Sun Art Retail Group Ltd, operator hypermarket terbesar Cina menjajaki ekspansi ke Indonesia, Malaysia dan Vietnam. Sun Art mencari pasar ke luar negeri di kawasan Asia karena melihat pertumbuhan ekonomi yang kuat.
"Kami saat ini sedang memikirkan ekspansi ke Indonesia, Malaysia dan Vietnam," ujar Ketua konglomerat Taiwan Ruentex Samuel Yin, pemegang saham utama Sun Art seperti dilansir Reuters, Selasa (29/1/2013).
Sun Art, merupakan perusahaan patungan antara Ruentex Group dan perusahaan swasta Perancis Groupe Auchan SA, mampu menyalip pesaingnya di China seperti Wal-Mart Stores Inc pada 2010, menurut data perusahaan riset Euromonitor.
Perusahaan ritel ini menyalip Wal-Mart Stores Inc sebagai operator hypermarket terbesar di China. Hal tersebut didukung ekonomi lokal dan mengandalkan loyalitas konsumen terhadap merek China, menurut seorang pemegang saham utama.
Sementara perusahaan ritel asing lain di China tidak memiliki kecerdasan politik yang sama. Sun Art memiliki pandangan sebagai sebuah perusahaan China dengan pengetahuan tentang pasar lokal.
"Kami seperti lengan pemerintah daerah. Kami mengetahui apa keuntungan dari pelanggan China, sehingga semua pemerintah daerah sangat mendukung kita. Kami membantu mereka menstabilkan harga konsumen dan menambah pekerjaan," tutur dia.
Sun Art, perusahaan patungan antara Ruentex dan swasta Groupe Auchan SA dari Prancis yang terdaftar di Hong Kong. Perusahaan ini memasuki pasar China pada 1998, tiga tahun setelah Wal-Mart. Namun perusahaan ini mampu menyalip perusahan ritel raksasa Amerika Serikat pada 2010, memperluas memimpin pasar pada 2011.
Perusahaan ini mengoperasikan 240 hypermarket di China dan menguasai 12% dari pangsa pasar pendapatan pada 2010, sementara Wal-Mart memiliki 11,2% dan Carrefour SA memiliki 8,1%, menurut perusahaan riset Euromonitor.
"Ada banyak kesempatan ketika pemerintah daerah mengundang kalangan bisnis untuk berinvestasi dan pesaing kami telah diminta untuk meninggalkan selama pertemuan tersebut," kata Yin.
Sentimen anti-Perancis muncul di China pada 2008 setelah tumbuh rumor bahwa Carrefour dan LVMH pemegang saham Groupe Arnault mendukung Dalai Lama.
Carrefour kemudian membantah rumor tersebut. Yin mengatakan kepercayaan Carrefour terkait dukungan untuk Dalai Lama telah menyakiti operator supermarket asal Perancis tersebut. Nasionalisme memainkan peran besar tidak hanya dengan para politisi, tetapi juga pada konsumen biasa.
"Kesalahan terbesar yang Carrefour telah buat adalah bahwa mereka berpikir asalkan harganya rendah, pelanggan akan datang. Itu belum tentu benar. Pelanggan Cina cukup patriotik," lanjut dia.
Yin berpendapat Art Sun juga telah kalahkan Carrefour dan Wal-Mart dengan menawarkan barang murah dan menjalin hubungan baik dengan pemasok.
"Kami lebih kecil, membuat kita lebih berhati-hati tentang setiap langkah yang kita buat. Kami melokalisasi dan kami mengurangi jumlah pemasok kami, membuat produk kami lebih murah. "
Pertumbuhan China akan didorong oleh urbanisasi yang cepat di negara tersebut.(Nur/Ndw)
"Kami saat ini sedang memikirkan ekspansi ke Indonesia, Malaysia dan Vietnam," ujar Ketua konglomerat Taiwan Ruentex Samuel Yin, pemegang saham utama Sun Art seperti dilansir Reuters, Selasa (29/1/2013).
Sun Art, merupakan perusahaan patungan antara Ruentex Group dan perusahaan swasta Perancis Groupe Auchan SA, mampu menyalip pesaingnya di China seperti Wal-Mart Stores Inc pada 2010, menurut data perusahaan riset Euromonitor.
Perusahaan ritel ini menyalip Wal-Mart Stores Inc sebagai operator hypermarket terbesar di China. Hal tersebut didukung ekonomi lokal dan mengandalkan loyalitas konsumen terhadap merek China, menurut seorang pemegang saham utama.
Sementara perusahaan ritel asing lain di China tidak memiliki kecerdasan politik yang sama. Sun Art memiliki pandangan sebagai sebuah perusahaan China dengan pengetahuan tentang pasar lokal.
"Kami seperti lengan pemerintah daerah. Kami mengetahui apa keuntungan dari pelanggan China, sehingga semua pemerintah daerah sangat mendukung kita. Kami membantu mereka menstabilkan harga konsumen dan menambah pekerjaan," tutur dia.
Sun Art, perusahaan patungan antara Ruentex dan swasta Groupe Auchan SA dari Prancis yang terdaftar di Hong Kong. Perusahaan ini memasuki pasar China pada 1998, tiga tahun setelah Wal-Mart. Namun perusahaan ini mampu menyalip perusahan ritel raksasa Amerika Serikat pada 2010, memperluas memimpin pasar pada 2011.
Perusahaan ini mengoperasikan 240 hypermarket di China dan menguasai 12% dari pangsa pasar pendapatan pada 2010, sementara Wal-Mart memiliki 11,2% dan Carrefour SA memiliki 8,1%, menurut perusahaan riset Euromonitor.
"Ada banyak kesempatan ketika pemerintah daerah mengundang kalangan bisnis untuk berinvestasi dan pesaing kami telah diminta untuk meninggalkan selama pertemuan tersebut," kata Yin.
Sentimen anti-Perancis muncul di China pada 2008 setelah tumbuh rumor bahwa Carrefour dan LVMH pemegang saham Groupe Arnault mendukung Dalai Lama.
Carrefour kemudian membantah rumor tersebut. Yin mengatakan kepercayaan Carrefour terkait dukungan untuk Dalai Lama telah menyakiti operator supermarket asal Perancis tersebut. Nasionalisme memainkan peran besar tidak hanya dengan para politisi, tetapi juga pada konsumen biasa.
"Kesalahan terbesar yang Carrefour telah buat adalah bahwa mereka berpikir asalkan harganya rendah, pelanggan akan datang. Itu belum tentu benar. Pelanggan Cina cukup patriotik," lanjut dia.
Yin berpendapat Art Sun juga telah kalahkan Carrefour dan Wal-Mart dengan menawarkan barang murah dan menjalin hubungan baik dengan pemasok.
"Kami lebih kecil, membuat kita lebih berhati-hati tentang setiap langkah yang kita buat. Kami melokalisasi dan kami mengurangi jumlah pemasok kami, membuat produk kami lebih murah. "
Pertumbuhan China akan didorong oleh urbanisasi yang cepat di negara tersebut.(Nur/Ndw)