khususnya terkait isu lingkungan.

“Kalau kita ingin menyelesaikan permasalahan global dalam konteks investasi hijau dan EBT, harus adanya pemahaman yang sama dan kolaborasi. Tidak boleh ada satu negara yang merasa lebih hebat dibanding negara lain. Karena itu adalah kunci kolaborasi untuk mensukseskan misi program besar global maupun masing-masing negara,” ujar Bahlil.

Sementara itu, dalam sesi dialog awal yang bertema “Indonesia Economic Outlook 2022 and The G20 Presidency G20”, Airlangga menyampaikan adanya 3 (tiga) isu penting yang dibahas dalam kegiatan WEF Annual Meeting 2022 kali ini, yaitu arsitektur kesehatan, transformasi digital, dan transisi energi.

“Dalam hal transisi energi, Indonesia berkomitmen untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil secara bertahap, di mana pada tahun 2050 30% energi diharapkan berasal dari energi baru terbarukan,” ungkap Airlangga.

Indonesia Pavilion merupakan rangkaian acara yang diselenggarakan sejak tanggal 22-26 Mei 2022, yang diprakarsai oleh Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Investasi/BKPM dan didukung oleh Kementerian Perdagangan serta Kementerian Komunikasi dan Informatika.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Seruan Menko Airlangga di World Economic Forum Annual Meeting 2022: G20 Harus Solid

Sebelumnya, World Economic Forum Annual Meeting (WEFAM) kembali digelar pada 2022 ini. World Economic Forum yang merupakan pertemuan ekonomi bertaraf internasional ini kembali digelar setelah tahun lalu vakum karena adanya pandemi Covid-19.

Dalam forum ekonomi internasional ini, Indonesia mendapatkan kehormatan untuk kembali terlibat melalui Indonesia Pavilion dan Indonesia Night.

Indonesia Pavilion adalah sebuah wadah untuk berdiskusi, mengadakan seminar, dan menjalin koneksi dengan entitas dari negara lain. Sedangkan Indonesian Night bertujuan untuk mempromosikan budaya dan kuliner Indonesia ke dunia. Sebelumnya Indonesia juga pernah membuka Indonesia Pavilion di WEFAM 2018, 2019, dan 2020.

Dalam rangkaian agenda kunjungan kerja ke Davos, Swiss, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, berkesempatan hadir dan menyampaikan sambutan di Paviliun Indonesia pada perhelatan WEFAM 2022. Menko Airlangga merefleksikan pengalaman dunia dalam menghadapi pandemi Covid-19 pada dua tahun terakhir.

“Dua tahun terakhir semua negara berada dalam keadaan sulit akibat pandemi Covid-19. Kabar baiknya, Indonesia menunjukkan ketahanannya dan mulai menunjukkan proses recovery dimana perekonomian Indonesia pada kuartal I 2022 mencatat pertumbuhan sebesar 5,1 persen yoy,” kata Menko Airlangga dalam keterangan tertulis, Selasa (24/5/2022).

Lebih lanjut, Menko Airlangga juga berbicara mengenai isu global terutama permasalahan geopolitik yang memberikan tantangan tersendiri bagi Presidensi G20 Indonesia. Menko Airlangga juga menekankan agar dunia tidak menutup mata pada permasalahan-permasalahan global lainnya yang terjadi secara simultan dengan konflik Rusia-Ukraina seperti agenda perubahan iklim dan vaksinasi yang belum merata di seluruh dunia.

“Perang di Ukraina mempertanyakan eksistensi G20. Ada juga perdebatan sengit tentang siapa yang harus atau tidak boleh diundang. Sebagai Presidensi G20, kepentingan Indonesia adalah menjaga keutuhan G20. G20 harus dipertahankan sebagai G20 – bukan menjadi G19, atau G13,” tegas Menko Airlangga.

 

3 dari 3 halaman

Stabilitas Dunia

Menko Perekonomian juga menekankan pentingnya peran dan kerja sama semua anggota G20 dalam menjaga stabilitas dunia.

“Selama krisis keuangan global 2008, G20-lah yang mencegah ekonomi dunia jatuh lebih dalam ke jurang Depresi. Negara-negara yang membentuk G20 terdiri dari dua pertiga dari populasi dunia, 85 persen dari PDB dunia, 75 persen dari perdagangan dunia, dan 80 persen dari investasi global. Keputusan yang dicapai di G20 akan memperbaiki banyak hal di dunia ini,” jelas Menko Airlangga.

Terakhir, Menko Airlangga mengharapkan agar semua anggota G20 dapat hadir, kalau bisa secara fisik, pada rangkaian pertemuan G20 sehingga dapat menghasilkan konsensus global demi recovery dunia yang lebih inklusif dan berkelanjutan sesuai dengan slogan Presidensi G20 Indonesia “Recover Together, Recover Stronger”.