Sukses

Inilah Wilayah Indonesia yang Sudah Masuk Musim Kemarau, Kementan Bersiap

Kementan mempersiapkan kegiatan antisipasi menghadapi fenomena perubahan iklim atau musim kemarau.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menyebutkan beberapa daerah sudah memasuki musim kemarau. Pihaknya mempersiapkan kegiatan antisipasi menghadapi fenomena perubahan iklim.

"Berdasarkan laporan BMKG terbaru sebanyak 24,56 persen wilayah Indonesia sudah masuk musim kemarau," kata Mentan saat RDP dengan Komisi IV DPR, Kamis (2/6/2022).

Dia merinci, wilayah yang mengalami musim kemarau meliputi Aceh bagian utara dan timur pesisir Utara Banten pesisir utara Jawa Barat.

Kemudian sebagian Jawa Tengah, sebagian Jawa timur sebagian Bali, sebagian besar NTB dan sebagian besar NTT.

Selain itu, sebagian Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat bagian Timur, Sulawesi tengah bagian barat termasuk Sulawesi Utara bagian Selatan dan Papua Barat bagian utara.

Mentan menuturkan jika musim kemarau menjadi perhatian Kementarian pertanian mengambil beberapa langkah mengantisipasi dampak perubahan iklim hingga akhir tahun. Serta upaya mengamankan produksi pangan.

"Kementerian Pertanian telah mempersiapkan kegiatan adaptif adaptasi dan mitigasi kegiatan adaptasi," jelas dia.

Langkah dimaksud meliputi, pertama adalah perkembangan sumber air alternatif atau embun dan Parit dan lain-lain.

Kedua, pengembangan irigasi hemat air. Ketiga, pemanfaatan asuransi serta keempat memperbanyak beli secara masif terutama varietas toleran kekeringan dan kebanjiran.

Kelima, pengembangan unit pengolahan pupuk organik atau pupuk. Dan keenam diversifikasi pangan lokal secara bersamaan.

"Juga telah disiapkan kegiatan mitigasi yang terdiri dari satu pengembangan kawasan perkebunan dalam rangka mengurangi pemanasan global, yang kedua rehabilitasi lahan kritis melalui penanaman pohon buah-buahan dan tanaman perkebunan yang ketiga mengurangi food losses dan yang melaksanakan bimbingan teknis atau bintek adaptasi dan mitigasi," tegas Mentan.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

2 dari 3 halaman

BPS Ungkap Sektor Pertanian Serap Lapangan Kerja Tertinggi di Tahun 2022

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian mengalami pertumbuhan positif, dimana distribusi penduduk yang bekerja mencapai 29,96 persen atau sekitar 1,86 juta orang per tahun (YoY). Sementara tingkat pengangguran tahun 2022, diungkapkan oleh Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono mengalami penurunan yang cukup signifikan.

"Pada Februari 2021 angkanya masih 6,26 persen dan sekarang turun menjadi 5,83 persen," ujar Margo dalam berita resmi statistik yang digelar melalui video conference, Senin, 9 Mei 2022.

Disisi lain, Margo mengatakan Nilai Tukar Petani (NTP) yang dihitung berdasarkan tahunan (YonY) juga mengalami kenaikan, dimana NTP pada April 2022 mencapai 108,46 atau lebih tinggi jika dibandingkan nilai NTP April 2021 yang hanya 102,93.

Selain NTP, Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) pada April 2022 mengalami kenaikan cukup tinggi jika dibandingkan kondisi NTUP April 2021, dimana angkanya hanya 103,55. Sedangkan NTUP tahun ini mencapai 108,64. Meski demikian, baik NTP maupun NTUP yang dihitung secara bulanan mengalami penurunan.

Menurut Margo, penurunan terjadi karena indek harga yang diterima petani nilainya lebih rendah jika dibandingkan dengan indek yang harus dibayarkan petani.

"Indek harga yang diterima petani kenaikannya hanya meningkat 0,06 persen sementara indek yang dibayar petani 0,83 persen," katanya.

3 dari 3 halaman

Harga Pangan Meroket Pasca Lebaran, Pedagang Warteg Kelimpungan

Sejumlah harga pangan di pasar tradisional mengalami kenaikan drastis setelah hari raya Idulfitri 2022. Kondisi itu membuat pelaku usaha Warung Tegal (Warteg) kelimpungan lantaran terpaksa mengeluarkan biaya belanja sembako lebih besar dari sebelumnya.

"Menghadapi harga-harga naik pedagang juga bisa kelimpungan karena mau naikan harga menu, sementara daya beli masyarakat juga belum pulih," kataKetua Koperasi Warteg Nusantara (Kowantara) Mukroni saat dihubungi Merdeka.com, Senin (23/5).

Mukroni mencatat, kenaikan harga secara drastis terjadi pada komoditas bawang merah yang sekarang dijual Rp50.000 per kilogram (Kg). Padahal, saat situasi normal, bawang merah hanya dibanderol Rp25.000 per kilogram.

Selain bawang merah, komoditas cabai juga turut mengalami kenaikan. Misalnya, cabai merah yang saat ini dijual Rp50.000 per kg atau naik sebesar Rp20.000 dari sebelumnya hanya Rp 30.000 per kg.

Mukroni menambahkan, harga telur ayam juga terus mengalami kenaikan sejak bulan Ramadhan hingga saat ini. Bahan pangan tinggi protein tersebut sekarang dihargai Rp29.000 per kg dari sebelumnya Rp22-000 sampai 23.000 per kg.

"Biasanya harga-harga sembako setelah lebaran harga melandai, tapi ini kok malah naik. Dan naiknya drastis, di pasar sudah sampai lebih dari Rp 50 ribu untuk cabai dan bawang," jelasnya.

Untuk itu, Mukroni mendesak pemerintah untuk segera menstabilkan harga bahan kebutuhan pokok dalam waktu dekat ini. Mengingat, kenaikan harga pangan sudah terlampau tinggi dari situasi normal dan telah membebani pelaku usaha makanan termasuk konsumen dengan mengeluarkan biaya lebih untuk mencukupi kebutuhan perut.

"Harapan kami pedagang warteg ke pemerintah bisa mengontrol harga pasar. Jangan sampai pasar jalan bebas sendiri, dan pemerintah tak berdaya dengan kenaikan harga-harga, itu harapan kami Mas," tutupnya.

 

Â