Sukses

Ragam Komentar DPR soal Harga Tiket Naik Candi Borobudur Rp 750 Ribu

Pemerintah akan mengeluarkan pengaturan baru pada harga tiket untuk akses naik ke situs Candi Borobudur, Rp 750 ribu bagi turis lokal dan USD 100 bagi turis mancanegara.

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah akan mengeluarkan pengaturan baru pada harga tiket untuk akses naik ke situs Candi Borobudur, Rp 750 ribu bagi turis lokal dan USD 100 bagi turis mancanegara.

Harga tiket Candi Borobudur tersebut diumumkan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.

Saat ini, wisatawan lokal yang akan berkunjung ke Candi Borobudur dengan tiket masuk reguler ditawarkan seharga 50.000, dan Rp.25.000 bagi anak/pelajar.

Sedangkan harga tiket reguler bagi wisatawan Mancanegara Dewasa/Umum dibanderol USD 25 dan USD 15 bagi Anak/Pelajar mancanegara.

Sejumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI menyampaikan pendapat dan tanggapan mereka atas kebijakan baru yang masih menunggu keputusan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Wakil Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian menyampaikan bahwa dia mendukung tarif terbaru untuk tiket akses naik ke Candi Borobudur.

"Pasalnya, kenaikan tarif ini sangat urgen dilakukan untuk membatasi jumlah wisatawan yang naik ke candi," ujar Hetifah kepada Liputan6.com, dikutip Selasa (7/6/2022).

Hal itu dikarenakan, situs bersejarah yang dibangun sekitar abad ke 8-9 Masehi itu telah melewati berbagai pemugaran akibat bencana alam.

"Struktur Borobudur tidak didesain sebagai tempat wisata untuk jutaan pengunjung setiap tahunnya, sehingga ancaman collapse/batu bergeser jika tidak dijaga dengan baik akan selalu ada," jelas Hetifah.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 5 halaman

Tiket Masuk

Namun, Hetifah juga melihat perlu dilakukannya klarifikasi bahwa ada dua tarif berbeda untuk tiket masuk Candi Borobudur.

"Tarif masuk kompleks Borobudur sebesar 50 ribu dan tarif naik candi sebesar 750 ribu. Jadi masyarakat tetap bisa masuk ke kompleks dengan harga normal dan pedagang pun tidak akan kehilangan pengunjung," pungkasnya.

Sementara itu, Anggota Komisi X DPR RI fraksi Partai Demokrat Bramantyo Suwondo melihat kenaikan harga tiket secara signifikan dikhawatirkan bisa mengurangi antusiasme masyarakat untuk berwisata ke Candi Borobudur.

"Hal ini tentu kontraproduktif dengan upaya untuk mengembalikan geliat ekonomi dan pariwisata dalam negeri," ujar Bramantyo.

Bramantyo menyebut, harga tiket yang mahal juga bisa dianggap sebagai bentuk deskriminasi dan tidak sesuai dengan arah kebijakan pembangunan pariwisata inklusif.

" Terlebih jika dibandingkan dengan UMP Jawa Tengah dan Yogyakarta yang sebesar Rp 1,8 juta, serta UMK Kab.Magelang sebesar Rp 2 juta," jelasnya.

 

3 dari 5 halaman

Beri Penjelasan

Dia menyarankan, Pemerintah perlu memberikan penjelasan yang komprehensif mengenai dasar penetapan harga baru tiket Candi Borobudur tersebut.

"Menurut saya banyak cara yang bisa dilakukan untuk menjaga kelestarian candi tanpa harus menetapkan harga yang sangat tinggi. Misalnya dengan reservasi online bagi yang ingin naik Candi Borobudur," lanjut dia.

Adapun Ketua Komisi VI DPR RI Faisol Rizal, yang mendesak Pemerintah membatalkan rencana penyesuaian baru pada harga tiket Candi Borobudur.

Sebab, menurut Faisol, besaran tarif yang diputuskan pemerintah dan pengelola wisata tersebut dinilai memberatkan wisatawan Candi Borobudur.

"Saya minta agar kenaikan harga ini dibatalkan. Saya rasa memberatkan masyarakat. Saya tidak setuju," kata Faisol kepada Merdeka.com, Senin (6/6).

Lebih lanjut, pihaknya berencana memanggil pihak Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur untuk mencari tahu penyebab atas rencana penyesuaian tiket masuk bagi wisatawan yang hendak menaiki puncak Candi Borobudur.

"Nanti kami akan memanggil TWC terkait ini," tutupnya.

 

4 dari 5 halaman

Komentar Lainnya

Anggota DPR RI Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya Elnino M. Husein Mohi menyebut, tiket Candi Borobudur "Mestinya Digratiskan".

"Mestinya, menurut saya, tempat pariwisata yang dikelola Pemerintah justru harus digratiskan biaya masuknya. Jika semakin banyak orang yang datang ke tempat itu, berarti semakin besar peluang pasar/bisnis yang terbuka. Pemerintah bisa dapat uang dari retribusi dan pajak dari bisnis-bisnis yang berkembang," ujar Nino kepada Liputan6.com, Senin (7/6/2022).

Menurutnya, jika harga tiket yang mahal ditetapkan untuk melindungi warisan dunia tersebut dari kerusakan, maka pengaturan sistem di Candi Borobudur yang searusnya diperbaiki oleh Pemerintah sehingga pengunjung menjadi lebih rapi dan tertib.

"Di Borobudur itu, lebih banyak WNI yang berwisata ketimbang WNA. WNI itu ekonominya sedang recovery pasca pandemi, mereka tidak punya uang yang cukup untuk sekadar bergembira bersama keluarga di tempat yg istimewa. Tidak bisakah pemerintah berempati dengan rakyatnya sendiri dengan menggratiskan biaya masuk ke tempat Wisata?," tandasnya.

Wakil Ketua Komisi X DPR RI Dede Yusuf membeberkan perbandingan harga baru tiket akses naik Candi Borobudur yang akan dipatok Rp.750 ribu, dengan berbagai situs warisan dunia di luar Indonesia, seperti Angkor Wat di Kamboja, Piramid di Mesir, hingga Taj Mahal di India.

"Kalau kita lihat rata-rata harga tiketnya itu hanya berkisar antara USD 20 sampai USD 50. Sementara kalau kita lihat, kenaikan Rp 750 ribu itu artinya sekitar USD 50 sementara untuk wisatawan asing USD 100. Nilai tersebut menjadikan (Candi Borobudur) masuk kategori tiket termahal," beber Dede.

 

5 dari 5 halaman

Isu Utama

Ada hal-hal yang menjadi isu utama dalam suatu destinasi wisata bersejarah, menurut Dede. salah satunya edukasi.

"Jadi jumlah orang yang masuk harus equivalent dengan jumlah orang yang pulang dengan membawa ilmu tentang pelestarian. Kemudian terkait pertimbangan soal pemberdayaan masyarakat, di mana di sekitar Borobudur aja masyarakat yang berjualan, ada hotel, dan bisnis lainnya. Artinya semuanya mendapat manfaat," paparnya, seraya menambahkan "kalau harga (tiketnya) jadi tinggi, apakah ini malah membuat orang-orang jadi tidak berminat datang (ke Candi Borobudur)? Sehingga pedagang-pedagang tidak bisa berjualan, restoran dan hotel di sekitarnya juga bisa jadi sepi".

Jika ingin membatasi jumlah orang yang naik, Dede mengatakan, maka baiknya menjadikan Candi Borobudur sebagai destinasi wisata edukasi historis. Cara? dengan membuat suatu tata aturan tentang apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama mengunjungi candi.

"Sehingga yang naik (ke Candi Borobudur) itu bear-benar orang-orang yang ingin mempelajari sejarah situs tersebut." jelasnya.

Video Terkini