Liputan6.com, Jakarta - Program Pangan Dunia (WFP) dan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) mengeluarkan peringatan keras tentang berbagai krisis pangan dunia yang terjadi akibat masalah iklim seperti kekeringan, dampak pandemi Covid-19 serta perang Rusia-Ukraina.
Dilansir dari US News, Selasa (7/6/2022) Direktur Eksekutif WFP David Beasley mengatakan bahwa krisis pangan global, selain merugikan masyarakat miskin juga mengancam jutaan keluarga yang baru saja bertahan hidup.
Baca Juga
"Kondisi sekarang jauh lebih buruk daripada selama Musim Semi Arab pada tahun 2011 dan krisis harga pangan 2007-2008, ketika 48 negara diguncang oleh kerusuhan politik, dan protes," kata Beasley dalam sebuah pernyataan.
Advertisement
Laporan WFP dan FAO menyerukan tindakan kemanusiaan yang mendesak untuk membantu "titik panas kelaparan" di mana kelaparan akut diperkirakan akan memburuk selama beberapa bulan ke depan.
Kedua badan pangan PBB tersebut juga kembali memperingatkan bahwa perang di Ukraina memperburuk harga pangan dan energi yang sudah naik di seluruh dunia.
"Efeknya diperkirakan akan sangat akut di mana ketidakstabilan ekonomi dan kenaikan harga digabungkan dengan penurunan produksi pangan karena guncangan iklim seperti kekeringan atau banjir yang berulang," demikian pernyataan bersama WFP dan FAO.
Laporan WFP dan FAO juga mengutip dampak iklim serius lainnya, yaitu hujan yang berlevel di atas rata-rata dan risiko banjir lokal di Sahel, petak luas Afrika yang membentang di selatan Gurun Sahara.
Imbas Perang Rusia-Ukraina, PBB Minta Miliarder Bantu Atasi Krisis Pangan
epala Program Pangan Dunia PBB (WFP) menyerukan kepada para miliarder di seluruh dunia bahwa saatnya untuk mengambil tindakan ketika ancaman global tentang kerawanan pangan meningkat seiring perang Rusia-Ukraina dan dampak pandemi Covid-19.
Dilansir AlJazeera, Direktur Eksekutif WFP David Beasley mengatakan dia melihat tanda-tanda menggembirakan dari beberapa orang terkaya di dunia, seperti Elon Musk dan Jeff Bezos.
Tahun lalu, Direktur Eksekutif WFP David Beasley telah menyuarakan di media sosial tentang pentingnya peran miliarder dalam menyumbang dana USD 6 miliar untuk mengatasi kelaparan dunia.
Sejak itu, "Musk memasukkan dana USD 6 miliar ke sebuah yayasan. Tetapi semua orang mengira dana itu datang kepada kami, tetapi kami belum mendapatkannya. Jadi saya sudah ada harapan," kata Beasley kepada The Associated Press di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss.
"Saya tidak tahu apa yang akan terjadi," katanya tentang Musk.
"Kami mencoba setiap sudut, Anda tahu: Elon, kami membutuhkan bantuan Anda, saudara," ungkap Beasley.
Beasley pun menegaskan bahwa seruannya tidak hanya untuk dua pakar teknologi terkenal itu, tetapi juga miliarder lainnya.
"Dunia berada dalam masalah yang sangat serius. Ini bukan hanya retorika. Maju sekarang, karena dunia membutuhkan Anda,” katanya.
Advertisement
Perang Rusia Ukraina Bisa Sebabkan Krisis Pangan Global Bertahun-tahun
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan bahwa perang Rusia-Ukraina dapat segera menyebabkan krisis pangan global yang dapat berlangsung selama bertahun-tahun.
Dikutip dari BBC, Jumat (20/5/2022) Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan perang telah memperburuk kerawanan pangan di negara-negara miskin karena kenaikan harga.
Guterres mengatakan bahwa konflik - dikombinasikan dengan efek perubahan iklim dan pandemi - "mengancam puluhan juta orang ke jurang kerawanan pangan diikuti oleh kekurangan gizi, kelaparan massal dan kelaparan".
"Beberapa negara juga dapat menghadapi kelaparan jangka panjang jika ekspor Ukraina tidak dikembalikan ke tingkat sebelum perang," tambah Guterres.
"Ada cukup makanan di dunia kita sekarang jika kita bertindak bersama. Tetapi jika kita tidak menyelesaikan masalah ini hari ini, kita bisa menghadapi kekurangan pangan global dalam beberapa bulan mendatang," ujarnya.
Diketahui bahwa perang Rusia-Ukraina telah memutus pasokan dari pelabuhan Ukraina, yang pernah mengekspor sejumlah besar minyak goreng serta sereal seperti jagung dan gandum.
Masalah ini telah mengurangi pasokan global dan menyebabkan harga alternatif melambung. Harga pangan global pun telah hampir mencapai 30 persen lebih tinggi dari waktu yang sama tahun lalu, menurut PBB.
Guterres memperingatkan bahwa satu-satunya solusi efektif untuk krisis pangan adalah mengintegrasikan kembali produksi pangan di Ukraina, serta pupuk yang diproduksi oleh Rusia dan Belarusia, kembali ke pasar global.