Sukses

Rupiah Merosot Imbas Kekhawatiran Lonjakan Inflasi

Kurs rupiah pagi ini bergerak melemah 23 poin atau 0,16 persen ke posisi 14.456 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.433 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah pada awal pekan ini diproyeksikan melemah dipicu kekhawatiran pelaku pasar terhadap kenaikan inflasi.

Kurs rupiah pagi ini bergerak melemah 23 poin atau 0,16 persen ke posisi 14.456 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.433 per dolar AS.

"Nilai tukar rupiah mungkin bisa melemah terhadap dolar AS hari ini dengan meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap kenaikan inflasi," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra dikutip dari Antara, Senin (6/6/2022).

Ariston menyampaikan, naiknya kembali harga minyak mentah dunia menjadi pemicu kekhawatiran inflasi. Harga minyak mentah naik ke kisaran 120 dolar AS per barel setelah Arab Saudi menaikkan harga penjualan minyaknya.

Sebelumnya, harga minyak sudah naik karena larangan ekspor minyak mentah Rusia ke Eropa diberlakukan, yang menambah ketatnya suplai minyak.

Selain itu, lanjut Ariston, prospek kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS The Fed yang agresif juga masih mempengaruhi pergerakan nilai tukar lainnya termasuk rupiah terhadap dolar AS.

"Di sisi lain, minat investor yang masih tinggi ke pasar saham Indonesia karena kondisi ekonomi Indonesia yang membaik, bisa menahan pelemahan rupiah," ujar Ariston.

Ariston memperkirakan hari ini rupiah akan bergerak melemah ke kisaran 14.450 per dolar AS hingga 14.480 per dolar AS dengan support di kisaran 14.400 per dolar AS.

Pada Jumat (3/6) lalu, rupiah ditutup menguat 47 poin atau 0,33 persen ke posisi 14.433 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.480 per dolar AS.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Rupiah Tertekan, DPR Ingatkan Imbal Hasil SBN Pemerintah Bisa Meningkat

Sebelumnya, Ketua Banggar DPR RI, Said Abdullah mengingatkan pembayaran imbal hasil dari SBN yang diterbitkan pemerintah bisa melonjak.

Penyebabnya dari nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang tertekan di tengah pengetatan kebijakan moneter yang diterapkan The Fed. Sehingga beban belanja bunga APBN tahun depan diperkirakan semakin besar.

"Timing money policy ini harus ini terus membayangi nilai tukar kalau terus berlanjut sampai tahun depan, kita akan bayar mahal imbal hasil SBN," kata Said dalam Rapat Kerja DPR-RI dengan Pemerintah di Komplek DPR-MPR, Jakarta, Selasa (31/5/2022).

Hal ini bisa menyebabkan suku bunga SBN 10 tahun dalam postur APBN 2023 bisa meningkat di kisaran 7,34 persen - 9,16 persen. Angka ini lebih tinggi dari yang ditetapkan dalam APBN 2022 sebesar 6 persen - 6,8 persen. Padahal, lanjut Said, kebutuhan pembiayaan pemerintah di tahun 2023 mencapai Rp 1.596,7 triliun.

"Target pembiayaan tahun depan masih tinggi antara Rp 562,6 triliun - Rp 1.596,7 triliun. Jauh lebih tinggi dari realisasi sebelum pandemi di kisaran Rp 269,44 triliun - Rp 348,65 triliun," paparnya.

Said mengatakan peruntukan pembiayaan dalam APBN tidak hanya untuk membayar imbal hasil dari SBN semata. Terlebih mulai tahun depan Bank Indonesia sudah tidak lagi menjadi pihak yang bisa membeli SBN pemerintah kapan saja.

"Mengingat imbal hasil SBN yang tinggi, kebijakan pembiayaan tidak SBN semata. Sedangkan produk SBN ini makin kreatif," kata dia.

Untuk itu itu berbagai reformasi struktural yang dilakukan harus segera terealisasi. Pengumpulan pajak sampai regulasi perizinan harus bisa membuahkan pendapatan negara yang bisa menopang APBN ke depan.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com 

3 dari 3 halaman

Gubernur BI: Rupiah Melemah 1,2 Persen di Mei 2022 Dampak Ketidakpastian Global

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan nilai tukar rupiah terDepresiasi atau melemah 1,2 persen terhadap dolar Amerika Serikat (AS) untuk periode awal akhir April 2022 hingga saat ini. Perry mengungkap pelemahan nilai tukar rupiah itu disebabkan oleh aliran modal asing keluar.

Keluarnya aliran modal asing itu akibat dari ketidakpastiannya pasar keuangan global. Ia juga mengungkap terdepresiasinya nilai tukar rupiah ini sejalan dengan mata uang regional lainnya.

“Nilai tukar rupiah terdepresiasi sejalan dengan mata uang regional lainnya dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global. Nilai tukar rupiah pada 23 mei 2022 terdepresiasi 1,2 persen dibanding dengan akhir April 2022,” katanya dalam pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur BI, Selasa (24/5/2022).

Depresiasi tersebut disebabkan oleh aliran modal asing keluar seiring dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global di tengah terjaganya pasokan valas domestik. Khususnya,kata dia, dari korporasi dan persepsi positif terhadap prospek perekonomian indoneisa.

“Dengan perkembangan ini, nilai tukar rupiah sampai 23 Mei 2022 terdepresiasi sekitar 2,87 persen year-to-date dibandingkan dengan tingkat akhir 2021,” kata dia.

Kendati demikian, Perry Warjiyo menyebut tingkat depresiasi ini relatif lebih kecil dibandingkan dengan yang terjadi di beberapa negara tetangga. Contohnya, India yang mengalami depresiasi sebesar 4,11 persen, Malaysia 5,1 persen, dan Korea Selatan 5,97 persen.