Liputan6.com, Jakarta - Impor minyak mentah China dari Rusia melonjak 55 persen pada Mei 2022, menandai kenaikan signifikan dari tahun sebelumnya.
Lonjakan itu bahkan membuat Rusia menggeser Arab Saudi sebagai pemasok utama, ketika pasokan minyak Moskow didiskon di tengah sanksi atas perang di Ukraina.
Baca Juga
Dikutip dari CNN Business, Selasa (21/6/2022)Â data dari Administrasi Umum Kepabeanan China menunjukkan bahwa impor minyak Rusia, termasuk pasokan yang dipompa melalui pipa Samudra Pasifik Siberia Timur dan pengiriman melalui laut dari pelabuhan Eropa dan Timur Jauh Rusia, berjumlah hampir 8,42 juta ton.
Advertisement
Jumlah itu setara dengan sekitar 1,98 juta barel per hari (bph) dan naik seperempat dari semula 1,59 juta barel per hari pada April 2022.
Data, yang menunjukkan Rusia mengambil kembali peringkat teratas importir minyak mentah terbesar dunia setelah jeda 19 bulan, menunjukkan bahwa Moskow dapat menemukan pembeli untuk minyaknya meskipun ada sanksi barat, meskipun harus memangkas harga.
Impor minyak mentah China secara keseluruhan naik hampir 12 persen pada Mei 2022 dari basis rendah tahun sebelumnya menjadi 10,8 juta barel per hari, dibandingkan rata-rata di tahun 2021 sebesar 10,3 juta barel per hari.
Sementara permintaan China untuk minyak mentah telah dihambat oleh pembatasan Covid-19, importir terkemuka, termasuk raksasa penyulingan Sinopec dan perusahaan energi Zhenhua Oil, telah meningkatkan pembelian minyak Rusia yang lebih murah.
Tidak sampai disitu, Terlepas dari sanksi AS terhadap Iran, China juga terus mengimpor minyak dari Iran, yang biasanya diberikan sebagai pasokan dari negara lain.
Data bea cukai yang dirilis pada Senin (20/6) juga menunjukkan China mengimpor 260.000 ton minyak mentah Iran bulan lalu, yang merupakan pengiriman ketiga dari Iran sejak Desember 2021 lalu.
Tingkat impor minyak dari Iran kira-kira setara dengan 7 persen dari total impor minyak mentah China.
Â
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Beli dari Rusia Lebih Murah, China Kurangi Impor Minyak dari Brasil
Sementara itu, impor minyak mentah China dari Brasil turun 19 persen dari tahun sebelumnya menjadi hanya 2,2 juta ton, karena pasokan dari eksportir Amerika Latin menghadapi persaingan dengan harga lebih murah dari barel Iran dan Rusia.
Secara terpisah, data juga menunjukkan impor China untuk gas alam cair (LNG) Rusia berjumlah hampir 400.000 ton bulan lalu, atau 56 persen lebih tinggi dari Mei 2021.
Selama lima bulan pertama, impor LNG Rusia — dari sebagian besar proyek Sakhalin-2 di Timur Jauh dan LNG Yamal di Arktik Rusia — naik 22 persen pada tahun itu menjadi 1,84 juta ton, menurut data bea cukai China.
Advertisement
Rusia Cuan Rp 1,4 Kuadriliun dari Ekspor Minyak dan Gas Selama Perang di Ukraina
Sebuah laporan mengungkapkan bahwa Rusia memperoleh keuntungan hampir USD 100 miliar atau setara Rp 1,4 kuadriliun, dari ekspor minyak dan gas selama 100 hari pertama perang di Ukraina.Â
Laporan itu datang dari Centre For Research on Energy and Clean Air (CREA).
Dilansir dari BBC, Selasa (14/6/2022) laporan CREA menemukan bahwa Rusia masih memperoleh pendapatan sebesar USD 97 miliar dari ekspor bahan bakar fosil dalam 100 hari pertama konflik Ukraina, dari 24 Februari hingga 3 Juni 2022.
Diketahui bahwa banyak negara menghindari pasokan energi dari Rusia, dalam kecaman dan sanksi atas invasi di Ukraina.
Uni Eropa, AS dan Inggris termasuk di antara mereka yang telah memutuskan pemberhentian sumber energi dari Rusia.
Pada bulan Maret, blok tersebut berkomitmen untuk mengurangi impor gas dari Rusia hingga dua pertiganya dalam setahun. Namun, sejauh ini belum dapat menyepakati larangan langsung.
Sementara itu, AS telah mendeklarasikan larangan penuh atas impor minyak, gas, dan batu bara Rusia. Inggris akan menghapus impor minyak Rusia pada akhir tahun ini.
Uni Eropa sendiri sebelumnya mengambil hingga 61 persen dari impor energi Rusia, bernilai sekitar USD 59 miliar atau Rp 868,3 triliun.
Secara keseluruhan, ekspor minyak dan gas Rusia turun dan pendapatan Moskow dari penjualan energi juga menurun dari puncaknya hingga lebih dari USD 1 miliar per hari di bulan Maret 2022.
Tetapi pendapatan negara itu masih melebihi biaya perang di Ukraina selama 100 hari pertama - dengan CREA memperkirakan bahwa Rusia menghabiskan sekitar USD 876 juta (Rp. 12,8 triliun) per hari untuk invasi.