Liputan6.com, Jakarta - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan setiap orang yang punya lahan perlu menanam jagung. Ia juga memastikan penanam akan mendapatkan keuntungan.
Pernyataan ini berdasar pada kenaikan harga jagung di dunia dan di dalam negeri. Sehingga, bisa berpengaruh terhadap kenaikan harga pangan lainnya.
Baca Juga
"Jagung itu 7 tahun lalu kita impor jagung 3,5 juta ton. Data terakhir angkanya di 800 ribu ton, turun drastis tapi masih ada PR (pekerjaan rumah) harus diselesaikan. Siapapun yang milik lahan di negara kita harus tanam jagung," katanya dalam Peringatan HUT ke-50 Tahun HIPMI, Jumat (10/7/2022).
Advertisement
Di samping jagung, ia juga melihat adanya kenaikan dari gandum. Dimana 30-40 persen pasokan dunia di datangkan dari Ukraina dan Rusia yang kini sedang bersitegang.
Harga kedelai yang mengalami kenaikan, diperkirakan akan berimbas ke harga-harga produk turunannya yang kemudian memicu inflasi.
"Kedelai naik, jagung naik, (berimbas) ke pakan ternak, (mengakibarkan harga) telur naik, daging ayam naik, hati-hati mengenai ini," tegasnya.
"Kedelai juga sama (naik) 33 persen, larinya kemana-mana, bisa tahu tempe semuanya naik berimbas ke inflasi," tambahnya.
Kenaikan harga pangan ini, kata Jokowi, merupakan salah satu dari dua kategori yang mengalami kenaikan. Satu hal lainnya adalah energi.
Ia mewanti-wanti setiap pihak untuk mewaspadai kenaikan kedua jenis ini. Pasalnya, dikhawatirkan akan berimbas pada bertambahnya tingkat inflasi.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Jadi Peluang
Berlanjut mengenai pangan dan energi, Jokowi memandang ini bisa menjadi peluang usaha bagi pengusaha muda. Tujuannya guna memastikan ketahanan pangan dan energi di dalam negeri maupun secara global.
"Ini yang perlu saya ingatkan, yang berkaitan pangan itu hati-hati, tapi jadi peluang usaha, utamanya HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) untuk masuk ke bidang ini, pangan dan energi ini jadi peluang," tuturnya.
Ia mengisahkan, sekitar 13 juta orang di seluruh dunia sudah mulai mengalami kelaparan. Kemudian, telah ada beberapa negara yang mulai menyetop ekspor bahan pangan.
"Kalau kita tak bisa mandiri urusan pangan ini bisa menyebabkan bahaya bagi negara kita," katanya.
Advertisement
22 Negara Stop Ekspor
Selanjutnya, ia mengungkap, dari 3 negara yang setop melakukan ekspor pangan, kini sudah ada 22 negara yang ikut menyetopnya. Ia memandang, kemandirian pangan ini perlu segera tercipta.
"Saya ajak HIPMI untuk masuk bidang ini, tanam yang tadi namanya jagung, jagung it pasti untung, karena harganya jagung baik," ajaknya.
"Tanam yang lain bahan pangan, sorgum yang tak pernah kita tanam, tanam sorgum, terutama di NTT kita sudah mencoba kemarim 40 hektar tumbuh baik di NTT. Porang, ini adalah pangan masa depan porang. Karena gluten free, bisa ditanam dimanapun dan fanaman lain yang kita miliki sagu singkong dan lain-lain," papar Jokowi.
Dua Tantangan Ekonomi
Pada kesempatan itu Jokowi mengungkap ada dua tantangan utama di sektor ekonomi. Ini masih imbas dari ketidakpastian global.
Keduanya, yakni bidang energi dan bidang pangan. Ia menilai kenaikan harga kedua komoditas itu bisa berpengaruh terhadap inflasi di tanah air.
"Hati-hati dengan ini, yang itu semuanya akan memunculkan yang namanya kenaikan inflasi tadi," katanya.
Ia membeberkan sejumlah komoditas energi dan pangan yang mengalami kenaikan. Diantaranya, gas alam naik 153 persen, batu bara naik 133 persen. Minyak mentah naik 58 persen dan Crude Palm Oil (CPO) naik 27 persen.
"Tapi hati-hati, diluar kenaikan itu yang perlu kita waspadai adalah urusan gandum, jagung, jedelai, yang naik kurang lebih 30an persen imbasnya kemana-mana," katanya.
Advertisement