Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto atau Menko Airlangga mengatakan 30 persen yang telah mengikuti program Kartu Prakerja kini sudah tidak menganggur alias telah bekerja maupun berwirausaha.
Hal itu disampaikan dalam acara Temu Raya Alumni Program Kartu Prakerja bersama Presiden RI Joko Widodo, yang dilaksanakan Hybrid, di Sentul International Convention Centre, Bogor, Jumat (17/6/2022).
Selama dua tahun pelaksanaannya, Program Kartu Prakerja saat ini telah mencapai gelombang ke-32 dan memiliki lebih dari 12,8 juta penerima manfaat yang tersebar di 514 kabupaten/kota se-Indonesia, dan 95 persen telah menerima insentif.
Advertisement
“Dari yang mengikuti prakerja, 30 persen yang sebelumnya menganggur kini telah bekerja atau berwirausaha, dan 90 persen itu peningkatan kompetensi produktivitas dan meningkatkan daya saing,” ujar Menko Airlangga.
Kemudian, 66 persen menggunakan sertifikasi prakerja untuk mendapatkan pekerjaan, 27 persen dari penerima belum pernah punya rekening Bapak Presiden tetapi 27 persen Itu memilih menggunakan e-wallet, sehingga ini menjadi bagian dari program inklusi keuangan.
“Dari bantuan dana yang diberikan Rp600.000 untuk 4 bulan, 92 persen untuk membeli pangan dan 70 persen untuk modal usaha,” kata Airlangga.
Menko Airlangga, menyebut program kartu prakerja adalah salah satu program Government to People (G to P) yang paling masif ada dibandingkan di negara lain.
Akan Ditiru Negara Lain
Airlangga juga melaporkan kepada Presiden, dalam pertemuan UNESCO di Marrakesh, program kartu prakerja dipilih sebagai program yang digunakan untuk menghadapi tantangan the future of work yang terkait dengan transformasi digital, green ekonomi yang membutuhkan tenaga adult lifelong learning.
“Dari hampir seluruh negara yang memaparkan yang paling siap dan sudah operasional Insyaallah dari Indonesia melalui kartu prakerja,” ujarnya.
Tentunya keberhasilan program kartu prakerja tak terlepas dari penggabungan supply dan demand, sehingga seluruhnya dibentuk dalam ekosistem yang terus bergerak secara dinamis menggunakan database dan AI.
“Juga berterima kasih kepada Mitra dari Bank BNI 46 Pak Presiden. Seluruhnya ini ekosistem yang bergabung dengan BNI 46. Kartu pra kerja didukung oleh 171 lembaga pelatihan, 6 platform digital, 6 mitra pembayaran, 3 portal kerja dan 8 perguruan tinggi sebagai penilai dan pemantau,” pungkasnya.
Advertisement
Alumni Kartu Prakerja Ingin Program Tak Berhenti di 2024
Para alumni Program Kartu Prakerja meminta kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar program peningkatan keahlian bagi calon pekerja dan pekerja ini tidak berhenti jika pandemi Covid-19 sudah berakhir. Bahkan mereka meminta agar program Kartu Prakerja terus berlanjut meskipun Jokowi sudah tidak lagi menjabat sebagai presiden.
Untuk diketahui, sebanyak 8.000 peserta program Kartu Prakerja berkumpul di Sentul International Convention Center (SCIC), Bogor Jawa Barat, Jumat (17/6/2022) siang. Reuni ini dihadiri Presiden Joko Widodo dan para menteri kabinet kerja seperti Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziah dan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko.
Peserta Kartu Prakerja asal Ende, Flores bernama Dea yang ikut dalam acara di Sentul ini berharap agar program Kartu Prakerja dilanjutkan meskipun masa jabatan Jokowi berakhir dalam 2 tahun lagi. Untuk diketahui, masa jabatan Presiden Jokowi akan berakhir pada 2024.
"Usulnya jangan sampai di sini (programnya). Kalau Pak Presiden tidak jadi presiden kita lagi tapi programnya masih ada," ungkap Dea di Sentul, Bogor, Jumat (17/6/2022).
Usul yang sama juga diungkapkan Sandi, salah satu peserta program Kartu Prakerja asal Bogor. Sebab programnya ini dirasa memberikan manfaatnya.
"Progamnya dilanjutkan Pak, bukan masalah siapa presidennya manfaat programnya," kata Sandi.
Selain itu, Sandi juga meminta agar para alumni program Kartu Prakerja juga mendapatkan pendampingan. Alasannya, banyak yang sudah mengikuti program pelatihan untuk menjadi wirausaha namun kesulitan dalam memasarkan produk.
"Masalah pemasaran Pak, kita sudah dilatih tapi susah buat jualannya," kata dia.
Pengalaman
Saat menjalani pelatihan Sandi mengaku mengambil kelas bercocok tanam dengan media hidroponik. Setelah mengikuti pelatihan dia pun mempraktekkannya di rumah.
Sayangnya hasil panen tersebut tidak laku dijual karena dia tidak memiliki keahlian dalam hal pemasaran. Akibatnya panen kangkung tersebut dibagikan kepada tetangga sekitar.
"Waktu itu saya panen 20 kilogram, dijual satu ikat 30 ribu tidak ada yang beli, padahal saya sudah bilang ini kangkung hidroponik tapi warga gak mau beli karena mahal. Di pasar satu ikat cuma Rp 5.000," kata dia.
Sandi juga mengusulkan agar program pelatihan juga dilakukan secara tatap muka. Mengingat situasi pandemi sudah terkendali dan menuju masa transisi ke endemi.
"Kalau bisa nanti bentuknya bukan hanya online tapi offline juga dan kita juga dapat pendampingan," kata dia mengakhiri.
Advertisement