Liputan6.com, Jakarta Dunia tengah mengalami transisi besar, bukan saja semakin terintegrasi seiring perkembangan teknologi informasi dan transportasi, tetapi juga terkait berbagai krisis yang kian mengglobal.
Terkini, selain pandemi, masyarakat dunia berhadapan dengan tantangan stok pangan, rantai pasok, energi, dan lingkungan.
Baca Juga
Hal ini mendorong seluruh pemangku kepentingan dan kebijakan harus ikut bertanggung jawab dan memainkan peran terhadap berbagai perubahan tersebut.
Advertisement
Inilah konteks penting dari kelahiran prinsip-prinsip ESG (Environment, Social, Governance) yang didukung dunia bisnis terutama peran korporat berskala global demi menjaga keberlanjutan.
ESG senafas dengan berbagai tujuan global seperti Sustainability Development Goals (SDG) yang menyasar berbagai upaya untuk pengentasan kemiskinan, menjaga bumi, hingga peningkatan kualitas hidup masyarakat dunia.
Tidak satupun negara di dunia yang terpapar problem global tersebut. Termasuk Indonesia yang secara aktif mendukung berbagai program dan tujuan global dalam menciptakan pembangunan berkelanjutan.
Terkait perkembangan itu, Direktur Eksekutif Lippo Group John Riady menilai, inisiatif dan peran aktif Indonesia sesungguhnya menunjukkan komitmen tinggi terhadap keberlangsungan peradaban manusia sekaligus lingkungan hidup.“Karena itu, menjadi penting dukungan dari semua kalangan termasuk dunia bisnis,” kata dia.
Dalam hal melindungi lingkungan hidup, Indonesia aktif dan memainkan peran penting sebagai pemegang predikat salah satu “paru-paru” dunia.
Lebih jauh, keikutsertaan Indonesia dalam COP 26, maka terdapat target pengikisan karbon yang dipatok nol emisi pada 2060.
Menurut John, pemerintah Indonesia memegang peranan penting dalam Presidensi G20. Di berbagai forum G20, Indonesia menggagas upaya inovatif demi menggapai peningkatan kualitas kehidupan lingkungan masyarakat, seperti gagasan pembiayaan kesehatan global, hingga penerapan pembiayaan hijau.
Di sisi lain, jelasnya, Lippo Group sebagai salah satu pilar bisnis kuat di Indonesia menyusun berbagai kerangka yang mengacu pada prinsip-prinsip ESG.
Selaku konglomerasi dengan tentakel bisnis utama mencakup sektor properti, kesehatan, dan pendidikan, Lippo Group dituntut berperan aktif merealisasikan berbagai tujuan global ekonomi berkelanjutan.
“Bahkan kami membentuk divisi sustainability untuk memastikan jalannya bisnis sesuai dengan prinsip-prinsip ESG.”
4 Kategori
Dalam penerapannya, ESG akan selalu menggunakan metric Stakeholder Capitalisme Metric atau SCM yang digagas World Economic Forum (WEF).
SCM merupakan serangkaian ketentuan dan penilaian terhadap dunia usaha yang berupaya menerapkan prinsip ESG (Environmental Social Governance).
SCM sendiri telah dirumuskan menjadi empat kategori besar, yakni principle of governance, planet, people, dan prosperity.
John menilai Lippo Group secara perlahan telah menerapkan standar pada empat kategori itu sejak tiga tahun belakangan. “Jadi, ESG ini sangat penting lebih dari sekadar CSR, karena dalam ESG seluruh praktik bisnis sejak dari hulu ke hilir dirancang untuk memberikan nilai lebih terahadap pembangunan berkelanjutan,” tegas John.
Sebagai contoh, terhadap kategori “planet”, pembangunan properti dari Lippo Group telah memanfaatkan teknologi daur ulang air yang sangat menghemat penggunaan air tanah.
“Kami menyadari akan adanya perubahan iklim yang semakin nyata saat ini, maka dari itu, kami berkomitmen untuk terus meningkatkan efisiensi sumber daya kami dan mengurangi imbas terhadap lingkungan dengan menemukan cara baru membuat produk dan proses bisnis kami yang semakin ramah lingkungan,” ungkap John.
Selain itu, Lippo Group menyadari bahwa sektor bisnis yang diampu merupakan proyek vital peradaban, seperti properti, kesehatan, dan pendidikan.
Dengan mengacu pada standardisasi kinerja maupun kualitas layanan yang mumpuni, secara langsung Lippo Group menopang upaya penciptaan kehidupan lebih baik, serta pembangunan keberlanjutan.
“Kami terus berusaha untuk menjunjung tinggi standar tata kelola dan akuntabilitas, mempromosikan operational excellence dan praktik bisnis yang berkelanjutan (sustainable), serta membangunkepercayaan melalui layanan dan kepuasan konsumen,” tambahnya.
Advertisement
15.000 Pekerja
Adapun dalam peningkatan kesejahteraan secara langsung, Lippo Group saat ini menaungi sekitar 15.000 orang pekerja. Terkait nasib pekerja ini terkait kategori “people”, sebuah korporat diharamkan mengabaikan nasib pekerja.
“Kami menjunjung tinggi praktik ketenagakerjaan yang adil, memprioritaskan kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan mereka, serta mendukung perkembangan dan aspirasi mereka, serta memberdayakan mereka untuk menjadi pribadi yang baik,” tutup John.
Dia mengungkapkan langkah kecil tetapi masif seperti dilakukan Lippo Group perlahan akan membawa Indonesia sebagai kontributor terbesar dalam perbaikan nasib dunia.
“Semisal seluruh sektor bisnis menerapkan prinsip dan nilai yang sama, ini akan mengubah wajah keseluruhan nasib masyarakat, lingkungan hidup, yang tidak saja berskala nasional,” tukas John.