Sukses

Ekspor RI Anjlok di Mei 2022 Gara-Gara Kebijakan CPO

BPS mencatat ekspor Indonesia Mei 2022 sebesar USD 21,51 miliar atau turun hingga 21,29 persen dibandingkan bulan sebelumnya April 2022.

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor Indonesia Mei 2022 sebesar  USD 21,51 miliar atau turun hingga 21,29 persen dibandingkan bulan sebelumnya April 2022.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto, menjelaskan, penurunan tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal. Diantaranya larangan ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan turunannya pada 28 April 2022 lalu. Kemudian kebijakan tersebut dicabut pada 23 Mei 2022.

Pencabutan tersebut dilakukan setelah Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengeluarkan Peraturan Menteri Perdagangan terbaru Nomor 30 Tahun 2022 tentang Ketentuan Ekspor Crude Palm Oil, Refined, Bleached And Deodorized Palm Oil, Refined, Bleached And Deodorized Palm Olein, Dan Used Cooking Oil.

"Kedua, kalau dilihat kinerja ekspor ada hal lain dipengaruhi oleh berkurangnya hari kerja produksi karena adanya hari libur idul fitri di bulan Mei ini," jelas Setianto dalam konferensi pers Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia Mei 2022, Rabu (15/6/2022).

Kendati begitu, dalam catatan BPS, jika dibandingkan dengan periode yang sama pada  2021, perolehan ekspor masih mengalami peningkatan 27 persen. Kendati begitu, pertumbuhannya masih mengalami perlambatan.

Terdapat tiga sektor yang mengalami penurunan ekspor di Mei 2022, di antaranya pertanian, pengolahan dan pertambangan. Adapun sektor yang mengalami penurunan secara bulanan atau month to month yaitu industri pengolahan yang mengalami penurunan ekspor hingga 25,93 persen.

"Komoditas yang mengalami penurunan minyak kelapa sawit, pakaian jadi atau konveksi.Minyak kelapa sawit karena kita ada larangan ekspor sehingga mengalami penurunan," ujarnya.

Sedangkan, sektor pertanian yang mengalami penurunan adalah komoditas sarang burung dan tanaman obat. Lalu, sektor pertambangan turun 12,92 persen yang ditopang  penurunan komoditas biji tembaga dan lignit.

2 dari 3 halaman

Neraca Perdagangan Indonesia di Mei 2022 Surplus USD 2,90 Miliar

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) pada Mei 2022 masih mengalami surplus. Per Mei 2022, Neraca Perdagangan Indonesia mencetak surplus sebesar USD 2,90 miliar. NPI di Mei 2022 tersebut terbilang lebih rendah dibanding NPI April 2022 USD 7,56 miliar.

“Neraca perdagangan Indonesia barang kita masih mencatatkan surplus yaitu USD 2,90 miliar. Namun demikian kondisi ini masih menurun kalau kita bandingkan dengan bulan sebelumnya atau April 2022 yang surplus sebesar USD 7,56 miliar,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Setianto dalam Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia Mei 2022, Rabu (15/6/2022).

Setianto menjelaskan, surplus NPI diperoleh lantaran ditopang nilai ekspor Mei 2022 mencapai USD 21,51 miliar, meskipun turun 21,29 persen dibanding ekspor April 2022.

Lalu, juga didukung oleh nilai impor Indonesia Mei 2022 mencapai USD 18,61 miliar, turun 5,81 persen dibandingkan April 2022 atau naik 30,74 persen dibandingkan Mei 2021.

“Jadi neraca perdagangan kita membukukkan surplus selama 25 bulan berturu-turut, kalau kita bandingkan dengan 25 bulans ebelumnya sejak Mei 2020 kita sellau membukukukan surplus,” ujarnya.

 

3 dari 3 halaman

Sektor Nonmigas

Surplus NPI bulan Mei 2022 terbesar disumbang sektor nonmigas. Antara lain dari lemak dan minyak hewan atau nabati, kemudian disusul besi dan baja, dan bahan bakar mineral.

“Namun demikian meskipun kinerja ekpor positif di Mei 2022 ini USD 4,38 juta. Namun neraca perdagangan migas kita mencatatkan defisit yaitu USD 1.857,9 juta,” ujarnya.

Adapun negara penyumbang surplus terbesar yakni Amerika Serikat (AS), India dan Filipina. NPI Indonesia dengan AS mengalami surplus sebesar USD 1,26 miliar. Komoditas penyumbang utamanya dari mesin perlengkapan elektrik dan bagainnya, dan pakaian, aksesorisnya, atau rajutan

Surplus Indonesia dengan India tercatat sebesar USD 1,5 miliar. Adapun komoditas penyumbangnya yakni bahan bakar mineral, dan berbagai produk kimia.

Sementara surplus Indonesia dengan Filipina sebesar USD 883,6 juta. Penyumbangnya, bahan bakar mineral serta kendaraan dan bagiannya.