Liputan6.com, Jakarta - Harga cabai rawit merah terus melambung dalam beberapa pekan terakhir. Bahkan di beberapa daerah harga cabai rawit merah bisa tembus di atas Rp 100 per kilogram (Kg).
Kepala NFA Arief Prasetyo Adi menurutkan, harga cabai rawit merah di tingkat pengecer berkisar Rp 95.000-100.000 per kilogram. Sementara harga rata-rata di pasaran bertengger di Rp 78.250 per kilogram.
Baca Juga
Arief menjelaskan, penyebab harga cabai naik karena pasokan turun dampak sumber panen di daerah berkurang.
Advertisement
“Saat ini pasokan cabai rawit merah turun sekitar 20 - 30 persen karena sumber panen di daerah sentra produksi mulai berkurang. Adapun sumber cabai rawit merah yang harganya paling murah saat ini ada di Sulawesi Selatan dengan harga di tingkat petani kisaran Rp 50.000 - 55.000 per Kg," katanya mengutip keterangan resmi, Senin (13/6/2022).
"Oleh karenanya Badan Pangan akan fasilitasi distribusi logistik untuk suplai pasokan cabai dari petani atau Gapoktan asal Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan ke pasar induk di Jakarta dan sekitarnya, antara lain Pasar Induk Kramat Jati, Pasar Induk Tanah Tinggi, Pasar Induk Cibitung,” tambah dia.
Beberapa komoditas pangan lainnya yang mengalami kenaikan adalah cabai merah keriting dengan rata - rata nasional Rp 61.217 kilogram, cabai rawit merah Rp 78.250 per kilogram, dan bawang merah Rp 45.122 per kilogram.
“Kami targetkan sekitar 100 ton Cabai atau 5 - 10 ton per hari akan dikirim ke Jakarta, estimasi pengiriman pekan depan sudah bisa kita lakukan," kata dia.
Sehingga, harapannya, harga cabai rawit merah ditingkat konsumen atau eceran bisa diintervensi menjadi kisaran Rp 60.000 - 65.000 per kilogram. Angka ini jauh dibawah harga rata-rata Jakarta saat ini yang mencapai Rp 100.000 - 120.000 per kg.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bawang Merah
Selain cabai, menurutnya NFA juga akan memfasilitasi distribusi bawang merah dari petani di beberpa daerah sentra produksi. Yakni Kabupaten Bima dan Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
Di daerah tersebut bawang dibeli dengan harga beli di tingkat petani kisaran mulai Rp 30.000-36.000 per kilogram dan dikirim ke Pasar - pasar Induk di Jabodetabek.
“Bawang merah akan dilakukan suplai pasokan ke Jabodetabek sekitar 500 ton atau 40 ton per hari,” katanya.
Jadi, kata Arief, bawang merah diharapkan akan stabil di eceran Jakarta kisaran Rp 40.000 - 45.000 per kilogram, yang sebelumnya di kisaran Rp 55.000 per kilogram.
Advertisement
Sinergi
Fasilitasi distribusi sebagai upaya stabilisasi harga komoditas cabai dan bawang ini dilaksanakan bersinergi dengan Kementerian Pertanian, Dinas Pertanian dan Dinas Pangan Provinsi dan Kabupaten, serta para pelaku usaha seperti Gapoktan.
Kemudian Asosiasi Bawang Merah Indonesia, Asosiasi Petani Cabai Indobesia, Pedagang Pasar Induk Kramatjati, serta Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) dan Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI).
"Kolaborasi BUMN Pangan ID FOOD dan BULOG juga akan turut serta membantu distribusi ketersediaan pasokan sebagai upaya stabilisasi harga pangan," terangnya.
Selain itu, fasilitasi distribusi pangan juga terus dilakukan Badan Pangan Nasional (NFA) bersama stakeholder terkait. Salah satunya kolaborasi dengan BUMN Holding Pangan ID FOOD group dan private sector untuk beberapa komoditas pangan lainnya salah satunya fasilitasi distribusi komoditas jagung.
"Hingga 12 Juni 2022 ini telah terdistribusi sebanyak 877 Ton kepada Peternak kecil dan mandiri di Kendal Jawa Tengah dan Blitar Jawa Timur," tukasnya.
Peran Badan Pangan Nasional
Sebelumnya, guna mengatasi masalah harga cabai yang diikuti oleh berbagai bahan pokok lainnya, Koordinator Komite Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) Said Abdullah menaruh harap ke Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA). Caranya bisa dengan menugaskan Bulog guna melakukan stabilisasi.
"Setidaknya menjaga kelancaran distribusi dan ketersediaan cabai di pasar yang merata di berbagai wilayah," ujarnya.
Sementara, untuk menekan harga Bulog bisa jadi melakukan operasi pasar. Langkah ini disebut bisa menjadi solusi jangka pendek yang dilakukan.
Kendati begitu, untuk jangka panjang ia menilai diperlukan penguatan budidaya yang merata sepanjang tahun dan tahan perubahan iklim.
"Untuk itu pemerintah perlu mengembangkan kan teknologi yang bisa digunakan petani dan memberikan dukungan yang memadai mulai dari pembiayaan, pengelolaan hama penyakit, akses input dan lainnya," tukasnya.
Advertisement