Sukses

Survei ABB Indonesia: Sebagian Besar Perusahaan RI Siap Capai Target Nol Emisi dalam 5 Tahun

Country Holding Officer ABB Indonesia Gerard Chan mengatakan, sebagai negara yang rentan terhadap perubahan iklim, penting bagi Indonesia untuk melakukan transisi energi.

Liputan6.com, Jakarta - ABB Energy Efficiency Investment Survey 2022 menunjukkan bahwa para pelaku industri global mulai meningkatkan investasi untuk mewujudkan efisiensi energi dalam lima tahun ke depan. Hal ini dilakukan seiring dengan semakin ketatnya persaingan menuju Nol Emisi.

ABB Energy Efficiency Investment Survey 2022 merupakan survei yang diterbitkan mengikuti peluncuran Laporan PBB yang menyerukan perlunya aksi kolaboratif global guna mendorong upaya percepatan pengurangan efek rumah kaca.

Survei global yang diterbitkan Sapio Research tersebut mentargetkan 2.294 perusahaan dengan skala 500 hingga 5.000 karyawan atau lebih di 13 negara. Survei ini menawarkan gambaran terkini program dan rencana investasi industri di manca negara dalam menerapkan langkah-langkah efisiensi energi untuk mencapai target Nol Emisi.

Beberapa hasil temuan utama menunjukkan lebih dari setengah atau 54 persen perusahaan telah mulai berinvestasi, sementara 40 persen lainnya berencana melakukan peningkatan efisiensi energi tahun ini.

Country Holding Officer ABB Indonesia Gerard Chan mengatakan, sebagai negara yang rentan terhadap perubahan iklim, penting bagi Indonesia untuk melakukan transisi energi.

"Diawali dengan fokus terhadap upaya efisiensi energi yang memungkinkan terwujudnya dekarbonisasi bagi sektor lainnya secara lebih efektif dan efisien," jelas dia dalam keterangan tertulis, Sabtu (3/6/2022).

Di Indonesia, sebayak 106 penggerak industri menanggapi survei tersebut, dimana 61 persen menyatakan rencana mencapai target Nol Emisi dalam waktu 5 tahun.

Sebanyak 75 persen responden memilih komitmen keberlanjutan sebagai alasan utama yang mendorong investasi efisiensi energi, menjadikan Indonesia sebagai negara dengan skoring tertinggi dalam aspek ini secara global.

Sementara itu, faktor biaya merupakan hambatan utama upaya peningkatan efisiensi energi, diikuti oleh downtime atau penghentian proses operasi serta kurangnya keterampilan digital tenaga kerja.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Kesimpulan

Kesimpulan lainnya dari hasil survei di Indonesia:

Sebanyak 59 persen responden menyatakan telah mendapatkan informasi dan dukungan yang memadai dari Pemerintah dan pihak ketiga – Indonesia menduduki rangking tertinggi dalam aspek ini secara global.

Meningkatkan penggunaan energi merupakan prioritas pada dua sektor utama yaitu manufaktur dan layanan pendukung yang meliputi manajemen gedung, HVAC (sistem pengaturan suhu), dan pencahayaan.

Lebih dari sepertiga atau 36 persen responden berencana melakukan investasi untuk meningkatan efisiensi energi di tahun ini.

Vice President, Head of Business Area, Motion, ABB Indonesia, Chen Kang Tan, mengatakan bahwa Pemerintah Indonesia menunjukkan tingkat komitmen keberlanjutan yang tinggi melalui pendekatan terintegrasi dalam mewujudkan target SDG dan proses transisi Indonesia menuju ekonomi rendah karbon.

Ditambah lagi, penerapan peta jalan Industry 4.0 memperkuat proses transisi tersebut dan mendorong Indonesia untuk maju dan bertumbuh, Di saat yang bersamaan, upaya ini juga turut menyeimbangkan komitmen keberlanjutan serta pertumbuhan ekonomi.

"Hal ini merupakan sesuatu yang patut dibanggakan oleh masyarakat Indonesia,” tutup dia. 

3 dari 4 halaman

Blue Bird Pasang Target Kurangi 50 Persen Emisi hingga 2030

Sebelumnya, PT Blue Bird Tbk (BIRD) mengumumkan komitmennya untuk mewujudkan agenda Visi Berkelanjutan 50/30. Misi tersbeut merupakan gambaran dari strategi perseroan dalam mengurangi 50 persen emisi karbon dan buangan operasional pada 2030.

Visi ini sekaligus menandai usia emas perseroan yang jatuh pada 1 Mei 2022. Direktur Utama PT Blue Bird Tbk, Sigit Djokosoetono mengatakan, dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan, khususnya transportasi yang berkelanjutan, pemerintah memerlukan dukungan dan sinergi dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk pelaku bisnis.

"Melalui Visi Keberlanjutan 50/30, Blue Birdberharap untuk dapat membuktikan komitmen Perusahaan dalam mengurangi 50 persen emisi karbon dan limbah operasional di tahun 2030, dan menerapkannya ke dalam tiga pilar Visi Keberlanjutan, yaitu BlueSky, BlueLife, dan BlueCorps,” kata dia dalam konferensi pers Peluncuran Visi Keberlanjutan Bluebird, Rabu (20/4/2022).

Di usia perseroan yang genap 50 tahun, Blue Bird telah melayani negeri melalui nilai-nilai luhur yang diturunkan dari generasi ke generasi pendahulunya. Hal ini sejalan dengan filosofi nama Bluebird, yaitu ‘Sang Burung Biru’ pembawa kebahagiaan bagi karyawan, pengemudi, masyarakat, dan lingkungan.

 

4 dari 4 halaman

BlueLife dan BlueSky

Blue Bird juga menegaskan Visi Keberlanjutan 50/30 yang dikukuhkan pada Rabu, 20 April 2022 memiliki makna tersendiri bagi lebih dari 2.000 karyawan dan lebih dari 20.000 pengemudi Blue Bird, karena komitmen ini akan menjadi landasan strategi bisnis perusahaan ke depan.

Melalui pilar BlueLife, Blue Bird berkomitmen meningkatkan kualitas kehidupan sosial melalui Bluebird Peduli, Bluebird Academy, Asrama Perempuan, dan Kawan Bluebird.

Pilar BlueSky terfokus pada perbaikan kualitas lingkungan dengan menargetkan beberapa komitmen konkrit pada 2030. Sementara, melalui pilar BlueCorps, Perseroan mengupayakan peningkatan kualitas tata kelola bisnis perusahaan.