Liputan6.com, Jakarta Harga minyak naik pada hari Senin dalam sesi perdagangan yang bergejolak karena pasokan global yang ketat melebihi kekhawatiran bahwa permintaan akan tertekan oleh meningkatnya kasus COVID-19 di Beijing dan lebih banyak kenaikan suku bunga.
Dikutip dari CNBC, Selasa (14/6/2022), harga minyak mentah Brent naik 26 sen menjadi menetap di USD 122,27 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 26 sen menjadi menetap di USD 120,93 per barel. Perdagangan bergejolak, dengan harga turun sekitar USD 3 per barel sebelumnya.
Baca Juga
Pasokan minyak terbatas, dengan OPEC dan sekutunya tidak dapat sepenuhnya memenuhi peningkatan produksi yang dijanjikan karena kurangnya kapasitas di banyak produsen, sanksi terhadap Rusia dan kerusuhan di Libya yang telah memangkas produksi.
Advertisement
Minyak telah melonjak pada 2022 karena invasi Rusia ke Ukraina pada Februari menambah kekhawatiran pasokan dan karena permintaan pulih dari penguncian terkait pandemi COVID-19. Pada bulan Maret, Brent mencapai USD 139, tertinggi sejak 2008. Pekan lalu, kedua benchmark minyak naik lebih dari 1 persen.
“Kami berjuang dengan hilangnya (minyak) Rusia, jadi sekarang tambahkan tanda seru dengan situasi Libya,” kata Robert Yawger, direktur eksekutif energi berjangka di Mizuho.
Pada hari Sabtu, harga rata-rata bensin AS melebihi USD 5 per galon untuk pertama kalinya, data AAA menunjukkan.
Menimbulkan kekhawatiran permintaan, distrik terpadat di Beijing, Chaoyang, mengumumkan tiga putaran pengujian massal untuk memadamkan wabah COVID-19 yang "ganas".
“Kami tidak tahu apa yang akan terjadi dengan China. Suasananya suram sekarang,” kata Phil Flynn, analis di Price Futures.
Kekhawatiran Kenaikan Suku Bunga AS
Kekhawatiran tentang kenaikan suku bunga lebih lanjut, diperkuat oleh data inflasi AS hari Jumat yang menunjukkan indeks harga konsumen naik 8,6 persen bulan lalu, juga menekan harga minyak lebih rendah.
Pasar keuangan lainnya juga jatuh, karena investor khawatir bahwa Federal Reserve dapat memperketat kebijakan terlalu agresif dan menyebabkan perlambatan ekonomi yang tajam. S&P 500 berada di jalur untuk mengkonfirmasi pasar beruang. Keputusan kebijakan Fed berikutnya adalah pada hari Rabu.
Di Eropa, Francesco Giavazzi, penasihat ekonomi terdekat Perdana Menteri Italia Mario Draghi, mengatakan pada hari Senin bahwa kenaikan suku bunga Bank Sentral Eropa bukanlah cara yang tepat untuk menahan lonjakan kenaikan harga.
Advertisement