Sukses

Kolaborasi Veolia dan IPRO Terkait Limbah PET

Program ini sekaligus juga dapat meningkatkan kesejahteraan para pekerja di sektor informal. Selain itu juga dapat meningkatkan komunikasi antara Veolia dengan IPRO.

Liputan6.com, Pasuran Dalam rangka meningkatkan pengumpulan dan pendauran ulang limbang kemasan PET (Poly Ethylene Terephthalate), PT Veolia Services Indonesia sepakat bekerja sama dengan IPRO (Indonesia Packaging Recovery Organization). 

Kesepakatan itu dituangkan dalam Memorandum of Understanding program kerja sama yang ditanda-tangani oleh kedua belah pihak di kantor Veolia di Kawasan Pasuruan Industri Estate Rembang (PIER), Pasuruan, Jawa Timur pada Kamis (23/6). 

MoU kerja sama tersebut ditanda-tangani oleh Direktur Veolia Joko Sunaryo dan General Manager IPRO Zul Martini Indrawati, disaksikan oleh Agatha Detager, Project Manager Veolia.

Menurut Martini, kerja sama ini untuk mendorong peningkatan pengumpulan material daur ulang, khususnya PET, bahan baku untuk kemasan daur ulang. Program ini sekaligus juga dapat meningkatkan kesejahteraan para pekerja di sektor informal. Selain itu juga dapat meningkatkan komunikasi antara Veolia dengan IPRO.

"Melalui kerja sama ini kita dukung terus para pekerja informal dalam memilah PET melalui pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuannya memilah agar pendapatan dan kesejahteraan mereka juga tumbuh," kata Martini.

 

Mengacu pada data KLHK, sistem pengumpulan sampah plastik turut memberikan kontribusi lebih dari Rp1 Triliun dalam mendukung sirkular ekonomi selama tahun 2019-2020. Angka tersebut diperoleh melalui Bank Sampah, TPS 3R, TPST, PDU, sektor informat (pemulung/pelapak), dan social enterpreneur, dengan asumsi harga 1 kg plastik sebesar Rp2.400/kg.

Menurut Martini, IPRO bersama produsen dan para mitra bekerja sama dalam peningkatan pengumpulan limbah kemasan. Khusus pengumpulan limbah PET di Veolia, diolah menjadi bahan baku yang food grade sehingga kapasitas pekerja di sektor informal harus ditingkatkan agar kualitas bahan baku juga sesuai kebutuhan Industri.

"Bahan Baku daur ulang saat ini sangat dibutuhkan oleh Industri. Dan, industri sudah punya inisiatif menggunakan bahan baku daur ulang untuk kemasannya dan ini harus kita dukung agar circular economy tumbuh di Indonesia," kata Martini di kantor Veolia, usai penandatangan MoU antara Veolia dan IPRO.

 

Direktur Veolia Joko Sunaryo mendukung kerja sama ini karena diharapkan Indonesia ke depan dapat mengurangi penggunaan virgin plastic , efek karbon dan emisi gas rumah kaca serta membantu circular economy, khususnya pada limbah kemasan plastik PET.

Kerja sama dengan IPRO, menurut Joko, yang akan didorong dalam tiga bulan ke depan antara lain, kami akan melakukan program pendampingan pada collecting center atau Pusat Pengumpulan, berupa pelatihan dan peningkatan kemampuan mereka dalam memilah limbah kemasan yang baik. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas bahan baku, kesehatan dan kesejahteraan para pekerja di collecting center.

"Kami mendapatkan bahan Baku dari collecting center, di mana mereka juga mendapatkannya dari aggregators , hal ini agar circular economy tetap terjadi di jejaring pengumpulan," kata Joko.

Sejauh ini, kata Joko, pihaknya bisa memenuhi kebutuhan Industri daur ulang, tetapi pihaknya terus mendorong tumbuhnya collecting center untuk meningkatkan target yang telah ditetapkan.

"Saat ini kapasitas produksi bahan baku daur ulang PET sebanyak 25 ribu ton per tahun pada 2021, tahun depan akan kami tingkatkan kembali," ujarnya.

Peningkatan pengumpulan limbah PET harus dilakukan karena sudah banyak Industri makanan dan minuman yang menggunakan bahan baku daur ulang hingga 100%. Meskipun banyak juga yang tingkat kandungan daur ulangnya hanya 25%.

"Semakin tinggi tingkat kandungan daur ulang akan semakin baik, karena secara teknologi kita bisa," ucap Joko.

 

(*)