Liputan6.com, Jakarta - Kisah inspiratif datang dari seorang miliarder baru berusia 25 tahun, Alexandr Wang.
Tumbuh di bawah bayang-bayang lingkungan Los Alamos National Lab di New Mexico yang merupakan situs rahasia tempat Amerika Serikat mengembangkan bom atom pertamanya selama Perang Dunia II, Wang dibesarkan oleh kedua orang tuanya yang berprofesi sebagai fisikawan untuk proyek senjata militer.
Baca Juga
Mengikuti jejak serupa, perusahaan Wang yang baru berusia enam tahun di San Francisco, yakni Scale AI, telah menandatangani tiga kontrak senilai sekitar USD 350 juta atau setara Rp 5 triliun.
Advertisement
Dikutip dari Forbes, Minggu (28/5/2022), kontrak tersebut untuk membantu Angkatan Udara dan Angkatan Darat AS menggunakan kecerdasan buatan (Artifical Intelligence atau AI).
Teknologi Scale menganalisis citra satelit jauh lebih cepat daripada analis manusia untuk menentukan seberapa besar kerusakan akibat bom Rusia di Ukraina. Teknologi ini pun berguna tidak hanya untuk militer.
Lebih dari 300 perusahaan, termasuk General Motors dan Flexport, telah menggunakan Scale, yang dimulai Wang ketika dia berusia 19 tahun, untuk membantu mendulang emas dari sungai-sungai informasi mentah—jutaan dokumen pengiriman, katakanlah, atau rekaman mentah dari mobil self-driving.
“Setiap industri memiliki data dalam jumlah besar,” kata Wang, yang muncul dalam daftar Forbes Under 30 pada tahun 2018 silam.
“Tujuan kami adalah membantu mereka membuka potensi data dan meningkatkan bisnis mereka dengan AI,” tuturnya.
Putaran pendanaan senilai USD 325 juta tahun lalu, yang menghasilkan pendapatan sekitar USD 100 juta.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Jago Matematika Sejak di Bangku Sekolah Dasar
Diperkirakan 15 persen saham Wang di Scale AI membuat kekayaan bersihnya bernilai USD 1 miliar, menjadikannya miliarder mandiri termuda di dunia. (Yang termuda berikutnya adalah Pedro Franceschi, salah satu pendiri perusahaan kartu kredit Brex, asal Brasil berusia 25 tahun).
Di masa kecilnya, Wang dikenal sebagai seorang anak yang jago matematika. Ia bahkan sampai mengikuti berbagai kompetisi tingkat nasional dan kompetisi coding.
Saat masih duduk di bangku sekolah kelas 6, Wang menceritakan dirinya pernah mendaftar untuk kompetisi matematika nasional pertamanya dengan tujuan mendapatkan tiket gratis ke Disney World.
Di usia remaja, tepatnya saat masih berusia 17 tahun, Wang menghabiskan maaa mudanya untuk bekerja penuh waktu dalam coding di situs tanya jawab Quora, di mana dia bertemu salah satu pendiri Scale, Lucy Guo.
Wang pun sempat menempuh pendidikan di MIT di jurusan teknik mesin dan mulai membentuk Scale bersama Guo selama liburan musim panas.
Namun sayangnya, Wang harus menghadapi dropout atau keluar dari MIT selama membangun perusahaannya tersebut.
"Saya memberi tahu orang tua saya bahwa itu hanya akan menjadi hal yang saya lakukan untuk musim panas," kata Wang, tentang awal perjalanannya membangun Scale AI.
“Jelas, saya tidak pernah kembali ke sekolah,” ungkap dia.
Advertisement
Oxfam : Ada Miliarder Baru Setiap 30 Jam Selama Pandemi Covid-19
Miliarder baru muncul setiap 30 jam selama pandemi Covid-19, ketika hampir satu juta orang berisiko jatuh ke dalam kemiskinan ekstrem dengan tingkat yang hampir sama di tahun 2022 ini.
Hal itu diungkapkan oleh statistik serius yang baru-baru ini dirilis oleh badan amal global asal Inggris, Oxfam.
Dilansir dari CNBC International, Senin (23/5/2022) Oxfam mengatakan, ada tambahan 573 miliarder di dunia pada Maret 2022 dibandingkan pada 2020 ketika pandemi Covid-19 dimulai.
Jumlah itu setara dengan satu miliarder baru setiap 30 jam, kata Oxfam, dalam sebuah ringkasan yang diterbitkan pada Senin, hari pertama KTT Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss.
Selain itu, diperkirakan 263 juta orang dapat didorong ke tingkat kemiskinan ekstrem pada tahun 2022 ini karena pandemi Covid-19, meningkatnya ketidaksetaraan global, dan kenaikan harga pangan yang diperburuk oleh perang di Ukraina. Jumlah tersebut setara dengan hampir satu juta orang setiap 33 jam.
Data yang dibeberkan Oxfam juga menunjukkan bahwa kekayaan miliarder secara kolektif mencapai USD 12,7 triliun pada Maret 2022.
Adapun pada tahun 2021, di mana kekayaan miliarder mewakili setara dengan hampir 14 persen dari produk domestik bruto global.
Gabriela Bucher, direktur eksekutif Oxfam International, mengatakan bahwa para miliarder tiba di KTT Davos untuk "merayakan lonjakan luar biasa dalam kekayaan mereka."
"Pandemi, dan sekarang kenaikan tajam harga pangan dan energi, sederhananya, menjadi keuntungan bagi mereka,” ujar Bucher.
"Sementara itu, kemajuan puluhan tahun dalam kemiskinan ekstrem sekarang terbalik dan jutaan orang menghadapi kenaikan yang mustahil dalam biaya untuk bertahan hidup," tambahnya.