Liputan6.com, Jakarta - Kabinet China mengadakan pertemuan darurat dengan lebih dari 100.000 peserta pada Rabu kemarin (25/5), ketika para pejabat negara itu mendesak langkah-langkah baru untuk menstabilkan ekonomi yang terdampak pembatasan ketat Covid-19.
Sebuah laporan media pemerintah yaitu Global Times, membeberkan bahwa telekonferensi video tak terduga oleh Dewan Negara dihadiri pejabat di tingkat provinsi, kota dan dewan, dikutip dari CNN Business, Jumat (27/5/2022).
Baca Juga
Pejabat tinggi China juga dilaporkan hadir dalam telekonferensi tersebut, termasuk Perdana Menteri Li Keqiang, yang mendesak pihak berwenang untuk mengambil tindakan dalam mempertahankan pekerja dan mengurangi pengangguran.
Advertisement
Telekonferensi itu berlangsung setelah pertemuan eksekutif Dewan Negara di mana pihak berwenang China meluncurkan 33 langkah ekonomi baru, termasuk meningkatkan pengembalian pajak, memberikan pinjaman kepada usaha kecil, serta memberikan pinjaman darurat kepada industri penerbangan, menurut laporan Xinhua.Â
Beberapa dari 33 kebijakan juga melonggarkan pembatasan Covid-19, seperti mencabut pembatasan truk yang bepergian dari daerah berisiko rendah.
Li Keqiang mengatakan bahwa dalam beberapa aspek, dampak ekonomi dari pembatasan Covid-19 yang terlihat pada bulan Maret dan April 2022 telah melampaui level tahun 2020 selama wabah awal Virus Corona.
Dia menunjuk beberapa indikator termasuk tingkat pengangguran, produksi industri yang lebih rendah dan transportasi kargo.
Diketahui bahwa Perdana Menteri China tersebut telah menjadi semakin vokal tentang penurunan ekonomi China dalam beberapa pekan terakhir, menyebut situasi yang "kompleks dan serius" pada awal Mei 2022.
Â
Â
Karena Covid-19, Sejumlah Bank Investasi Pangkas Ramalan PDB China di 2022
Pada pertemuan telekonferensi Rabu kemarin (25/5), PM China Li Keqiang mendesak departemen pemerintah untuk menerapkan 33 langkah tersebut pada akhir Mei 2022.Â
Dewan Negara China juga akan mengirim satuan tugas ke 12 provinsi mulai Kamis (26/5) untuk mengawasi peluncuran kebijakan ini, tambahnya, menurut Xinhua.
Sebelumnya, sejumlah bank investasi telah memangkas perkiraan mereka untuk ekonomi China tahun ini.
Awal pekan ini, UBS menurunkan perkiraan pertumbuhan PDB China dalam setahun penuh menjadi 3 persen. Namun China, mengharapkan pertumbuhan ekonomi sekitar 5,5 persen.
2021 lalu, ekonomi terbesar kedua di dunia itu sempat melaporkan pertumbuhan 8,1 persen dan 2,3 persen pada 2020, laju paling lambat dalam beberapa dekade.
Advertisement
Imbas Covid-19, PM Li Keqiang Peringatkan Segera Stabilkan Ekonomi China
Perdana Menteri China Li Keqiang menyerukan dilakukannya lebih banyak langkah penstabilan, ketika strategi nol-Covid-19 mulai mengganggu pertumbuhan dan menurunkan ekonomi terbesar kedua di dunia.
China, manjadi salah satu negara ekonomi besar yang terikat pada kebijakan tes Covid-19 massal dan lockdown ketat untuk meredam klaster penuklaran Virus Corona, tetapi pembatasan ketat telah menghancurkan bisnis.
Dalam beberapa hal, tantangan sekarang "lebih besar daripada ketika pandemi melanda pada tahun 2020", kata Li Keqiang pada pertemuan Dewan Negara pada Rabu (25/5), dikutip dari Channel News Asia, Jumat (27/5/2022).
"Kita saat ini berada pada titik kritis dalam menentukan tren ekonomi sepanjang tahun," ujar Li Keqiang, menurut laporan Xinhua.
"Kita harus memanfaatkan jendela waktu dan berusaha membawa ekonomi kembali ke jalur normal," lanjut dia.
Li Keqiang juga mengatakan para pejabat di China harus memastikan ada pertumbuhan "wajar" pada kuartal kedua, memicu kekhawatiran bahwa target negara itu untuk ekspansi tahunan sekitar 5,5 persen mungkin tidak terpenuhi.