Sukses

Unilever Kucurkan Rp 3 Miliar Dukung Pengelolaan Sampah Berkelanjutan

Komitmen untuk memperkuat dan merealisasikan ekonomi sirkular di Indonesia perlu didukung secara berkelanjutan oleh semua pemangku kepentingan.

Liputan6.com, Jakarta Komitmen untuk memperkuat dan merealisasikan ekonomi sirkular di Indonesia perlu didukung secara berkelanjutan oleh semua pemangku kepentingan. Salah satunya dilakukan PT Unilever Indonesia, Tbk (Unilever) yang memilih untuk ikut menjadi bagian dari solusi di dalamnya.

Hal itu diwujudkan melalui berbagai terobosan untuk mewujudkan lingkungan Indonesia yang lebih baik. Terutama pengelolaan sampah plastik yang semakin baik dari hari ke hari.

Unilever, melalui Transform Project berkolaborasi dengan Waste4Change menghadirkan program berbasis digital: Divert. Waste4Change sendiri adalah perusahaan pengelola sampah secara bertanggung jawab dan berkelanjutan.

Transform adalah sebuah program yang secara global telah banyak membantu lahirnya puluhan proyek yang mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs).

Program Divert yangg dilahirkan oleh Waste4Change telah berhasil terpilih menjadi salah satu proyek yang mendapatkan dukungan pendanaan dari Unilever global, melalui project Transform, sebesar lebih dari Rp3 miliar.

Program Divert yang didukung Unilever, diapresiasi positif oleh pemerintah Indonesia. Pasalnya, Direktur Pengurangan Sampah, Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Sinta Saptarina Soemiarno, memberikan apresiasi kepada Unilever dan Waste4Change yang telah melahirkan aksi nyata proyek berbasis digital melalui program Transform.

“Program ini sangat mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) serta selaras dengan berbagai upaya strategis yang dilakukan pemerintah dalam pengurangan dan penanganan sampah nasional,” ucap Sinta, dalam webinar bertajuk Bicara Sirkular Ekonomi: Pentingnya Data dan Traceability Sampah Plastik, dikutip Jumat (17/6/2022).

Disampaikan Sinta, dengan kecenderungan peningkatan sampah plastik dari 11 persen di 2010 menjadi 17 persen di 2021, Pemerintah melalui Peraturan Menteri LHK 75 tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen mendorong secara konstruktif upaya-upaya pengurangan sampah dari produsen mulai dari hulu yakni upaya pembatasan timbulan sampah hingga di tingkat hilir yakni menarik kembali kemasan paska pakai untuk dimanfaatkan kembali atau di daur ulang. Dengan demikian, semakin sedikit kemasan yang terbuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) sesuai dengan tujuan pembangunan Ekonomi Sirkular di Indonesia.

“Pemanfaatan teknologi digital yang dilakukan proyek Divert menjadi solusi tepat untuk monitoring, evaluasi dan verifikasi sehingga mendapat hasil yang terukur,” lanjut Sinta.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Ambil Peran

 

Sementara itu, Maya Tamimi, Head of Sustainable Environment, Unilever Indonesia Foundation, menyampaikan, sejalan dengan tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2022 yaitu ‘One Earth’, Unilever ingin kembali mengajak semua pihak untuk turut serta ambil bagian, berperan secara aktif sesuai dengan perannya masing-masing untuk bersama-sama menjaga bumi.

"Sebagai perusahan yang telah berada di Indonesia selama lebih dari 88 tahun, kami memiliki komitmen kuat untuk menciptakan bumi yang lestari, sejalan dengan strategi besar Unilever yang dinamakan The Unilever Compass," ujarnya.

Disampaikan Maya, saat ini permasalahan lingkungan yang dihadapi bumi sangatlah beragam, salah satunya permasalahan sampah plastik yang sangat pelik.

Di Indonesia, 4,8 juta ton sampah plastik tidak terkelola dengan baik tiap tahun, seperti dibakar di ruang terbuka (48 persen), tidak dikelola secara layak di tempat pembuangan sampah resmi (13 persen), dan sisanya mencemari saluran air dan laut (9 persen) , merujuk data The National Plastic Action Partnership (NPAP), 2021.

Penerapan ekonomi sirkular dipercaya banyak pihak sebagai salah satu upaya yang dapat membantu menyelesaikan permasalahan sampah plastik di Indonesia.

Namun penerapan di lapangan tentu tidak mudah, peran serta semua pihak dan sinergi dari semua aktor dalam mata rantai daur ulang harus dilakukan, agar sampah sebagai bahan daur ulang dapat dikumpulkan kembali dan diproses menjadi produk daur ulang atau proses pengelolaan lainnya.

Unilever percaya bahwa plastik memiliki tepatnya tersendiri dalam ekonomi, tetapi tidak di lingkungan. Untuk itu, perusahaan memiliki komitmen yang kuat bahwa paling lambat pada tahun 2025, pihaknya akan mengurangi setengah dari penggunaan virgin plastic atau plastik baru, dengan cara mengurangi penggunaan kemasan plastik sebanyak lebih dari 100.000 ton dan mempercepat penggunaan plastik daur ulang.

Kemudian, memastikan 100 persen kemasan plastiknya dapat digunakan kembali, didaur ulang, atau diubah menjadi kompos. Selanjutnya, mengumpulkan dan memproses lebih banyak plastik daripada yang dijual. Lalu, Unilever akan meningkatkan penggunaan konten plastik daur ulang (PCR) di kemasannya, setidaknya 25 persen.

 

 

 

3 dari 3 halaman

Rantai Pasok

Rizky Ambardi, Head of Collect Waste4Change dan Project Manager DIVERT menerangkan, proyek DIVERT bertujuan untuk menjawab permasalahan rantai pasokan limbah pasca konsumsi. Sejak dimulai pada September 2021 lalu, proyek ini telah berhasil mengurangi kesenjangan upaya daur ulang sampah plastik dengan memvalidasi dan melacak seluruh alur sampah menuju terciptanya ekonomi sirkular yang lebih efektif dan efisien.

Rangkaian program yang telah terlaksana tidak lepas dari peran serta mitra pemulung dan pengepul sampah daur ulang. Hingga saat ini, proyek DIVERT telah melibatkan 556 mitra pengumpul sampah, melakukan scale-up sistem ERP untuk 51 mitra, dan berhasil mengumpulkan 778 ton sampah plastik dalam jangka waktu 6 bulan.

Salah satu program yang dilaksanakan dalam proyek ini adalah membuat sistem Enterprise Resource Planning (ERP) untuk memastikan ketertelusuran sampah, capacity building bagi mitra-mitra pengumpul sampah, hingga pengoptimalan fasilitas pengumpulan dan pengolahan sampah. Dengan adanya ERP, maka pengumpulan, ketertelusuran, serta kuantitas dan kualitas sampah plastik menjadi lebih meningkat.

Menurut pengamatan Waste4Change, kurangnya data di fase pengumpulan sampah plastik salah satunya menyebabkan masih adanya gap yang besar antara sampah plastik yang diproduksi, yang saat ini didaur ulang, dan yang berpotensi untuk didaur ulang.

Hal ini turut berdampak ke pihak produsen seperti Unilever, dimana data yang belum memadai mengakibatkan rantai pasok daur ulang yang ada saat ini menjadi panjang dan belum efisien. Diperlukan upaya yang lebih besar agar dapat memperoleh bahan baku dari plastik daur ulang dalam jumlah signifikan untuk dapat diolah menjadi kemasan kembali.

Astri Puji Lestari selaku pegiat gaya hidup ramah lingkungan mengingatkan, di tengah tantangan mewujudkan ekonomi sirkular, konsumen punya peran yang tak kalah penting. Menjadi konsumen yang lebih bertanggung jawab banyak sekali caranya, salah satunya bisa dilakukan dari rumah, dengan menjadi bagian dari #GenerasiPilahPlastik.

“Saat kita terbiasa memilah sampah dari rumah dan membawanya ke Bank Sampah, artinya kita ikut menjaga nilai dan kualitas sampah plastik agar dapat menjadi komoditi berguna yang mendukung industri daur ulang," tutup dia.