Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut dampak konflik Rusia dan Ukraina sudah mulai terasa ke sektor perumahan.
Kenaikan harga tanah yang menjadi pokok sektor ini bisa membuat generasi muda semakin sulit membeli rumah sendiri. Belum lagi harga-harga bahan bangunan diproyeksikan ikut naik seiring dengan kenaikan inflasi global dan domestik.
Baca Juga
Menanggapi itu Wakil Direktur PT Bank BTN, Nixon Napitupulu mengatakan pertumbuhan sektor perumahan di Indonesia memang masih banyak tantangan. Kebutuhan perumahan saat ini masih 12,7 juta unit , namun penetrasi terhadap PDB masih yang paling rendah.
Advertisement
" Perumahan di Indonesia ini tantangannya banyak backlog, banyak keluarga yang belum punya rumah ini 12,7 juta, ini potensi yang banyak," kata Nixon saat ditemui di Menara BTN, Jakarta, Kamis (7/7).
Dari sisi bahan baku bangunan, Nixon menilai dalam hal ini sangat diuntungkan. Bahan material bangunan justru banyak dihasilkan dari dalam negeri, seperti pasir, batu bata, genteng dan sebagainya. Termasuk semen yang saat ini produksinya berlebihan.
"Berita baiknya 90 persen material rumah ini lokal konten, tidak ada yang bikin rumah pasirnya diimpor, bata dan genting ini kita buat sendiri," kata dia.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Karena Proses Distribusi
Hanya saja, Nixon menilai kenaikan harga bahan baku terjadi karena proses distribusi yang menggunakan transportasi angkutan. Naiknya harga BBM bisa berdampak pada kenaikan harga bahan baku.
"Krisis energi ini efeknya saat pengangkutan bata pakai truk, tapi yang penting, material utamanya ini lokal konten kecuali yang rumahnya mewah, tapi yang dihandel BTN untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)," kata dia.
Dari sisi suku bunga, harus diakui juga akan terdampak. Namun saat ini Nixon menyebutkan tidak akan ada kenaikan suku bunga dalam waktu dekat. Rendahnya tingkat suku bunga sekarang menjadi peluang bagi perbankan untuk menghasilkan laba.
"Sekarang suku bunga yang rendah kita maunya segini, dengan suku bunga turun ini jadi jago menghasilkan laba," kata dia.
Advertisement
Sri Mulyani Sebut Harga Rumah Makin Mahal, Banyak yang Pilih Tinggal di Mertua
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan pandemi telah membuat semua sektor terpuruk, tak terkecuali sektor perumahan. Tanpa disadari, sektor ini mengalami dampak yang besar.
Tercermin dari penurunan pertumbuhan kinerja yang selama 2 tahun berturut-turut menurun. Pada tahun 2019 pertumbuhannya masih 11,84 persen. Kemudian di tahun 2020 menurun jadi hanya 4,34 persen. Kemudian pada tahun 2021 sedikit mengalami perbaikan dengan pertumbuhan 5,74 persen.
"Tak terkecuali sektor perumahan yang kredit grossnya berkurang," kata Sri Mulyani dalam pembukaan Securitization Summit 2022, Jakarta, Rabu (6/7/2022).
Di sisi lain, harga-harga juga makin mahal. Harga tanah sebagai bahan pokoknya selalu naik, terutama di perkotaan. Belum lagi bahan bakunya yang juga ikut naik. Terlebih saat ini di tengah peningkatan inflasi di hampir semua negara.
"Harga rumah ini cenderung naik dan membuat masyarakat akan sulit beli rumah. Ini jadi salah satu implikasi dari situasi dunia dan pengaruhnya ke perumahan," kata dia.
Sebelum terjadi pandemi, sektor perumahan memang menjanjikan dengan kontribusi terhadap PDB hingga 13 persen. Meski begitu, harga rumah masih terlalu tinggi terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Sehingga jauh sebelum pandemi sektor ini sudah memiliki masalahnya tersendiri.
"Kita buat skema kredit rumah rakyat bersubsidi, tapi dari sisi suplai dan demainnya ini yang memang bermasalah sejak awal," kata dia.
Bangunan Rumah
Suplai yang dimaksud yakni produksi dan bangunan rumah, sedangkan demand masyarakat yang membutuhkan rumah.
Sri Mulyani mengatakan pasar baru akan tercipta jika keduanya bertemu pada titik yang sama.
Namun sayangnya tingginya kebutuhan rumah tidak diimbangi dengan kemampuan daya beli dan permodalan bagi para produsen perumahan.
Apalagi generasi muda saat ini banyak yang membutuhkan rumah namun tidak memiliki kemampuan untuk membeli karena harganya yang lebih tinggi dari kemampuan.
"Jadi mereka cukup tinggal di mertua atau sewa. Kalau mertuanya punya rumah juga, kalau enggak punya rumah, masalah lagi. Jadi ini menggulung generasi," kata dia.
Â
Â
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.comÂ
Advertisement