Sukses

HEADLINE: Heboh Harga Tiket Naik Candi Borobudur untuk Wisatawan Lokal, Plus Minusnya?

Kunjungan wisatawan yang akan naik ke bangunan Candi Borobudur akan dibatasi melalui menerapkan sistem kuota dengan adanya tiket khusus.

Liputan6.com, Jakarta "Kami juga sepakat dan berencana untuk membatasi kuota turis yang ingin naik ke Candi Borobudur sebanyak 1200 orang per hari, dengan biaya 100 dollar untuk wisman dan turis domestik sebesar 750 ribu rupiah. Khusus untuk pelajar, kami berikan biaya 5000 rupiah saja. Sedangkan untuk masuk ke Kawasan Candi akan akan tetap mengikuti harga yang sudah berlaku," itulah bunyi postingan Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan melalui akun instagram resminya @luhut.pandjaitan yang menuai kehebohan.

Postingan Menko Luhut seakan menjadi sinyal jika pemerintah memiliki rencana baru terkait pengelolaan Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah. Wisatawan yang ingin menikmati keindahan Candi Borobudur dari atas siap-siap merogoh kocek lebih dalam.

Pemerintah sedang berancang-ancang menarik tarif tiket masuk Candi Borobudur, yang merupakan salah satu warisan budaya dunia lebih tinggi dari sebelumnya.

Postingan Luhut merupakan ide yang mengemuka dalam Rapat Koordinasi antar  Kementerian/Lembaga (K/L) di Ruang Avadhana, kompleks Taman Wisata Candi Borobudur. Rapat yang membahas Pengembangan Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) Candi Borobudur, pada Sabtu, 4 Juni 2022. 

Rakor mengambil keputusan bahwa diperlukan pembatasan kunjungan wisatawan yang akan naik ke bangunan Candi Borobudur melalui sistem kuota dengan adanya tiket khusus.

Luhut beralasan, langkah pemerintah mendongkrak harga tiket masuk ke Candi Borobudur ini dilakukan semata-mata demi menjaga kelestarian kekayaan sejarah dan budaya Nusantara.

Selain harga tiket masuk naik, semua turis juga nantinya harus menggunakan tour guide dari warga lokal sekitar kawasan Borobudur.

"Ini kami lakukan demi menyerap lapangan kerja baru sekaligus menumbuhkan sense of belonging terhadap kawasan ini sehingga rasa tanggung jawab untuk merawat dan melestarikan salah satu situs sejarah nusantara ini bisa terus tumbuh dalam sanubari generasi muda di masa mendatang," lanjut postingan Menko Luhut.

Polemik kemudian pun mencuat di masyarakat. Karena memang, besaran harga tiket Candi Borobudur Rp 750 ribu yang direncanakan untuk wisatawan domestik dan USD 100 untuk wisman tersebut jauh di atas harga berlaku saat ini.

Dikutip dari laman borobudurpark yang dikelola PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko (Persero), harga tiket masuk Candi Borobudur untuk wisatawan domestik sebesar Rp 50 ribu untuk orang dewasa. Sedangkan untuk anak-anak sebesar Rp 25 ribu.

Sedangkan untuk wisatawan mancanegara yang rencananya akan naik menjadi USD 100 atau kurang lebih Rp 1,4 juta, saat ini dibanderol USD 25 atau sekitar Rp 350 ribu untuk dewasa. Untuk tiket anak-anak dipatok USD 15 atau kurang lebih Rp 210 ribu.   

Namun kemudian pengelola Borobudur berusaha mengklarifikasi jika tiket masuk ke Candi Borobudur sejatinya masih tetap sama. Usulan tarif seharga Rp 750 ribu per orang bagi turis lokal berlaku hanya bila turis ingin menaiki Candi Borobudur.

"Itu kan tiket untuk naik ke candi. Tiket regulernya masih tetap sama untuk wisnus Rp 50 ribu , untuk wisman USD 25. Hanya tiket untuk ini berlaku cuma sampai pelataran candi saja," kata Direktur Utama Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko (Persero) Edy Setijono.

Dia pun mendukung kebijakan kuota dengan tiket khusus, sebagai keputusan yang mengedepankan aspek konservasi. Di mana, keputusan perihal harga tiket Candi Borobudur ditetapkan melalui rapat koordinasi dengan pemerintah pusat.

Diungkapkan pula alasan besarnya harga tiket masuk karena adanya sistem kuota per hari bagi yang diperbolehkan naik ke atas Candi Borobudur. Pemerintah menetapkan kuota hanya 1.200 orang per hari.

Penetapan kuota demi melindungi bangunan Candi Borobudur sebagai bagian menjaga kelestarian kekayaan sejarah dan budaya Nusantara.

Sebelumnya, berdasarkan hasil monitoring Balai Konservasi Borobudur terkait pelestarian Candi Borobudur, menemukan jika ada kondisi keausan batu dan kerusakan pada beberapa bagian relief.

Pembebanan pengunjung (over capacity) yang berlebihan dikhawatirkan akan berdampak pada kelestarian Candi Borobudur, termasuk penurunan kontur tanah di sekitarnya.

"adi itulah tujuannya. Jadi orang naik ke candi karena ia sudah membayar mahal, saya kira ia akan sungguh-sungguh, ia akan belajar, ia akan mempelajari. Tapi, kalau cuma foto-foto rugi kan bayar Rp 750 ribu, di bawah saja. Karena ada aspek konservasi tadi," tegas dia.

Bahkan pengelola sudah menyiapkan pemandu wisata di atas candi yang akan menjelaskan berbagai sejarah candi yang dibangun sejak tahun 770 masehi tersebut. 

Edy ikut menekankan, penetapan harga tiket Candi Borobudur bukan karena pertimbangan komersial. "Sebagai wujud keberpihakan kami pada dunia pendidikan, untuk pelajar hanya ditetapkan (tarif masuk ke atas Candi Borobudur senilai) Rp 5.000," tutur dia.

Akses khusus kepada pelajar ini akan diberikan sebanyak 20 hingga 25 persen dari total kuota 1.200 orang per hari.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 6 halaman

Tuai Pro dan Kontra

Wacana kenaikan harga tiket masuk Candi Borobudur langsung menuai beragam komentar masyarakat terutama warganet.

Pantauan Tekno Liputan6.com di Twitter, banyak dari warganet yang tak setuju dengan rencana ini, namun tak sedikit pula yang berpendapat berbeda.

"Waktu masuk Candi Borobudur Tahun 2016 harga tiketnya Rp 35.000, itupun aku rasa mahal. Terus yang jualan disitu sepi pembeli. Gimana kalau dinaikin jadi Rp 750.000? Ya dikira2 aja pak kalau mau naikin harga, jangan sampai kaya gitu harganya," tulis seorang warganet.

"Indonesia memang ditagih untuk bikin visitor management plan. Sementara BCO juga harus ngitung berapa sih kapasitas aman sebenarnya Borobudur. Ini ndak tahu udah ada atau belum. Naikkan tiket memang salah satu strategi dlm visitor management plan, tp sbtlnya banyak hal lain," komentar warganet lainnya.

"Selamat tinggal borobudur, menjadi sarang hantu, semua yg bisa diolah olah terus biar bangsa ini hancur dan bangkrut," timpal yang lainnya.

"Agak bingungin statementnya. 750K itu buat naik sampai ke Candi Borobudurnya, apa keseluruhan area? Borobudur tuh luas, ada pelatarannya. Baru naik tangga gitu. Sekarang tarifnya 50K, tapi pengunjung udah ga boleh naik ke area candinya. Cuman sampe pelataran," tulis seorang warganet yang merasa bingung.

Wacana kenaikan tiket Candi Borobudur juga dikomentari Barry Kusuma, seorang fotografer travel profesional saat dihubungi Liputan6.com, Senin (6/6/2022).

Dia menilai sebelum melempar wacana kenaikan tiket Candi Borobudur, pemerintah seharusnya menjelaskan lebih detail peruntukannya, sehingga tidak menimbulkan kegaduhan di tengah masyarakat. Barry lantas membandingkan saat dirinya traveling ke Machu Pichu di Peru. 

"Contoh misalnya waktu gue ke Peru, ke Machu Pichu, itu harga paling murah itu USD 45 dan itu harus treking dari bawah sampai atas. Dan kalau mau naik lagi keretanya terus bisnya nambah lagi berapa puluh dolar berapa puluh dolar. Jadi jelas peruntukannya," katanya.

Jika dijelaskan dengan detail dan menyeluruh, kemungkinan masyarakat menangkap informasi kenaikan tiket Candi Borobudur yang belakangan menyeruak juga tidak setengah-setengah. 

Sebagai traveler, Barry sangat setuju jika pengunjung Candi Borobudur dibatasi per hari 1.200 orang. Hal itu, demi menjaga kelestarian candi yang sudah berusia tua. 

Fahmi, blogger travel Catperku melontarkan pendapat senada. Pemerintah dinilai mengeluarkan informasi kenaikan tiket Candi Borobudur terlalu dini, apalagi tanpa ada penjelasan harga tiket secara detail.

"Kita harus tahu dapatnya apa, dan bisa sampai mana dengan harga tiket tersebut. Jadinya ya persepsi publik menganggap kalau tiket jadi terlalu mahal. Impact-nya mungkin untuk jangka panjang wisatawan bakal jadi males buat ke Borobudur," katanya.

Dibandingkan secara objektif, kata Fahmi, jika cuma sekadar datang ke Borobudur lalu hanya melihat-lihat saja, mungkin pengunjung akan lebih milih datang ke Punthuk Setumbu yang pemandangannya lebih bagus dan harganya lebih terjangkau.

Meski demikian, dia sepakat jika pengunjung Candi Borobudur dibatasi per hari, namun bukan berarti harus menaikan harga tiket yang tidak detail peruntukannya apa saja. 

"Kalau tujuannya memang buat konservasi, ya dibatasi saja pengunjung per hari yang bisa naik ke atas candi. Atau sekalian dilarang saja, kecuali untuk urusan ibadah, penelitian, atau tujuan spesifik lain terkait konservasi.

Wacana kenaikan tiket masuk Candi Borobudur dinilai lebih kepada upaya komersialisasi ketimbang melindungi candi atas nama konservasi. 

"Akan lebih baik lagi kalau harganya tetap seperti sekarang, dengan catatan pengunjung tidak boleh naik ke atap candi sama sekali hanya di pelataran untuk alasan konservasi," katanya.

 

 

3 dari 6 halaman

Butuh Sikap Tegas Pemerintah

Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi secara tegas menolak rencana pemerintah untuk menaikkan tarif di kawasan wisata Candi Borobudur guna mencegah kerusakan di area Stupa.

Ketimbang menaikan tarif dengan nilai tinggi pemerintah sebaiknya menerapkan skema penjualan tiket secara online.

Dengan begitu, kapasitas jumlah pengunjung Candi Borobudur tetap terkontrol untuk menghindari kerusakan di area Stupa.

"Kalau memang tujuannya untuk menjaga kelestarian Borobudur, ya jangan dengan tarif yang tinggi dong. Kan bisa diterapkan dengan kapasitas masuk, dan tiket bisa dijual secara online," kata Tulus.

Selain itu, Tulus juga meminta pemerintah dan pengelola wisata setempat untuk bersikap tegas terhadap wisatawan yang terbukti melakukan vandalisme di area Candi Borobudur.

Antara lain dengan mengenakan sanksi denda bernilai tinggi Hal ini dimaksudkan untuk menjaga untuk menciptakan efek jera sekaligus menjaga kelestarian Candi Borobudur sebagai salah satu warisan budaya dunia.

Desak Dibatalkan

Ketua Komisi VI DPR RI Faisol Rizal. Bahkan dia mendesak pemerintah untuk membatalkan rencana penyesuaian tarif tiket masuk Candi Borobudur tersebut. Besaran tarif yang diputuskan pemerintah dan pengelola wisata tersebut dinilai memberatkan wisatawan.

"Saya minta agar kenaikan harga ini dibatalkan. Saya rasa memberatkan masyarakat. Saya tidak setuju," kata Faisol kepada Merdeka.com.

Bahkan DPR berencana memanggil pihak Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur untuk mencari tahu penyebab atas rencana penyesuaian tiket masuk bagi wisatawan yang hendak menaiki puncak Candi Borobudur. "Nanti kami akan memanggil TWC terkait ini," tutup Faisol.

 

4 dari 6 halaman

Lindungi Warisan Bangsa

Berbeda dengan YLKI, pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo). Asosiasi justru merestui langkah pemerintah menyesuaikan harga tiket Candi Borobudur.

“Kebijakan yang diambil pemerintah ada baiknya, untuk membatasi kunjungan wisatawan yang naik ke candi borobudur,” kata Ketua Umum DPP Astindo, Pauline Suharno kepada Liputan6.com. 

Setiap tahun bangunan candi borobudur mengalami penurunan. Oleh karena itu, Pemerintah ingin menjaga kelestarian bangunan Candi Borobudur selama mungkin.

Sehingga rencana pemerintah akan menjadikan borobudur sebagai satu kawasan wisata yang bukan lagi mass tourism, melainkan menjadi destinasi kawasan khusus sama seperti Taman Nasional Komodo.

Sebagai informasi, Mass Tourism adalah pergerakan manusia dalam jumlah besar dengan tujuan menghabiskan waktu luang mereka di suatu tempat. Destinasi wisata seperti ini biasanya berhubungan dengan liburan yang murah dan cenderung bersifat musiman.

“Nanti dengan diberlakukannya tiket masuk yang baru, maka akan terseleksi wisatawan yang akan naik ke Candi Borobudur (ring 1, melihat relief dan stupa),” ujarnya.

Lantaran, selama masa pandemi wisatawan dilarang naik ke ring 1, hanya diperbolehkan di pelataran Candi Borobudur, karena banyak wisatawan yang memakai hand Sanitizer yang mengandung alkohol dan menyebabkan kerusakan pada batu batu/relief/stupa candi Borobudur.

Dukungan juga disampaikan Wakil Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian. Pembatasan pengunjung yang naik bagian atas ke Candi Borobudur menjadi hal yang penting.

"Pasalnya, kenaikan tarif ini sangat urgen dilakukan untuk membatasi jumlah wisatawan yang naik ke candi," ujar Hetifah kepada Liputan6.com.

Hal itu dikarenakan, situs bersejarah yang dibangun sekitar abad ke 8-9 Masehi itu telah melewati berbagai pemugaran akibat bencana alam.

"Struktur Borobudur tidak didesain sebagai tempat wisata untuk jutaan pengunjung setiap tahunnya, sehingga ancaman collapse/batu bergeser jika tidak dijaga dengan baik akan selalu ada," jelas Hetifah.

Namun, Hetifah juga melihat perlu dilakukannya klarifikasi bahwa ada dua tarif berbeda untuk tiket masuk Candi Borobudur.

"Tarif masuk kompleks Borobudur sebesar Rp 50 ribu dan tarif naik candi sebesar Rp 750 ribu. Jadi masyarakat tetap bisa masuk ke kompleks dengan harga normal dan pedagang pun tidak akan kehilangan pengunjung," pungkasnya.

Selain itu, Hetifah juga mendorong agar ada kebijakan khusus bagi para peziarah/masyarakat yang hendak naik ke Candi Borobudur untuk aktivitas ibadah.

"Kita harus menghargai hak mereka beribadah tanpa pungutan biaya," tambahnya.

Terlalu Mahal

Pengamat Pariwisata Universitas Jenderal Soedirman Chusmeru menilai pembatasan bisa jadi jalan keluar. Namun, terkait tarif yang disebut Rp 750 ribu per orang, terlalu tinggi.

"Upaya pembatasan jumlah pengunjung dengan dibarengi tarif tiket naik ke atas candi sebesar 750.000 tentu saja akan berdampak buruk bagi perkembangan industri pariwisata," katanya kepada Liputan6.com.

Setidaknya, ia menyebut ada tiga poin dampak buruk dari tingginya tarif yang belum ditetapkan ini. Pertama, tarif yang terlampau tinggi ini akan berdampak pada citra buruk pariwisata dalam negeri.

"Dikhawatirkan akan muncul anggapan komodifikasi dan kapitalisasi terhadap Borobudur. Candi yang bernilai sejarah, budaya, dan religi itu dijadikan ajang mencari keuntungan ekonomis semata," terangnya.

Kedua, diperkirakan akan terjadi penurunan angka kunjungan yang signifikan ke Borobudur akibat pengenaan tarif yang tinggi. Hal ini akan terjadi pada wisatawan yang belum pernah mengunjungi Borobudur.

"Mereka akan berpikir ulang, karena biaya ke Borobudur bisa lebih mahal dibanding biaya hotel maupun transportasi," katanya menjelaskan.

Ketiga, bagi wisatawan keluarga tarif tersebut akan sangat menjadi beban, karena harus mengeluarkan biaya banyak. Meskipun wisatawan hanya dikenakan tarif masuk area Borobudur Rp 50.000, namun tanpa naik ke atas candi tentu tidak memuaskan.

Ia memandang, Candi Borobudur adalah salah satu destinasi wisata super prioritas yang bernilai sejarah, budaya, dan religi. Borubudur juga menjadi kebanggaan bagi bangsa Indonesia yang perlu dijaga kelestariannya.

Oleh sebab itu, alasan pemerintah untuk membatasi jumlah pengunjuk yang akan naik ke atas Candi Borobudur dapat dimaklumi. Pembatasan jumlah pengunjung itu sebagai upaya konservasi peninggalan kejayaan bangsa Indonesia di masa lalu.

"Dampak positif dari pembatasan jumlah pengunjung 1.200 orang perhari adalah terpelihara dan terjaganya Borobudur dari kerusakan akibat sarat pengunjung setiap harinya," katanya.

Sementara itu, dengan tujuan memelihara keutuhan bangunan, ia memandang pemerintah bisa melakukan cara lain. Misalnya dengan memberlakukan revervasi secara online untuk 1.200 pengunjung per harinya.

"Selanjutnya bisa dibuat daftar tunggu hari kunjungan. Kalau pun akan diterapkan biaya naik ke atas candi, perlu ditetapkan batas harga yang lebih murah sscara ekonomis dan lebih dapat diterima secara psikologis oleh wisatawan," imbuh dia.

Menurutnya, meraup keuntungan di sektor pariwisata merupakan salah satu hal yang wajar. Kendati begitu, membuat wisatawan menanggung beban psikologis dan ekonomis dari penetapan tarif menjadi satu kekeliruan di sisi lain.

5 dari 6 halaman

Masih Dikaji

Tak mau polemik harga tiket Candi Bodobudur berlarut-larut, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno merespons.

Menurutnya, rencana penetapan harga tiket Candi Borobudur sebesar Rp 750 ribu dengan mempertimbangkan degradasi bangunan candi yang terus terjadi.

Pemerintah sendiri akan mengatur kapasitas daya tampung candi sebesar 1.200 orang per hari. "Karena bisa mengurangi kikisan yang membuat batu di Borobudur aus. Pendekatan ini bukan komersial, tapi pendekatan konservasi," jelasnya.

Sandiaga mengatakan, pemerintah akan memastikan Candi Borobudur jadi destinasi ramah lingkungan. Menurut laporan, ucap Sandiaga Uno, beberapa tahun terakhir batu-batu di Candi Borobudur mengalami degradasi sangat drastis.

"Candi ini dibangun sekitar 1.200 tahun yang lalu, harus benar benar kita jaga," katanya.

Sandiaga melanjutkan, bagi masyarakat yang tidak naik ke candi nantinya tetap dapat menikmati pemandangan candi melalui Virtual Reality. Hal ini pun sedang dirancang oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

"Nanti akan ada virtual reality agar orang tetap menikmati dan tetap dapat memperkaya pengetahuan. Saya optimis dengan proses ini Borobudur akan menjadi ikon dan kita pastikan kelestariannya," tuturnya..

Lebih lanjut, Sandiaga menampik, bila wisatawan Nusantara dituding sebagai pihak yang paling banyak memberi dampak kerusakan pada candi.

"1.200 ini sudah dihitung berulang-ulang. Jadi 365 itu sudah sesuai kapasitas Borobudur. tetapi kalau disebut wisman Nusantara merusak, itu tidak. Makanya sendalnya di ganti," jelasnya.

Sandiaga mengatakan, aktivitas pariwisata di Borobudur mulai menggeliat seiring dengan pandemi yang terkendali, sekarang ada peningkatan kunjungan yang didominasi Nusantara. Sementara wisatawan mancanegara masih 10 persen.

"Saat hari Waisak di Borobudur semakin banyak reservasi hotel, peminjaman mobil yang membangkitkan UMKM di Borobudur," jelasnya.

Dipastikan pula jika kebijakan menaikan harga masuk tidak akan mengganggu umat Budha yang melakukan ibadah.

"Untuk umat Budha, kita tidak ingin mendiskriminasi umat Budha yang ingin mengakses ini. Kemarin Waisak melakukan di plataran bukan di dalam candi tetapi menghadap candi. Itu pengalaman berkesan," jelasnya.

Namun kembali lagi Sandiaga Uno memastikan ide tarif baru Candi Borobudur masih dalam kajian. Pengkajian dilakukan dengan hati hati serta melibatkan unsur tokoh agama. Sebab, ada juga umat Budha yang menggunakan candi tersebut untuk melakukan ibadah.

"Kami meyakini kajian yang akan memfinalkan, yang disampaikan Pak Luhut, masukan ini termasuk tokoh agama akan memberikan pengayaan mengenai berapa harga yang dibebankan," katanya dalam jumpa pers, kemarin.

Selain tokoh agama, pemerintah juga akan menyelaraskan dengan beberapa destinasi di dunia seperti Piramida di Mesir. 

Di tangan Jokowi

Pernyataan Sandiaga diperkut Juru Bicara Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Jodi Mahardi.

Dikatakan jika sebagaimana pernyataan dari Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, tarif masuk tersebut masih menunggu keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

“Menko Luhut mengatakan rencana tarif yang muncul saat ini belumlah final, karena masih akan dibahas dan diputuskan oleh Presiden di minggu depan,” kata Jodi, kepada Liputan6.com.

Adapun Jodi menjelaskan, sementara rencana kenaikan tarif untuk turis asing menjadi USD100 diyakini tidak akan berubah. Sama halnya untuk tarif pelajar tetap sesuai rencana yang sebelumnya yaitu Rp5.000.

Begitu pula untuk sekedar masuk ke kawasan Candi, tarifnya juga tetap di angka Rp50 ribu seperti saat ini.

Jodi menyebut, alasan Menko Luhut menaikkan tarif untuk naik ke area stupa Candi Borobudur merupakan upaya Pemerintah untuk menjaga Warisan Budaya Dunia tersebut.

Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menegaskan, harus ada pembatasan bagi mereka yang ingin naik ke Candi Borobudur, agar tetap menjaga kondisinya.

"Tiket untuk naik ke candi. Harus ada pembatasan orang naik ke candi. Agar bisa menjaga kondisi candi," tutur Ganjar kepada Liputan6.com.

Aturan pengendalian jumlah pengunjung Candi Borobudur setiap harinya memang dapat mengambil berbagai langkah. Salah satunya lewat kenaikan tarif tiket destinasi wisata.

"Banyak aturan yang bisa dibuat untuk mengendalikan pengunjung, soal transportasi menuju EV, soal pengelolaan lingkungan, event, sampah, bangunan dan tarif," kata Ganjar.

Dia pun menjamin, siapapun tetap bisa menikmati wisata di Candi Borobudur. "Sangat bisa," kata Ganjar.

6 dari 6 halaman

Belajar dari Lokasi Wisata di Negara Lain

Terlepas dari pro dan kontra, Candi Borobudur memang merupakan bangunan yang harus dilestasikan dan dirawat agar tidak rusak dan dilupakan.

Sebagai peninggalan bersejarah yang tak ternilai harganya, pada tahun 1991 Candi Borobudur pun telah ditetapkan sebagai situs Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO. Hal ini karena Candi Borobudur dinilai sebagai monumen yang kaya akan nilai sejarah, spriritual, dan arsitektural.

Namun selain Indonesia, sejumlah negara juga memiliki warisan budaya yang tak kalah megah dan bernilai sejarah tinggi. Contohnya, Angkor Wat di Kamboja dan Machu Picchu di Peru.

Namun, bagaimana dengan harga tiket yang ditetapkan pada warisan budaya dunia UNESCO lainnya seperti Angkor Wat dan Machu Picchu?

Dikutip dari The Phnom Penh Post, pada September 2019 lalu diberitakan bahwa penjualan tiket ke kuil Angkor kala itu mengalami penurunan.

Sebuah laporan Angkor Enterprise telah mengungkapkan bahwa penjualan tiket ke Taman Arkeologi Angkor turun lebih dari 11 persen dari periode yang sama tahun lalu.

Perdana Menteri Hun Sen tidak peduli atas catatan itu. Ia mengatakan kepada wartawan bahwa penurunan penjualan tiket di kompleks itu tidak menjadi masalah.

Bahkan, ini menunjukkan bahwa upaya Kamboja mendiversifikasi pariwisata dari kompleks Angkor telah berhasil, karena lebih banyak turis mengunjungi bagian lain Kamboja.

"Kita tidak bisa melihat hanya satu pohon. Kita harus melihat seluruh hutan. Kita harus fokus menjadikan Kamboja sebagai destinasi yang lebih menarik," katanya.

Angkor Wat

Angkor Wat bukanlah tujuan wisata yang biasa-biasa saja. Ini adalah Situs Warisan Dunia Unesco dengan makna budaya, agama, dan sejarah yang sangat besar.

Terlepas dari pembicaraan perdana menteri tentang diversifikasi, itu tetap menjadi daya tarik Kamboja yang paling banyak dikunjungi.

Pariwisata dilaporkan telah "memakan banyak korban" di kompleks candi. Pada 2019, Responsible Travel merilis peta yang mendokumentasikan lebih dari 90 destinasi di 60 negara yang menderita akibat pariwisata berlebihan, dan Angkor Wat ada di peta itu. Lonceng peringatan fenomena itu bahkan telah berbunyi selama bertahun-tahun.

Menurut Angkor Enterprise, harga tiket masuk ke Angkor Wat untuk satu hari senilai USD 37 (Rp 535 ribu), kunjungan tiga hari seharga USD 62 (Rp 896 ribu), dan tujuh hari sebesar USD 70 atau sekitar Rp 1 jutaan.

Kantor Tiket Angkor (Angkor Enterprise) adalah satu-satunya tempat turis dapat membeli tiket masuk Taman Arkeologi Angkor. Dalam laman juga disebutkan bahwa tiket yang dibeli di tempat lain tidak berlaku.

Dua tahun sebelumnya, Otoritas Nasional Apsara menetapkan batas 300 orang di puncak Phnom Bakheng karena jumlah pencari matahari terbenam mengancam akan merusak kuil di sana.

Meski merupakan awal yang baik, hal ini sama sekali tidak mampu membendung gelombang pariwisata berlebihan yang mengancam seluruh kompleks candi.

Selama musim kemarau 2019, parit Angkor Wat kehilangan lebih dari 10 juta liter air, setara empat kolam renang ukuran Olimpiade. Kehilangan air ini mengancam fondasi dan keutuhan bangunan candi.

Dikutip dari AFP, pada April 2022, turis asing berkumpul di dekat menara kuno Angkor Wat Kamboja, segelintir orang yang beruntung melihat Situs Warisan Dunia dengan kerumunan tipis saat negara itu pulih dari Covid-19.

Besar harapan bahwa kompleks candi, yang baru-baru ini direvitalisasi dari pekerjaan perbaikan, akan jadi ujung tombak pemulihan pariwisata setelah negara Asia Tenggara itu mulai dibuka kembali untuk pelancong November tahun lalu.

Beberapa pengunjung luar negeri sekali lagi menjelajahi situs suci, dengan banyak yang menyebutnya sebagai kesempatan unik.

Machu Picchu

Dikutip dari CNBC, Senin (6/6/2022), pada dasarnya, siapa pun yang tiba di Machu Picchu diizinkan masuk, menurut laporan pada 2017 oleh Komite Warisan Dunia UNESCO.

Situs web tiket Machu Picchu menjual 3.700 tiket sehari, tapi itu tidak termasuk 500 pengunjung harian yang mendaki ke situs tersebut, menurut laporan tersebut.

Lebih lanjut, laporan itu mengatakan tiket tambahan sedang dijual oleh perusahaan tur dan di lokasi itu sendiri. "Kami buka jam enam pagi, dan ada ratusan dan ratusan orang yang ingin masuk," kata Jose M. Bastante selaku conservator pada 2021 lalu.

Pada Juli 2020, otoritas Peru membatasi jumlah pengunjung situs ke Machu Picchu sejumlah 2.244 per hari. Tetapi bahkan perubahan itu tidak mengatasi masalah orang-orang yang lebih memilih untuk berkunjung pada waktu yang sama, terutama saat matahari terbit.

"Semua orang ingin menjadi yang pertama di Machu Picchu," katanya. "Kami buka jam enam pagi, dan ada ratusan yang ingin masuk, dengan antrian yang akan berlangsung selama dua jam."

Aturan baru telah menyebabkan reaksi emosional dari wisatawan, beberapa di antaranya mungkin telah melintasi benua untuk melihat situs wisata paling terkenal di Peru.

"Kami memiliki orang-orang di luar situs yang mengeluh dan menangis," kata Bastante dalam sebuah wawancara dengan The Getty Conservation Institute, beberapa waktu lalu. "Tapi kita tidak bisa melawan kapasitas kita yang sudah mapan."

Meski aturan baru membatasi jumlah wisatawan, otoritas situs berencana untuk meningkatkan kapasitas ke Machu Picchu di masa depan.

Sebuah pusat pengunjung baru, yang dijadwalkan untuk memulai pembangunan tahun lalu, memungkinkan sekitar 6.000 pengunjung setiap hari untuk mengunjungi Machu Picchu, kata Bastante.