Sukses

Harga Minyak Dunia Goyah karena Kekhawatiran Pelemahan Ekonomi Global

Peningkatan produksi dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, bersama-sama dikenal sebagai OPEC+ belum bisa menutupi kekurangan permintaan minyak mentah.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia turun tipis pada perdagangan Senin dan membalikkan posisi yang telah dicetak sebelumnya. Penurunan harga minyak dunia hari ini karena kekhawatiran perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan permintaan bahan bakar.

Mengutip CNBC, Selasa (21/6/2022), harga minyak mentah berjangka Brent tergelincir 8 sen atau 0,1 persen menjadi USD 113,04 per barel pada pukul 02.42 GMT, setelah sebelumnya naik 1 persen. Sedangkan harga minyak berjangka Brent untuk pengiriman bulan depan jatuh 7,3 persen pada pekan lalu, penurunan mingguan pertama dalam lima pekan.

Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate AS berada di angka USD 109,49 per barel, turun 7 sen setelah naik lebih dari USD 1 sebelumnya. Harga untuk pengiriman bulan depan turun 9,2 persen minggu lalu, penurunan pertama dalam delapan minggu.

"Jelas faktor makro yang mendorong pergerakan harga minyak saat ini. Sedangkan untuk faktor fundamental masih mendukung," kata analis komoditas ING Warren Patterson.

Minyak dari Rusia, eksportir terbesar kedua di dunia masih sulit untuk dijangkau oleh sebagian besar negara karena sanksi Barat atas perang di Ukraina.

Dampaknya, sebagian besar negara telah memitigasi dengan melepas cadangan minyak bumi strategis, yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS).

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Produksi AS

Peningkatan produksi dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, bersama-sama dikenal sebagai OPEC+ belum bisa menutupi kekurangan permintaan.

"Jika Washington tetap pada kecepatannya saat ini, cadangan strategis AS akan mencapai level terendah dalam 40 tahun yaitu di 358 juta barel pada Oktober," kata analis ANZ dalam sebuah catatan.

Namun, produksi minyak dan gas AS meningkat.

Jumlah rig minyak dan gas, indikator awal produksi masa depan, naik tujuh menjadi 740 dalam seminggu hingga 17 Juni, tertinggi sejak Maret 2020, perusahaan jasa energi Baker Hughes Co mengatakan dalam laporannya pada hari Jumat.

 

3 dari 3 halaman

Ketegangan Libya

Di Libya, produksi minyak tetap bergejolak menyusul blokade oleh kelompok-kelompok di timur negara itu.

Menteri Perminyakan Libya Mohamed Oun mengatakan kepada Reuters pada hari Senin bahwa total produksi negara itu sekitar 700.000 barel per hari (bph). Produksi Libya telah turun menjadi 100.000 hingga 150.000 barel per hari, kata juru bicara kementerian perminyakan pekan lalu.

Ekspor produk minyak dari China, yang pernah menjadi eksportir utama, terus menurun, membuat pasokan global tetap ketat.

Data bea cukai China menunjukkan, ekspor bensin negara itu pada Mei turun 45,5 persen dari tahun sebelumnya dan ekspor solar anjlok 92,7 persen meskipun permintaan domestik terhenti, karena perusahaan kekurangan kuota ekspor.