Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat mengungkapkan tantangan ekonomi dunia yang sangat besar. Dia mengutip ramalan Bank Dunia dan IMF dikatakan jika ada 60 negara diprediksi mengalami penurunan ekonomi secara tajam.
Hal itu Jokowi sampaikan dalam pembukaan Rakornaswasin BPKP, pada Selasa kemarin (14/6/2022). "IMF menyampaikan bahwa akan ada kurang lebih 60 negara yang akan ambruk ekonominya, yang 40 diperkirakan pasti," kata Jokowi, dikutip Jumat (17/6/2022).
Ia menyampaikan, dunia saat ini tengah mengalami ketidakpastian utamanya di sektor pangan dan energi. Sehingga, akan berdampak pada kondisi ekonomi di dalam negeri.
Advertisement
Hal itu terlihat dengan sejumlah komoditas pangan yang mengalami kenaikan. Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di sektor energi pun mengalami peningkatan yang sangat besar dibanding prediksi.
"Inilah ketidakpastian yang saya sampaikan dan kita semua harus punya kepekaan, harus punya sense of crisis semuanya. Kerja sekarang ini tak bisa hanya makronya, tidak, bisa mikronya, detailnya harus tahu," jelas Jokowi.
Pada Rabu (15/6), AS sudah menaikkan suku bunga paling agresif dalam hampir 30 tahun, dengan bank sentralnya yakni Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga hingga 0,75 poin persentase.
Menyusul pernyataan Jokowi, Bisnis Liputan6.com mengamati laporan terbaru Bank Dunia tentang ramalan pertumbuhan ekonomi global.
Memang terdapat sejumlah negara yang tercatat diprediksi akan mengalami penurunan atau kontraksi ekonomi. Dalam laporan Global Economic Prospects per Juni 2022, Bank Dunia mencatat ada beberapa negara di kawasan Eropa dan Asia Tengah yang diramal akan mengalami kontraksi.
Negara-negara itu salah satunya adalah Rusia yang tahun ini diperkirakan -8,9 persen, Ukraina -45,1 persen, Moldova -0,4 persen, hingga Kirgistan -2 persen.
Ekonomi Rusia Diramal Masih Bakal Turun Hingga 2023
Penurunan di Rusia juga diramal masih akan terjadi hingga 2023 mendatang sebesar -2 persen, dan tumbuh hanya 2,2 persen di tahun selanjutnya. Sementara Ukraina, 2,1 persen di 2023, namun membaik di 2024 menjadi 5,8 persen.
Advertisement
Timur Tengah dan Afrika Utara
Kemudian di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara, Bank Dunia memprediksi Lebanon akan mengalami kontraksi terbesar, hingga - 6,5 persen.
Adapun Suriah yang diprediksi bakal kontraksi -2,6 persen.
Nasib buruk juga diperkirakan akan dihadapi Maroko dan Yaman.
Penurunan Ekonomi Asia Selatan
Selanjutnya, di Asia Selatan, ada Sri Lanka yang diperkirakan kontraksi 7,8 persen.Adapun Maladewa dan Pakistan yang diprediksi akan melihat perlambatan ekonomi.
Berbeda jauh dari ketiga negara tersebut, India diramal akan tumbuh 7,5 persen tahun ini dan 7,1 persen di tahun berikutnya.Â
Meski tidak berbeda jauh, Bangladesh juga diprediksi berkembang 6,7 persen tahun ini meski menurun 0,2 persen dibandingkan ramalan sebelumnya pada Januari 2022.Â
Advertisement
Latin Amerika dan Karibia
Penurunan ekonomi secara tajam juga diproyeksikan Bank Dunia akan terjadi di negara Amerika Latin.Â
Meksiko diproyeksi hanya akan tumbuh 1,7 persen tahun ini dan 1,9 persen di tahun sebelumnya. Angka serupa tercatat pada Chili.Â
Argentina, yang sempat diramal hingga 10,3 persen tahun lalu, tercatat hanya akan tumbuh 4,5 persen tahun ini dan menurun hingga 2,5 persen di tahun berikutnya.Â
Adapun Brazil, yang akan melihat pertumbuhan hanya 1,5 persen di 2022, dan Paraguay hanya 0,7 persen.Â
Asia Timur dan Pasifik
Berlanjut di kawasan Asia Timur, di mana ekonomi China yang terdampak pembatasan Covid-19 diprediksi tidak akan mencapai target negara itu tahun ini, sebesarv 5,5 persen.Â
Ekonomi China diprediksi hanya akan tumbuh 4,3 persen tahun ini dan 5,2 persen pada 2023 mendatang, kemudian 5,1 persen tahun 2024.
Nasib buruk juga akan dihadapi Myanmar, di mana pertumbunan ekonominya diprediksi melambat tahun ini - hanya 0,9 persen.
Di kawasan Pasifik, kontraksi diproyeksikan akan terjadi di Samoa, Pulau Solomon, hingga Tonga (meski tidak dengan angka yang besar).
Advertisement