Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Jumat pagi masih bergerak melemah. Pelwmahan nilai tukar rupiah ini usah berbagai bank sentral dunia mengikuti jejak Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Fed menaikkan suku bunga acuan.
Pada Jumat (17/6/2022), rupiah pagi ini bergerak melemah 56 poin atau 0,37 persen ke posisi 14.824 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.768 per dolar AS.
Baca Juga
"Setelah Fed, kemarin Bank Sentral Inggris (BoE) dan Bank Sentral Swiss (SNB) juga menaikkan suku bunga acuannya. Kemungkinan bank-bank sentral dunia lainnya akan mengikuti," ujar pengamat pasar uang Ariston Tjendra dikutip dari Antara.
Advertisement
Ariston mengungkapkan sebagian pelaku pasar menganggap bahwa kenaikan suku bunga acuan untuk memerangi inflasi ini akan menekan laju pertumbuhan ekonomi dan berpotensi menuju resesi.
SNB mengejutkan investor dengan menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam 15 tahun sebesar 50 basis poin (bps).
BoE juga menaikkan suku bunga untuk kelima kalinya sejak Desember sebesar 25 (bps), sehari setelah Bank Sentral Eropa (ECB) menjanjikan dukungan untuk meredam penurunan pasar obligasi yang dipicu oleh ekspektasi hawkish.
Dengan demikian, kurs Garuda diperkirakan masih akan melemah terhadap dolar AS dengan berkembangnya sentimen resesi tersebut.
"Sentimen tersebut menjadi negatif untuk aset berisiko termasuk rupiah," jelasnya.
Ia pun memproyeksikan hari ini rupiah akan bergerak melemah ke level 14.780 per dolar AS hingga 14.800 per dolar AS dengan dukungan di level 14.720 per dolar AS.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Gubernur BI: Rupiah Melemah 1,2 Persen di Mei 2022 Dampak Ketidakpastian Global
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan nilai tukar rupiah terDepresiasi atau melemah 1,2 persen terhadap dolar Amerika Serikat (AS) untuk periode awal akhir April 2022 hingga saat ini. Perry mengungkap pelemahan nilai tukar rupiah itu disebabkan oleh aliran modal asing keluar.
Keluarnya aliran modal asing itu akibat dari ketidakpastiannya pasar keuangan global. Ia juga mengungkap terdepresiasinya nilai tukar rupiah ini sejalan dengan mata uang regional lainnya.
“Nilai tukar rupiah terdepresiasi sejalan dengan mata uang regional lainnya dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global. Nilai tukar rupiah pada 23 mei 2022 terdepresiasi 1,2 persen dibanding dengan akhir April 2022,” katanya dalam pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur BI, Selasa (24/5/2022).
Depresiasi tersebut disebabkan oleh aliran modal asing keluar seiring dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global di tengah terjaganya pasokan valas domestik. Khususnya,kata dia, dari korporasi dan persepsi positif terhadap prospek perekonomian indoneisa.
“Dengan perkembangan ini, nilai tukar rupiah sampai 23 Mei 2022 terdepresiasi sekitar 2,87 persen year-to-date dibandingkan dengan tingkat akhir 2021,” kata dia.
Kendati demikian, Perry Warjiyo menyebut tingkat depresiasi ini relatif lebih kecil dibandingkan dengan yang terjadi di beberapa negara tetangga. Contohnya, India yang mengalami depresiasi sebesar 4,11 persen, Malaysia 5,1 persen, dan Korea Selatan 5,97 persen.
Advertisement
Tetap Terjaga
Lebih lanjut, Perry memprediksi kedepannya stabilitas nilai tukar rupiah akan tetap terjaga. Ini didukung oleh kondisi fundamental ekonomi indonesia yang tetap terjaga.
“Tercermin dari rendahnya defisit transaksi berjalan, memadainya pasokan valas dari korporasi yang terus berlanjut serta komitmen dari Bank Indonesia,” ujarnya.
“Dalam hal ini Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan bekerjanya mekanisme pasar dan fundamental ekonomi Indoneisa,” terangnya.