Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan energi yang dikuasai oleh miliarder Thailand Isara Vongkusolkit dan keluarganya, yakni Banpu, telah mencapai kesepakatan untuk membeli ladang gas alam di Texas dari Exxon Mobil seharga USD 750 juta atau setara Rp 10,9 triliun.
Pembelian itu terjadi ketika penambang batu bara Thailand berupaya mempercepat transisinya ke energi yang lebih bersih.
Baca Juga
Dilansir dari Forbes, Selasa (24/5/2022), BKV Corp. Banpu akan mengakuisisi 160.000 hektare ladang Barnett Shale—yang memiliki sekitar 93 persen saham di 2.100 sumur yang menghasilkan 225 juta kaki kubik setara (CFE) gas alam per hari—dari anak perusahaan Exxon Mobile, XTO Energy dan Barnett Gathering.
Advertisement
Transaksi tersebut akan meningkatkan produksi gas alam Banpu sekitar 32 persen menjadi 5,8 triliun CFE per hari.
"Bisnis gas kami sekarang berada dalam posisi yang baik untuk ditingkatkan dengan sinergi ekstensif dan peningkatan teknologi guna membangun nilai yang berkelanjutan," kata CEO Banpu, Somruedee Chaimongkol, dalam sebuah pernyataan.
"Saat ini, BKV adalah operator gas alam terkemuka di AS dengan pendekatan terintegrasi pada rantai nilai yang memungkinkan perusahaan untuk mensertifikasi gas yang bersumber secara bertanggung jawab di kepala sumur," lanjut dia.
Akuisisi terbaru oleh Banpu ini mengikuti akuisisi pembangkit listrik berbahan bakar gas siklus gabungan 768-megawatt di Texas Agustus lalu, seharga USD 430 juta atau setara Rp. 6,3 triliun.
Selain itu, Banpu juga sedang memperdalam investasi dalam proyek pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar yang lebih bersih untuk mencapai targetnya memperluas kapasitas pembangkit listrikmenjadi 6.100 megawatt pada tahun 2025 dari lebih dari 3.300 megawatt saat ini, menurut situs web perusahaan tersebut.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Banpu Laporkan Laba Bersih Kuartal Pertama
Investasi mulai membuahkan hasil, dengan Banpu melaporkan laba bersih kuartal pertama sebesar 10,26 miliar baht atau USD 311 juta dari penjualan 41,5 miliar baht.
"Pendapatan kuartal pertama kami yang kuat didorong oleh pemulihan ekonomi global di seluruh sektor industri dan meningkatnya permintaan energi, dengan pertumbuhan arus kas yang dihasilkan dari bisnis yang ada dan akuisisi baru," kata Chaimongkol, ketika Banpu mengumumkan hasil kuartalan awal bulan ini.
Sebagai informasi, Banpu adalah salah satu dari tiga perusahaan yang dikendalikan oleh miliarder Thailand Isara Vongkusolkit (73) dan keluarganya.
Keluarga ini memiliki Mitr Phol—produsen gula terbesar di Asia berdasarkan pendapatan—dan pengembang yang terdaftar di SET Erawan Group, yang memiliki lebih dari 70 hotel dengan merek berbeda, termasuk Grand Hyatt.
Dengan kekayaan bersih sebesar USD 1,6 miliar atau Rp. 23,4 triliun, keluarga ini menduduki peringkat ke 24 dalam daftar terbaru dari 50 Orang Terkaya di Thailand yang diterbitkan Juni 2021 lalu.
Advertisement
Pertamina Gandeng ExxonMobil Kembangkan Teknologi Tekan Emisi Karbon
Sebagai perusahaan energi kelas dunia, Pertamina terus mengembangkan bisnisnya dengan menggandeng mitra global.
Sebagai perwujudan Go Global, Pertamina menggandeng perusahaan energi dunia, ExxonMobil untuk mengkaji penerapan teknologi Carbon Capture & Storage (CCS) dan Carbon Capture, Utilization & Storage (CCUS) di tiga wilayah lapangan migas. Ketiga wilayah tersebut meliputi Sumatera Selatan, Kalimantan Timur dan Jawa Barat
Kesepakatan kerja sama Pertamina dan ExxonMobil ini diwujudkan melalui Joint Study Agreement (JSA) sebagai tindak lanjut dari MOU yang ditandatangani kedua belah pihak pada COP 26 tahun lalu di Glasgow.
JSA ditandatangani Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dan President of ExxonMobil Indonesia Irtiza H. Sayyed, di Amerika Serikat, Jumat 13 Mei 2022.
Penandatangan kesepakatan ini disaksikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Duta Besar Republik Indonesia untuk Amerika Serikat Rosan Roeslani.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan investas,Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, kerja sama ini merupakan jawaban yang sangat sederhana bagi beberapa negara maju yang ragu melihat negara berkembang seperti Indonesia, dalam membuat kebijakan terkait dengan masalah tentang perubahan iklim.
"Kami sangat hati-hati memperhatikan kebijakan yang satu ini. Seperti masalah reservoir yang menipis merupakan masalah yang sangat penting sebagai salah satu target kami karena industri terintegrasi di Kalimantan yang menggunakan reservoir yang habis di suatu tempat di Kalimantan timur sehingga kami dapat menyuntikkannya ke reservoir yang menipis," kata Luhut.