Liputan6.com, Jakarta - Harga emas diperkirakan masih terjebak di level kondolidasi pada pekan ini. Harga emas dunia masih bakal berada di kisaran USD 1.800 per ounce di pekan ini menunggu sentimen yang besar.
Sebagian besar analis melihat dalam jangka pendek, harga emas akan masih berada di level rendah. Hal ini akan mendorong beberapa investor untuk melakukan aksi beli.
Baca Juga
Selama ini, ketidakpastian geopolitik dan juga volatilitas pasar keuangan masih menjadi faktor dominan di lanskap keuangan global.
Advertisement
Kepala analis mata uang Forexlive.com Adam Button menjelaskan, harga emas telah gagal menghasilkan kegembiraan dengan mengarah kepada level yang lebih tinggi.
"Tetapi emas masih mampu bertahan di pasar yang sulit dengan dolar AS yang kuat dan imbal hasil obligasi yang lebih tinggi," kata Adam seperti dikutip dari Kitco, Senin (27/6/2022).
"Harga emas menderita karena investor tidak memiliki rasa urgensi untuk membeli." tambah dia.
Phillip Streible, kepala analis Blue Line Futures, mengatakan bahwa sikap The Federal Reserve (the Fed) secara agresif memperketat kebijakan moneter membebani sentimen di kalangan investor ritel.
Namun, dia menambahkan bahwa jika ekonomi AS jatuh ke dalam resesi, Bank Sentral AS akan dipaksa untuk membalikkan beberapa kenaikan suku bunganya, yang akan memicu reli emas berikutnya.
"Untuk saat ini Anda muungkin ingin membeli di kisaran USD 1.800 dan mungkin mengambil beberapa keuntungan di USD 1.875 karena kita masih terjebak dalam kisaran tersebut. Yang tidak ingin Anda lakukan adalah membeli seluruh posisi Anda pada USD 1.875," katanya.
Â
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Hasil Survei
Setiap pekan Kitco melangsungkan survei mengenai harga emas kepada para analis di Wall Street dan juga investor ritel. Survei ke investor silakukan secara online.
Pada minggu ini 15 analis Wall Street berpartisipasi dalam survei emas Kitco News. Di antara peserta, enam analis, atau 26 persen, berada di perkiraan bullish emas dalam waktu dekat.
Pada saat yang sama, enam analis atau 32 persen bersikap bearish pada emas. Sedangkan sembilan analis atau 42 persen netral terhadap emas minggu ini.
Sementara itu, 681 suara diberikan dalam polling online Main Street. Dari jumlah tersebut, 301 responden atau 44 persen mengincar emas untuk naik minggu depan.
Sedanagkan 185 lainnya atau 27 persen mengatakan harga emas akanlebih rendah. Sementara 195 pemilih atau 29 persen memilih untuk netral dalam waktu dekat.
Sentimen Bullish di investor riltel berada pada titik terendah dalam hampir tiga tahun. Namun partisipasi survei online ini telah turun ke level terendah dalam satu bulan.
Â
Advertisement
Prediksi Analis
Karena minat investor yang lesu terhadap emas, banyak analis memperkirakan harga emas turun lebih rendah tetapi tetap dalam pola konsolidasi mereka saat ini dengan support di USD 1.800 per ounce dan resistance di sekitar USD 1.850 per ounce.
"EMas akan nyaman berada di antara support USD 1.806,10 dan resistance di USD 1.861,50. Dugaan saya adalah itu akan tetap rendah hingga komoditas lain berhenti terbang," kata Presiden Darin Newsom Analysis, Darin Newsom.
Managing Director Bannockburn Global Forex Marc Chandler juga melihat bahwa harga emas akan konsolidasi minggu ini.
"Saya pikir konsolidasi lanjutan adalah skenario yang paling mungkin dan perhatikan bahwa rata-rata pergerakan 20 hari telah menyatu dengan rata-rata pergerakan 200 hari masing-masing di USD 1.842 dan USD 1.845," katanya.
"Suku bunga yang lebih rendah dan dolar AS yang lebih lemah dapat membantunya pulih harga emas dari level terendah minggu kemarin. Namun, logam mulia tetap terperosok dalam kisaran angka tersebut." tambah dia.