Liputan6.com, Jakarta Meski menyebabkan kerugian, pandemi Covid-19 ternyata dianggap menguntungkan bagi sebagian orang. Mengapa demikian?
Sekitar 573 orang telah bergabung dalam jajaran miliarder sejak 2020. Dengan bergabungnya mereka membuat total orang tajir di dunia meningkat menjadi 2.668, menurut sebuah analisis yang dirilis oleh Oxfam pada hari Minggu. Itu berarti miliarder baru dicetak rata-rata setiap 30 jam sejauh ini selama pandemi.
Baca Juga
Melansir CNN, Selasa (31/5/2022), laporan tersebut mengacu pada data yang dikumpulkan oleh Forbes dengan melihat peningkatan ketimpangan selama dua tahun terakhir.
Advertisement
Waktunya bertepatan dengan pembukaan pertemuan beberapa orang terkaya dan pemimpin dunia yang diadakan tahunan World Economic Forum di Davos , Swiss.
Para miliarder melihat total kekayaan bersihnya telah melonjak hingga USD 3,8 triliun atau 42 persen menjadi USD 12,7 triliun selama pandemi.
Sebagian besar kenaikan didukung oleh kenaikan kuat di pasar saham yang dibantu oleh pemerintah karena menyuntikkan uang ke ekonomi global untuk melunakkan pukulan finansial dari virus corona.
Kenaikan kekayaan tersebut sebagian besar terjadi pada tahun pertama pandemi. Kemudian stabil dan sejak itu turun sedikit, kata Max Lawson, Kepala Kebijakan Ketidaksetaraan di Oxfam.
Pada saat yang sama, meningkatnya ketidaksetaraan dan kenaikan harga pangan dapat mendorong sebanyak 263 juta orang ke dalam kemiskinan ekstrem di tahun ini, membalikkan kemajuan selama beberapa dekade, menurut laporan Oxfam yang dirilis bulan lalu.
"Saya belum pernah melihat pertumbuhan dramatis dalam kemiskinan dan pertumbuhan kekayaan pada saat yang sama dalam sejarah," kata Lawson. "Ini akan menyakiti banyak orang."
Â
Â
Manfaat dari kenaikan harga
Konsumen di seluruh dunia bersaing dengan melonjaknya biaya energi dan makanan. Akan tetapi, perusahaan di beberapa industri dan para pemimpinnya justru mendapat manfaat dari kenaikan harga, menurut Oxfam.
Salah satunya miliarder di sektor pangan dan agribisnis telah mengalami peningkatan total kekayaan sebesar USD 382 miliar atau 45 persen selama dua tahun terakhir, setelah disesuaikan dengan inflasi. Akhirnya muncul sekitar 62 miliarder dari sektor makanan sejak 2020.
Sementara itu, kekayaan bersih miliarder lainnya berada di sektor minyak, gas dan batu bara. Hartanya melonjak hingga USD 53 miliar atau 24 persen sejak 2020, setelah disesuaikan dengan inflasi.
Bahkan ada 40 miliarder baru terlahir dari industri farmasi, yang telah berada di garis depan pertempuran melawan Covid-19 dan penerima miliaran dana publik.
Selain itu, banyak muncul pula miliarder dari sektor teknologi , termasuk 7 dari 10 orang terkaya dunia, seperti Elon Musk dari Telsa, Jeff Bezos dari Amazon, dan Bill Gates dari Microsoft.
Orang-orang ini meningkatkan kekayaan mereka sebesar USD 436 miliar menjadi USD 934 miliar selama dua tahun terakhir, setelah disesuaikan dengan inflasi.
Â
Â
Â
Advertisement
Pajak orang kaya
Untuk melawan pertumbuhan pesat dalam ketidaksetaraan dan membantu mereka yang berjuang karena kenaikan harga, Oxfam mendukung pemerintah untuk mengenakan pajak pada orang kaya dan perusahaan.
Ini menyerukan pajak 90 persen sementara atas keuntungan perusahaan berlebih, serta pajak satu kali atas kekayaan miliarder.
Kelompok ini juga ingin memungut pajak kekayaan permanen pada orang super kaya. Ini menunjukkan pajak 2 persen atas aset yang lebih besar dari USD 5 juta, naik menjadi 5 persen untuk kekayaan bersih di atas USD 1 miliar. Jadi, terkumpul hingga USD 2,5 triliun dari seluruh dunia.
Pajak kekayaan, bagaimanapun, belum dianut oleh banyak pemerintah. Upaya untuk memungut pajak atas kekayaan bersih orang Amerika terkaya telah gagal maju di Kongres dalam beberapa tahun terakhir.
Â
Reporter: Aprilia Wahyu Melati
Â
Â