Sukses

Industri Kesehatan Tumbuh Pesat, Argon Group Lebarkan Sayap ke Kawasan ASEAN

Argon Group memetik peluang pertumbuhan industri kesehatan di Asia dengan melakukan ekspansi ke Kamboja.

Liputan6.com, Jakarta Pandemi Covid-19 memberikan perubahan perilaku masyarakat akan gaya hidup yang lebih sehat. Perubahan itu misalnya tampak dari peningkatan permintaan atas produk-produk suplemen, produk herbal, dan produk healthcare.

Perubahan perilaku yang menempatkan kesehatan sebagai prioritas ini akan menjadi landasan pertumbuhan industri kesehatan yang lebih kokoh.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, selama kuartal I/2022, total output sub-sektor industri kimia,farmasi, dan obat tradisional mencapai Rp 59,88 triliun. Angka ini meningkat 6,47 persenketimbang periode yang sama tahun 2021.

Jika dibandingkan dengan dua kuartal sebelumnya, yang masing-masing naik 9,71 persen dan 8,28 persen; pertumbuhan sub-sektor industri kimia, farmasi, dan obat tradisional memang cenderung melambat.

Berkaca dari hal tersebut, Argon Group memperkuat pilar ke-3 program transformasi sistem kesehatan, yaitu transformasi sistem ketahanan kesehatan, terutamasektor farmasi dan alat kesehatan.

“Kami diperkuat oleh lebih dari 800 tenaga penjual dan 2.388 tenaga profesional. Mereka mengelola 6.000 SKU untuk melayani 70.100 pelanggan, yang terdiri dari rumah sakit, klinik dan outlet farmasi,” kata Presiden Direktur Argon Group, Krestijanto Pandji, dalam keterangan tertulis, Jumat (1/7/2022).

Argon Group dikenal sebagai grup usaha yang mengedepankan teknologi digital yang terintegrasi dan pengambilan keputusan berdasarkan data (data driven initiative), termasuk diantaranya keputusan untuk memasuki pasar regional di Kamboja.

“Argon Group memetik peluang pertumbuhan industri kesehatan di Asia dengan melakukan ekspansi ke Kamboja, sebagai bagian dari ekspansi kami ke pasar regional,” kata Krestijanto.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Kiprah Argon Group

Kiprah Argon Group dimulai pada 1980 dengan mendirikan PT Anugrah Argon Medica (AAM) sebagai distributor produk farmasi PT Dexa Medica. Untuk memperluas cakupan distribusi, setahun kemudian Argon mengambil alih perusahaan distribusi lain, yakni PT Djembatan Dua (DD).

Tahun 1996, AAM memosisikan diri sebagai perusahaan distribusi farmasi yang independen, sekaligus menjadi mitra bagi perusahaan di bidang healthcare. Pada 2010, grup memfokuskan Djembatan Dua sebagai perusahaan pemasaran alat kesehatan.

Pada 2018, Argon Group memasuki pasar regional. Argon menggandeng Dynamic Pharma membentuk perusahaan patungan Dynamic Argon Co Ltd, untuk memasarkan produk farmasi dan kesehatan di Kamboja.

Dengan terbentuknya Dynamic Argon, perseroan kini memiliki tiga anak perusahaan yangmendistribusikan lebih dari 6.000 produk farmasi, produk kesehatan, dan alat kesehatan,yang berasal dari sekitar 70 perusahaan prinsipal nasional dan internasional.Tahun 2020, Argon Grup mendirikan PT Deca Metric Medica sebagai produsen alat kesehatan.

Keputusan ini merupakan langkah penting perseroan untuk mendukung kebijakan pemerintah dalam menggalakkan pemakaian alat kesehatan produksi dalam negeri dengan nilai TKDN yang tinggi agar manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat.

 

3 dari 3 halaman

Industri Farmasi

Langkah tersebut diharapkan dapat menumbuhkan industri farmasi dan alat kesehatan didalam negeri, sekaligus menurunkan impor produk farmasi dan alat kesehatan.

Menurut data UN Comtrade dan BPS, defisit produk farmasi Indonesia selama lima tahun terakhir(2017-2021) terus meningkat, dan terakhir mencapai USD 3,8 miliar pada 2021.

Pada periode yang sama, nilai impor alat kesehatan tercatat USD 10,1 miliar. Data Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan mencatat, industri alat kesehatan melonjak 3,6 kali lipat menjadi 698 unit, dalam lima tahun terakhir.

Selain itu, jumlah rumah sakit juga terus berkembang pesat. Selamasepuluh tahun terakhir (2011 – 2021), data BPS menunjukkan, jumlah rumah sakit melonjak hampir dua kali lipat, dari 1.721 unit menjadi 3.112 unit.

Dengan perubahan perilaku konsumen yang semakin memprioritaskan kesehatan dan kebijakan pemerintah yang mengutamakan produk dalam negeri, masa depan industri farmasi dan alat kesehatan akan sangat menjanjikan.