Liputan6.com, Labuan Bajo - PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) berencana menyediakan empat fasilitas pengawagaraman atau desalinasi di Nusa Tenggara Timur (NTT). Untuk empat fasilitas tersbeut, Bank Mandiri menganggarkan belanja sekitar Rp 2 miliar.
"Proyeknya ada empat, investasinya sekitar Rp 2 miliar," ungkap Kepala Cabang Bank Mandiri Labuan Bajo, I Made Runarta, Kamis (16/6/2022).
Empat fasilitas itu akan tersebar di empat daerah di NTT. Pertama yakni di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Labuan Bajo. Fasilitas id tempat ini merupakan yang paling besar dan terhitung sudah rampung. Namun Made mengatakan, peresmian akan dilakukan bersamaan dengan tiga fasilitas lainnya.
Advertisement
Adapun tiga fasilitas lainnya terletak di Macang Tanggar, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT. Lalu di Warloka, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, dan di Warloka Pesisir. Keempat fasilitas ditargetkan selesai dan diresmikan dalam dua bulan mendatang.
"Jadi yang sedang berjalan, yang di tiga titik lainnya sudah 60 persen. Dalam 1 sampai 2 bulan ini semuanya bisa rampung,” imbuh Made.
Nantinya, fasilitas ini akan dioperasikan dengan cara cashless menggunakan uang elektronik (e-money) dari Bank Mandiri. Adapun untuk harga belum ditentukan karena masih memantau kondisi pasar daerah sekitar. Volume air yang bisa diperoleh dalam satu kali tapping adalah 10 liter.
"Sekali taping untuk 10 liter atau setara satu galon. Harga masih diperhitungkan karena kita melihat pasar di sini seperti apa. Jangan sampai fasilitas yang diberikan lebih mahal,” imbuh Made.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Restrukturisasi Kredit Bank Mandiri Tinggal Rp 64 Triliun
Sebelumnya, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mencatat tren restrukturisasi debitur terdampak COVID-19 yang kian melandai. Hingga akhir April 2022, posisi restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 Bank Mandiri menjadi Rp 64 triliun.
Secara keseluruhan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat hingga April 2022, nilai restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 telah menuju ke Rp 606,39 triliun. Posisi ini sudah jauh lebih rendah, dari level tertingginya di akhir tahun 2020 yang menyentuh Rp 1.000 triliun.
Hal ini menandakan, tingkat kemampuan membayar debitur terus membaik yang diikuti dengan peran perbankan yang mendorong perbaikan kualitas kredit.
"Restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 Bank Mandiri telah mencapai puncaknya di sekitar kuartal II 2021 dan terus menunjukkan tren penurunan secara bertahap sampai dengan April 2022," kata Direktur Hubungan Kelembagaan Bank Mandiri Rohan Hafas dalam keterangan tertulis, Rabu (15/6/2022).
Artinya, bila dibandingkan dengan posisi tertinggi pada Juni 2021, posisi restrukturisasi Covid-19 di Bank Mandiri telah menurun sebesar Rp 32,48 triliun. Penurunan ini berasal dari kemampuan membayar debitur yang telah menunjukkan perbaikan.
Tren penurunan restrukturisasi Covid-19 juga tercermin dalam total rasio Loan At Risk (LAR) termasuk debitur terdampak Covid-19 Bank Mandiri yang mencapai level 16,4 persen pada April 2022. Posisi tersebut telah menurun dibandingkan periode akhir tahun 2021 yang menyentuh 17,75 persen.
"Untuk menjaga kualitas kredit, Bank Mandiri secara intens melakukan monitoring termasuk melakukan Stress test secara berkala serta menerapkan early warning sign untuk memastikan posisi pencadangan berada di level optimal," imbuh Rohan.
Pada saat bersamaan, Bank Mandiri mencatat pertumbuhan kredit di akhir April 2022 yang berhasil tumbuh sebesar 12,2 persen secara yoy, jauh di atas rata-rata industri.
Advertisement
Kredit UMKM Bank Mandiri Sentuh Rp 109,04 Triliun hingga April 2022
PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mencatat tren restrukturisasi debitur terdampak COVID-19 yang kian melandai. Hingga akhir April 2022, posisi restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 Bank Mandiri menjadi Rp 64 triliun.
Secara keseluruhan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat hingga April 2022, nilai restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 telah menuju ke Rp 606,39 triliun. Posisi ini sudah jauh lebih rendah, dari level tertingginya di akhir tahun 2020 yang menyentuh Rp 1.000 triliun.
Hal ini menandakan, tingkat kemampuan membayar debitur terus membaik yang diikuti dengan peran perbankan yang mendorong perbaikan kualitas kredit.
"Restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 Bank Mandiri telah mencapai puncaknya di sekitar kuartal II 2021 dan terus menunjukkan tren penurunan secara bertahap sampai dengan April 2022," kata Direktur Hubungan Kelembagaan Bank Mandiri Rohan Hafas dalam keterangan tertulis, Rabu (15/6/2022).
Artinya, bila dibandingkan dengan posisi tertinggi pada Juni 2021, posisi restrukturisasi Covid-19 di Bank Mandiri telah menurun sebesar Rp 32,48 triliun. Penurunan ini berasal dari kemampuan membayar debitur yang telah menunjukkan perbaikan.
Tren penurunan restrukturisasi Covid-19 juga tercermin dalam total rasio Loan At Risk (LAR) termasuk debitur terdampak Covid-19 Bank Mandiri yang mencapai level 16,4 persen pada April 2022. Posisi tersebut telah menurun dibandingkan periode akhir tahun 2021 yang menyentuh 17,75 persen.
"Untuk menjaga kualitas kredit, Bank Mandiri secara intens melakukan monitoring termasuk melakukan Stress test secara berkala serta menerapkan early warning sign untuk memastikan posisi pencadangan berada di level optimal," imbuh Rohan.
Pada saat bersamaan, Bank Mandiri mencatat pertumbuhan kredit di akhir April 2022 yang berhasil tumbuh sebesar 12,2 persen secara yoy, jauh di atas rata-rata industri.
Naik Kelas
Tidak hanya dari penyaluran kredit, komitmen Bank Mandiri dalam mendukung sektor UMKM juga diwujudkan lewat pengembangan Rumah BUMN sebagai wadah pelatihan dan pembinaan yang menjadi bagian program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJSL) Bank Mandiri.
Josephus menjelaskan, Rumah BUMN merupakan wujud pengayaan dari program Rumah Kreatif BUMN yang bertujuan meningkatkan kapasitas dan kapabilitas UMKM.
"Langkah ini merupakan bagian dari inisiatif Bank Mandiri sebagai perusahaan BUMN untuk meningkatkan kelas bagi UMKM di Indonesia melalui empat tahapan yaitu Go Modern, Go Digital, Go Online dan Go Global," terangnya.
Sejak dijalankan pada 2017 lalu, Bank Mandiri telah mendirikan 22 Rumah BUMN (RB) yang tersebar di seluruh Indonesia. Dari jumlah itu, total UMKM yang tergabung dalam RB Bank Mandiri mencapai 13.687 UMKM.
"Bank Mandiri secara aktif memberikan pelatihan serta pembinaan bagi pelaku UMKM. Salah satunya dengan memanfaatkan ekosistem digital seperti e-commerce dan sosial media untuk memperluas akses pasar serta daya saing UMKM lokal," pungkas Josephus.
Advertisement